Wednesday, October 2, 2019

Tak Ada Alasan Untuk Kecewa


Thema             : Tak Ada Alasan Untuk Kecewa
Nats                 : Matius 11:6
Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.
A.      PENDAHULUAN
Setiap manusia pernah mengalami suatu perasaan kecewa oleh karena suatu situasi yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Bahkan tidak jarang rasa kecewa tersebut membawa dampak yang sangat buruk bagi seseorang. Oleh karena rasa kecewa ada orang sampai mengalami frustasi, stres (gangguan jiwa) bahkan sampai bunuh diri. Jika itu terjadi di antara orang yang belum percaya maka masih bisa kita maklumi, tetapi jika sebaliknya terjadi pada orang percaya maka timbul suatu pertanyaan: sungguhkah ia percaya? Sebab jika dalam pandangan dunia kekecewaan merupakan suatu musibah maka bagi orang percaya rasa kecewa pun merupakan jalan Tuhan menyatakan kehendakNya kepada kita. Kita tidak mungkin melarang hati kita untuk tidak kecewa ketika situasi yang terjadi jauh dari ekspektasi, tetapi kita punya pilihan untuk mengelola rasa kecewa menjadi suatu pengalaman berharga bahkan menjadi berkat bagi orang lain dikemudian hari. Mari jalani hidup tanpa rasa kecewa. 
B.       ISI
1.      Arti dan contoh rasa kecewa.
v Kecewa adalah suatu perasaan tidak senang oleh karena sesuatu yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan.
v Contoh:
·      Para petani pada zaman Yeremia (Yer. 14:4). Musim kering yang berkepanjangan membuat mereka mengalami kelaparan dan sakit penyakit (Yer. 14:12).
·      Orang-orang Nazaret (Mat. 13:57).  Mereka kecewa melihat Yesus, sebab Yesus hanyalah anak seorang tukang kayu yang tidak lebih dari mereka.
·      Seorang kaya (Mrk. 10:22). Merasa kecewa karena Yesus menyuruhnya berbagi dengan orang-orang miskin.
·      Habakuk (Hab. 1:2-3). Nabi Habakuk mengeluh dihadapan Tuhan melihat penindasan yang terjadi terhadap bangsa Israel.
2.      Mengapa kita tidak boleh memiliki alasan untuk kecewa?
Seperti para tokoh di atas, mungkin kita juga pernah merasakan kekecewaan karena apa yang kita rancang dan rencanakan tidak sampai pada tujuan yang kita harapkan. Jadi salahkah jika kita kecewa?
v Tak ada alasan untuk kecewa bukan berarti bahwa kita lepas sama sekali dari rasa itu. Sebab akan menjadi aneh jika kita bersukacita (kegirangan) saat harapan kita jauh dari kenyataan yang terjadi. Tetapi yang dimaksudkan adalah bahwa rasa kecewa yang ada tidak berdampak negatif tetapi sebaliknya memberi satu pelajaran bagi kita untuk lebih lagi bergantung kepada Tuhan. Semakin menyadari bahwa tanpa Tuhan kita tidak akan pernah mampu untuk hidup.
v Alasan untuk tidak kecewa:
·      Tuhan pemilik kehidupan kita (Rm. 14:8). Ketika kita memiliki sesuatu maka kita berhak penuh atasnya. Misalnya kita memiliki sebidang tanah, maka kita berhak untuk menanam apapun diatasnya, mendirikan apapun di atasnya. Demikianlah hidup kita di hadapan Tuhan.
·      Tuhan yang menetapkan langkah hidup kita (Mzm. 37:23). Jika Tuhan tetapkan 100 langkah akankah kita memaksakan diri melebihi itu??  Musa adalah tokoh hebat, pelopor hukum taurat, Nabi eksodus yang membawa umat Tuhan dari tanah perbudakan. Apakah ia sampai tanah perjanjian? No, ia hanya sampai di gunung Nebo. Jadi jangan kecewa, toh Musa yang hebat juga hanya sampai di Nebo.
·      Kita adalah pekerja di Ladang Tuhan (Mat. 20:1). Ketika kita bekerja di suatu tempat maka ada aturan-aturan yang ditetapkan. Jam kerja, upah, THR, dll. Ketika kita taati aturan tersebut maka kita akan terus jadi pekerja. Memang kita bisa sampaikan permohonan tetapi keputusan tetap pada pemilik. Demikian kita dihadapan Tuhan.
·      Kita adalah buatan tanganNya (Ef. 2:10). Seorang pengrajin/pemahat patung akan memahat sesuai seleranya, yang pasti ia akan menghasilakan sebuah patung yang indah dan bernilai. Demikian hidup kita di tangan Tuhan. Ketika kita sabar menjalani prosesnya maka kita akan menjadi orang yang berbahagia. Tapi ingat, jangan ukur kebahagian dari ukuran manusia. Sebab manusia tak pernah bahagia.  
C.       KESIMPULAN
Memuaskan diri dengan rasa kecewa sama dengan meminum air laut. Rasa haus takkan kunjung surut. Lebih baik membangun asa diantara reruntuhan rasa kecewa. Sebab disanalah akan kita temukan bahagia. Dan ingtlah bahagia adalah tentang Dia bukan kita. Sebab tanpa Dia bahagia hanyalah fatamorgana. TYM. Amin.  

No comments:

Post a Comment