Thema : Metode PI “Yesus Dengan 5000 Orang”
Nats : Matius 14:13-21
Oleh : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.
A.
PENDAHULUAN
Sebuah nats berbunyi : Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya (2 Tim. 4:2). Ini adalah sebuah perintah, bahwa kapan dan
dimanapun kita sebagai orang percaya wajib memberitakan Injil kepada setiap
orang. Yesus yang baru mendengar peristiwa kematian Yohanes Pembaptis sesungguhnya
ingin mengasingkan diri. Mengapa? Secara manusia tentulah Yesus sedih atas
kematian Yohanes sebab ia yang memproklamirkan pelayanan Yesus lewat sebuah
peristiwa di Yordan. Setelah Yesus dibaptis di Yordan maka Ia memulai pelayananNya di
Galilea. Namun rasa sedih dan kehilangan itu tidak menjadi penghalang berita
Injil. Ketika Yesus melihat orang banyak maka tergeraklah hatiNya oleh belas
kasihan. Sebagai orang yang telah menerima keselamatan maka memberitakan Injil
adalah suatu kewajiban bagi kita. Apapun masalah yang ada dalam hidup tidak
boleh menghalangi kita untuk memberitakan Injil Kristus. Penjara, kelaparan,
penyakit, dll. tidak pernah menyurutkan semangat Paulus untuk memberitakan
Injil. Namun demikian, kita harus tetap berhikmat dalam menyampaikannya agar
berita itu menjadi berkat bagi orang yang mendengarkannya. Mari belajar metode
penginjilan dari Yesus.
B.
ISI
Metode Pemberitaan
Injil oleh Yesus yang harus kita teladani dan terapkan adalah:
1.
Menyadari
bahwa Pemberitaan Injil adalah hal yang utama (ay. 13).
“Setelah Yesus mendengar berita
itu, maka menyingkirlah Ia dari situ, dan hendak mengasingkan diri”. Bahwa situasi
Yesus tidak dalam kondisi baik saat itu, namun orang banyak yang ingin
mendengar dan mengikut Dia adalah hal yang paling utama bagi Yesus. Sebagaimana
Paulus berkata bahwa memberitakan Injil adalah hutang yang harus ia bayar (Roma
1:14-15).
2.
Memulai Pemberitaan
Injil dengan hati (ay. 14).
“Ia melihat orang banyak maka
tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan”. Jika dasarnya bukan cinta maka berita
injil akan terasa hambar, baik bagi pemberita maupun penerima berita. Oleh
karena belas kasihnya maka Bunda Teresa meninggalkan Skopje, Makedonia dan
pergi ke Kalkuta India sampai meninggal pada September 1997. Seluruh hidupnya
dihabiskan untuk menyatakan kasih Kristus kepada suku terabaikan di Negara tersebut.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Nomensen. Ia meninggalkan Jerman dan pergi ke
Tanah Batak. Bagaimana dengan kita?
3.
Menjadi
berkat saat pemberitaan Injil (ay. 14 dan 16)
“dan Ia menyembuhkan mereka yang
sakit”. Bahwa saat Yesus memberitakan Injil, Ia menjadi pembawa kesembuhan bagi
orang yang dilayani. “kamu harus memberi mereka makan”. Yesus juga menjadi
berkat dengan memberi makan orang-orang yang mendengar berita Injil. Artinya,
sembari Injil kita beritakan maka kita harus menjadi berkat. Berkat tidak
selalu berbicara materi tetapi lewat kehadiran kita orang lain merasakan damai
sejahtera dan sukacita.
4.
Mengandalkan
kuasa Allah saat memberitakan Injil (ay. 19).
“Yesus menengadah ke langit dan
mengucap berkat”. Yesus dalam kemanusiaanNya mengandalkan kuasa Bapa di sorga
untuk memberkati orang-orang banyak yang Ia layani. Mari kita beritakan Injil
dengan mengandalkan kuasa Allah. Jangan lelah walau mereka yang mendengar berita
itu belum kunjung datang, sebab tugas kita adalah menyampaikan. Roh Kudus yang
menuntun mereka pada suatu pertobatan.
C. PENUTUP
Yesus telah memberi teladan memberitakan Injil. Nomensen dan Bunda
Teresa pun telah memberi teladan selanjutnya. Jika hari ini kita percaya itu pun
karena ada orang yang memberitakannya. Maka tongkat yang sudah ditangan kita, itulah keselamatan harus kita teruskan kepada orang lain. Janganlah tongkat
estafet itu berhenti ditangan kita. Banyak jiwa yang sedang menuju kebinasaan.
Mari kita teruskan berita keselamatan yang sudah kita miliki kepada orang
berikutnya, sehingga mereka akan teruskan lagi dan lagi. Dan akhirnya dunia ini
akan dipenuhi oleh orang-orang percaya. Tuhan Yesus memberkati. Amin.