Monday, August 15, 2016

TIMOTIUS



TIMOTIUS ( 1 Tim 4 : 12)
Oleh    : Ev. Nelson Sembiring, S. Pd.

PENDAHULUAN
Timotius berarti memuliakan/menghormati Allah. Timotius memang layak menyandang nama itu karena sejak kecil dia sudah mengenal ajaran-ajaran Kitab Suci. Alkitab mencatat bahwa Timotius bahwa Timotius lahir dari ayahnya yang seorang Yunani dan Ibunya Eunike seorang Yahudi. Ibunya menanamkan benih yang kekal dalam hidup Timotius sesuai dengan ajaran dan tradisi Yahudi. Selain itu, neneknya yang bernama Louis, juga ikut membangun jati dirinya menjadi orang yang teguh dalam iman (II Tim 3 : 14 – 15). Timotius dibesarkan dan tinggal di Listra, suatu daerah di Provinsi Kilikia.

ISI
1.      Pelayanan dan Tantangan Timotius
a.      Pelayanan
Timotius memulai pelayanannya pada usia 15 tahun. Pada saat menerima surat yang pertama (1 Timotius), timotius berusia 33 tahun. Menurut tradisi Yahudi, seseorang dapat dianggap dewasa pada usia 30 tahun. Namun untuk menjadi seorang guru atau pemimpin jemaat, umur sekian ini masih dianggap terlalu muda. Pada usia semuda ini, Timotius harus memimpin dan mengajar orang-orang yang lebih tua daripadanya. Ia dipercayakan oleh Paulus untuk menggembalakan (gembala sidang) jemaat di efesus. Sebagai gembala sidang, Timotius percayakan untuk mengajar tentang:
1.      Tugas seorang pendeta jemaat setempat (I Tim 1: 20)
2.      Ibadah jemaat dan sikap di dalam beribadah (1 Tim 2: 1-15)
3.      Syarat-syarat pekerja-pekerja gereja (Penatua/diaken) (1 Tim 3: 1-16)
4.      Kehidupan seorang hamba Tuhan dan setiap orang Kristen (1 Tim 4:1 – 6:21)
b.       Tantangan
Ada 2 tantangan yang dihadapi oleh Timotius yaitu:
1.      Dari Luar Dirinya
Pada saat itu berkembang ajaran sesat di Efesus. Ajaran ini mengajarkan tentang keutamaan tubuh. Tubuh harus dijaga dengan baik misalnya dengan olah raga, berpantang makanan tertentu, bahkan kalau perlu tidak menikah. Disamping itu, juga adanya kelompok orang tertentu yang ingin menjadi pemimpin dan pengajar hukum taurat tanpa mengerti hakekat kepemimpinan dan tujuan hukum taurat (I Tim 1: 3-11).
2.      Dari Dalam Dirinya
Pada usia semuda ini, Timotius harus memimpin dan mengajar orang-orang yang lebih tua daripadanya. Hal ini membuat jemaat dan orang lain memandang remeh Timotius.

2.      Cara Timotius menghadapi tantangan dalam pelayanan.
Dalam usia yang sangat muda tidak mudah bagi Timotius untuk tetap bertahan dalam pelayanannya sebagai gembala sidang, maka tidak ada cara lain bagi dia selain menunjukkan bahwa dirinya layak menjadi teladan tanpa banyak bicara tetapi banyak berkarya dan terus menunjukkan kualitas hidup yang teruji (I Tim 4 : 12).  Kualitas hidup Timotius yang ia tunjukkan sebagai teladan adalah:
a.       Suka Belajar Firman Tuhan (2 Tim 3:15)
b.      Memiliki kwalitas iman yang teruji (1 Tes 3:2)
c.       Memiliki reputasi yang baik (Kis 16:2)
d.      Pemimpin yang setia (1 Kor 4: 17; Filipi 2:22)
e.       Sungguh-sungguh memperhatikan orang lain (Filipi 2: 19,20)
f.       Disebut manusia Allah atau abdi Allah (1 Tim 6:11). Hal yang sama disebut kepada: Musa, Samuel, Daud)
g.      Dipercaya oleh Paulus (Filipi 2: 19-20; 1 Tes 3:2; 1 Kor 16:10)

KESIMPULAN
Sebagai orang-orang muda marilah kita terus berjuang untuk menunjukkan teladan kepada orang lain. Sebab menjadi tua itu adalah pasti tetapi menjadi dewasa itu adalah pilihan. Sebagaimana Timotius mampu menunjukkan bahwa usia muda bukanlah menjadi penghalang bagi dirinya untuk menjadi pemimpin yang handal maka kita juga harus terus berjuang agar menjadi anak-anak muda yang handal dan diperhitungkan baik dalam perkara jasmani terlebih rohani. Tentu dengan kekuatan sendiri tidak mudah melakukannya, tetapi bersama Tuhan kita bisa. Karena firman Tuhan berkata dalam Maz 119 : 9 “Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu. Tuhan Yesus memberkati. AMIN.




Tuesday, August 2, 2016

Lebih dari pemenang



Lebih dari pemenang (Roma 8 : 31 – 39)
Oleh    : Ev. Nelson Sembiring, S. Pd.

a.      PENDAHULUAN
Sebuah kalimat mengatakan “Tak ada kemenangan tanpa peperangan”, artinya bahwa setiap orang yang pernah menang dalam hidupnya tentulah melalui suatu “peperangan”. Peperangan tidaklah hanya terbatas pada perang secara fisik dengan mengangkat senjata, namun lebih luas peperangan yang dimaksud adalah segala usaha yang dilakukan untuk memperoleh hidup yang lebih baik hari lepas hari, baik kehidupan secara jasmani terlebih lagi kehidupan secara rohani. Banyak pribadi yang mengalami kegagalan dalam hidupnya ketika berjuang hanya dengan mengadalkan kekuatannya sendiri. Oleh karena itu marilah kita menjadikan Tuhan Yesus sebagai Pembela kita dalam menjalani kehidupan ini, maka yakin dan percayalah kita pasti lebih dari pemenang.

b.      ISI
1.      Arti Pemenang dan Kemenangan
a.       Secara praktis pemenang berarti orang yang berhasil memperoleh sesuatu yang ia impikan di dalam hidupnya. Contoh: Ronaldo berhasil meraih “sepatu emas”.
b.      Secara praktis kemenangan berarti suatu hasil yang diperoleh oleh karena suatu usaha (kerja keras) baik secara individu atau pun kelompok.
c.       Secara theologis pemenang berarti orang yang menjadikan Tuhan Yesus sebagai pemimpin hidunnya (ayat 31b, 37). Contoh: Saat Paulus dalam perjalanan ke Damsyik (Kis 22 : 6).
d.      Secara theologis kemenangan bagi orang percaya adalah saat Kristus mati dan bangkit mengalahkan maut (ayat 34).

2.      Siapakah lawan kita?
Tentulah yang menjadi lawan orang percaya adalah Iblis (1 Ptr 5 : 8). Iblis selalu berusaha memisahkan kita dari kasih Allah (ayat 35)  melalui:
a.       Penindasan/kesesakan
Cth: Ayub mengalami kesesakan yang teramat sangat dari Iblis dengan seizinNya.
b.      Kelaparan/ketelanjangan
Cth: Paulus (Fil 4 : 12)
c.       Bahaya/pedang
Cth: Stefanus (Kis 7 : 58 – 60)
d.      Kuasa maut (ayat 36)
e.       Kenikmatan dunia (Harta, kekuasaan dan popularitas)

3.      Syarat agar menjadi orang yang lebih dari Pemenang
Untuk menjadi pemenang secara duniawi saja orang membutuhkan persyaratan-persyaratan yang begitu banyak. Demikian juga secara rohani kita memiliki syarat menjadi pemenang yang sejati yaitu:
a.       Selalu berada di pihak Allah (ayat 1)
b.      Menjadikan Kristus sebagai Pembela dalam hidup kita (ayat 34)
c.       Hidup dalam kasih Kristus (ayat 35, 37)
d.      Tetap mengerjakan Keselamatan kita (Fil 2 : 12)
e.       Mengenkan semua perlengkapan senjata Allah (Ef 6 : 17)

c.       KESIMPULAN
Mari jadikan Kristus sebagai pembela dalam hidup kita maka kemenangan akan menjadi milik kita. Penderitaan tidak akan pernah bisa memisahkan kita dari kasih Tuhan sebab kita tahu bahwa penderitaan ringan yang kita alami saat ini mengerjakan kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya. Tuhan Yesus memberkati. AMIN.