TIMOTIUS ( 1 Tim 4 : 12)
Oleh : Ev. Nelson Sembiring, S. Pd.
PENDAHULUAN
Timotius
berarti memuliakan/menghormati Allah. Timotius
memang layak menyandang nama itu karena sejak kecil dia sudah mengenal
ajaran-ajaran Kitab Suci. Alkitab mencatat bahwa Timotius bahwa Timotius lahir
dari ayahnya yang seorang Yunani dan Ibunya Eunike seorang Yahudi. Ibunya
menanamkan benih yang kekal dalam hidup Timotius sesuai dengan ajaran dan
tradisi Yahudi. Selain itu, neneknya yang bernama Louis, juga ikut membangun
jati dirinya menjadi orang yang teguh dalam iman (II Tim 3 : 14 – 15). Timotius
dibesarkan dan tinggal di Listra, suatu daerah di Provinsi Kilikia.
ISI
1.
Pelayanan dan
Tantangan Timotius
a.
Pelayanan
Timotius
memulai pelayanannya pada usia 15 tahun. Pada saat menerima surat yang pertama
(1 Timotius), timotius berusia 33 tahun. Menurut tradisi Yahudi, seseorang
dapat dianggap dewasa pada usia 30 tahun. Namun untuk menjadi seorang guru atau
pemimpin jemaat, umur sekian ini masih dianggap terlalu muda. Pada usia semuda
ini, Timotius harus memimpin dan mengajar orang-orang yang lebih tua
daripadanya. Ia dipercayakan oleh Paulus untuk menggembalakan (gembala sidang)
jemaat di efesus. Sebagai gembala sidang, Timotius percayakan untuk mengajar
tentang:
1.
Tugas seorang pendeta jemaat
setempat (I Tim 1: 20)
2.
Ibadah jemaat dan sikap di dalam
beribadah (1 Tim 2: 1-15)
3.
Syarat-syarat pekerja-pekerja gereja
(Penatua/diaken) (1 Tim 3: 1-16)
4.
Kehidupan
seorang hamba Tuhan dan setiap orang Kristen (1 Tim 4:1 – 6:21)
b.
Tantangan
Ada 2 tantangan yang dihadapi oleh
Timotius yaitu:
1.
Dari
Luar Dirinya
Pada
saat itu berkembang ajaran sesat di Efesus. Ajaran ini mengajarkan tentang
keutamaan tubuh. Tubuh harus dijaga dengan baik misalnya dengan olah raga,
berpantang makanan tertentu, bahkan kalau perlu tidak menikah. Disamping itu,
juga adanya kelompok orang tertentu yang ingin menjadi pemimpin dan pengajar
hukum taurat tanpa mengerti hakekat kepemimpinan dan tujuan hukum taurat (I Tim
1: 3-11).
2.
Dari
Dalam Dirinya
Pada
usia semuda ini, Timotius harus memimpin dan mengajar orang-orang yang lebih
tua daripadanya. Hal ini membuat jemaat dan orang lain memandang remeh
Timotius.
2.
Cara Timotius
menghadapi tantangan dalam pelayanan.
Dalam usia yang sangat muda tidak mudah
bagi Timotius untuk tetap bertahan dalam pelayanannya sebagai gembala sidang,
maka tidak ada cara lain bagi dia selain menunjukkan bahwa dirinya layak
menjadi teladan tanpa banyak bicara tetapi banyak berkarya dan terus menunjukkan
kualitas hidup yang teruji (I Tim 4 : 12).
Kualitas hidup Timotius yang ia tunjukkan sebagai teladan adalah:
a.
Suka Belajar Firman Tuhan (2 Tim
3:15)
b.
Memiliki kwalitas iman yang teruji
(1 Tes 3:2)
c.
Memiliki reputasi yang baik (Kis
16:2)
d.
Pemimpin yang setia (1 Kor 4: 17;
Filipi 2:22)
e.
Sungguh-sungguh memperhatikan orang
lain (Filipi 2: 19,20)
f.
Disebut manusia Allah atau abdi
Allah (1 Tim 6:11). Hal yang sama disebut kepada: Musa, Samuel, Daud)
g.
Dipercaya oleh Paulus (Filipi 2:
19-20; 1 Tes 3:2; 1 Kor 16:10)
KESIMPULAN
Sebagai
orang-orang muda marilah kita terus berjuang untuk menunjukkan teladan kepada
orang lain. Sebab menjadi tua itu adalah pasti tetapi menjadi dewasa itu adalah
pilihan. Sebagaimana Timotius mampu menunjukkan bahwa usia muda bukanlah
menjadi penghalang bagi dirinya untuk menjadi pemimpin yang handal maka kita
juga harus terus berjuang agar menjadi anak-anak muda yang handal dan
diperhitungkan baik dalam perkara jasmani terlebih rohani. Tentu dengan
kekuatan sendiri tidak mudah melakukannya, tetapi bersama Tuhan kita bisa.
Karena firman Tuhan berkata dalam Maz 119 : 9 “Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya
bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu. Tuhan Yesus memberkati. AMIN.