Thema : Maria di Hari Natal
Nats : Lukas 1:26-38
Oleh : Pdt. Nelson Sembiring, S.
Pd., M. Th.
A.
PENDAHULUAN
Ketika akan memasuki bulan
Desember maka hampir di segala penjuru dunia akan di hiasi oleh pernak-pernik
Natal dan begitu tiba di bulan Desember maka suasananya semakin meriah.
Lagu-lagu Natal terdengar di mana-mana, hiasan-hiasan Natal terpasang di mana-mana.
Ini semua menandakan bahwa Natal adalah suatu sukacita besar bagi dunia.
Tetapi, bagi sebagian orang Natal tidak selalu ditandai dengan suatu
kebahagiaan, sebab tidak jarang ada orang yang mengalami situasi-situasi sulit
saat menjelang bahkan saat Natal tiba. Mungkin ada juga di antara kita hari ini
yang merasakan situasi sulit itu, tetapi biarlah kita tetap memiliki sikap yang
benar walaupun situasinya sulit. Bahkan ketika ada sekelompok kaum yang
meyakini bahwa tidak perlu merayakan Natal dan yang lain berkata: Tidak mungkin
Natal terjadi di bulan Desember. Kita tetap memiliki sikap yang benar. Mari
belajar dari seorang Maria saat Natal pertama tiba.
B.
ISI
1.
Situasi
Maria menjelang Natal tiba.
a.
Suasana
bahagia.
Mengapa Maria
berbahagia? Ia sedang bertunangan (menjelang pernikahan) dengan Yususf (ay.
27). Menjadi pengantin adalah suatu momen yang sangat indah bagi setiap
pasangan.
b.
Suasana
menakutkan.
Mengapa Maria takut?
Ia didatangi Malaikat (ay.3) Ketika seseorang bertemu Malaikat maka ada suatu
situasi yang menakutkan seperti juga dialami Zhakaria (Luk. 1:11-12), para
Gembala (Luk. 2:9). Demikian juga Maria (ay. 29), sehingga Malaikat berkata:
Jangan takut (ay. 30).
c.
Suasana
membingungkan.
Mengapa Maria bingung?
Ia akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki (ay. 31). Sementara ia
belum memiliki suami (ay. 34). Dan akibat dari peristiwa ini sangat fatal,
Yusuf akan membatalkan pernikahan dan hukum rajam (lempar batu) sedang menanti.
2.
Sikap
Maria dengan situasi (suasana) menjelang Natal.
Bahagia, membingungkan
dan menakutkan bercampur menjadi satu dalam hati Maria. Secara umum manusia
lebih fokus kepada situasi sulit walaupun ada sesuatu yang membahagiakan.
Apalagi jika semuanya mengarah kepada situasi yang tidak menentu maka untuk
tersenyum saja pun akan terasa berat. Bagaimana Maria menyikapi situasi ini?
Sederhana saja:
a.
Percaya
dengan pesan Malaikat : Bagi Allah tidak ada yang mustahil (ay. 37).
b.
Menyadari
posisinya di hadapan Tuhan (ay. 38a)
c.
Berserah
penuh pada kehendak Tuhan (ay. 38b)
Menjadi
percaya, menyadari posisi dan berserah penuh memang tidak sesederhana
mengatakannya. Tentu Maria pun sangat bergumul dengan situasi-situasi tersebut.
Keteguhan hatinya akhirnya terjawab saat Malaikat mendatangi Yusuf dalam mimpi
dan meyakinkannya untuk mengambil Maria sebagai isterinya (Mat. 1:20).
3.
Meneladani
Maria dalam konteks Natal masa kini.
a.
Bagi
Allah tidak ada yang Mustahil
Ada kelompok yang
mengatakan tidak mungkin Natal terjadi di bulan Desember (Tebet) sebab pada
bulan ini suhu udara sangat dingin (dibawah 0oC) sehingga tidak
mungkin ada gembala-gembala di padang (Luk. 2:8) dan Yesus pun tidak ada
memerintahkan merayakan Natal di Alkitab terkecuali merayakan kematianNya
(Paskah). Jadi tidak perlu lagi merayakan Natal. Sikap kita seperti Maria,
sederhana: percaya saja. Allah bisa
menjadikan manusia dari debu tanah (Kej. 2:7), jadi apa susahnya bagi Allah
hanya sekedar membuat cuaca yang baik/nyaman saat firmanNya turun menjadi
manusia (Yoh. 1:14). Bagi Allah tiada yang mustahil, dan tiada yang mustahil
bagi orang percaya (Mrk. 9:23).
b.
Aku
adalah Hamba Tuhan. Hamba Tuhan fokus hidupnya adalah Tuhan. Tetapi pada
kenyataannya:
·
Fokus
Natal bukan lagi Kristus (Ibr. 12:2) Saat menjelang perayaan Natal, hal yang
sering dibahas adalah sekitar pakaian, makanan, kado, dll. Salahkah? Tidak ada
yang salah dengan hal ini, tetapi jika hal ini menjadi fokus dan mempengaruhi
sukacita Natal maka ada yang keliru dengan cara pikir kita. Mengapa Yesus lahir
di kandang domba? Karena ia ingin memberi suatu teladan bagi kita agar kita
memiliki sikap yang rendah hati (sederhana).
·
Natal sebagai ajang menampilkan kebolehan.
Saat perayaan Natal tiba, secara umum hal yang paling ditunggu bukanlah berita
Natal (Firman Tuhan) tetapi lebih kepada tampilan acara-acara (melihat anaknya
tampil, menunggu giliran tampil di depan, menanti Judika tampil, dll). Tidak
ada yang salah dengan acara-acara tersebut tetapi semua itu hanyalah
“bungkusnya”, isinya adalah Berita Natal dan itulah yang seharusnya yang paling
ditunggu.
·
Natal
hanya sebagai acara wajib. Di kalangan gereja, instansi, organisasi, dll.
kegiatan Natal adalah kegiatan tahunan yang wajib dilaksanakan, tetapi tidak
jarang semua hanya sekedar melaksanakan kewajiban tanpa makna.Sehingga seselum
dan sesudah Natal tidak ada suatu perubahan cara hidup. Bukankah terlalu besar
harga (biaya) yang kita habiskan tahun demi tahun hanya untuk kegiatan wajib
tanpa makna, alangkah sukacitanya kita juga Tuhan, jika kegitan wajib itu kita
rayakan dengan penuh makna, bahwa oleh karena kita sudah ditebus (dibayar
lunas) maka kita juga mau membayar harga itu untuk keselamatan yang telah kita
nikmati.
c.
Jadilah
Padaku Menurut Perkataanmu itu
Natal adalah tentang
Kristus yang rela meninggalkan kemuliaaNya menjadi manusia agar genaplah janji
Allah (Mat. 1:22). Artinya dalam kemanusiaaNya Ia tunduk kepada perintah Bapa
sampai akhir. Dan ditaman Getsemani ia berkata janganlah kehendakku, tapi
kehendakMu jadilah (Mrk. 14:36). Sebagai orang percaya kita tidak boleh
memaksakan kehendak (memiliki ini dan itu) saat Natal tiba tetapi terimalah apa
yang Tuhan berikan kepada kita. Tuhan tidak memberi semua yang kita inginkan
tetapi Ia pasti memberikan apa yang kita butuhkan.
C.
PENUTUP
Mari
kita meneladani Maria saat menyambut Natal. Sambut kelahiran Kristus dengan
sikap yang benar bahwa tidak ada alasan bagi kita untuk tidak merayakannya.
Bahwa tiada yang mustahil bagi Allah untuk menyatakan kehendaknya bagi kita.
Bahwa Natal adalah hariNya buka hari kita, sehingga fokusnya adalah Dia bukan
kita. Jangan habiskan tenaga kita merayakan Natal tanpa makna. Tuhan Yesus
memberkati.