Monday, January 7, 2019

Maria Di Hari Natal


Thema             : Maria di Hari Natal
Nats                 : Lukas 1:26-38
Oleh                 : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.

A.       PENDAHULUAN
Ketika akan memasuki bulan Desember maka hampir di segala penjuru dunia akan di hiasi oleh pernak-pernik Natal dan begitu tiba di bulan Desember maka suasananya semakin meriah. Lagu-lagu Natal terdengar di mana-mana, hiasan-hiasan Natal terpasang di mana-mana. Ini semua menandakan bahwa Natal adalah suatu sukacita besar bagi dunia. Tetapi, bagi sebagian orang Natal tidak selalu ditandai dengan suatu kebahagiaan, sebab tidak jarang ada orang yang mengalami situasi-situasi sulit saat menjelang bahkan saat Natal tiba. Mungkin ada juga di antara kita hari ini yang merasakan situasi sulit itu, tetapi biarlah kita tetap memiliki sikap yang benar walaupun situasinya sulit. Bahkan ketika ada sekelompok kaum yang meyakini bahwa tidak perlu merayakan Natal dan yang lain berkata: Tidak mungkin Natal terjadi di bulan Desember. Kita tetap memiliki sikap yang benar. Mari belajar dari seorang Maria saat Natal pertama tiba.

B.       ISI
1.      Situasi Maria menjelang Natal tiba.
a.       Suasana bahagia.
Mengapa Maria berbahagia? Ia sedang bertunangan (menjelang pernikahan) dengan Yususf (ay. 27). Menjadi pengantin adalah suatu momen yang sangat indah bagi setiap pasangan.
b.      Suasana menakutkan.
Mengapa Maria takut? Ia didatangi Malaikat (ay.3) Ketika seseorang bertemu Malaikat maka ada suatu situasi yang menakutkan seperti juga dialami Zhakaria (Luk. 1:11-12), para Gembala (Luk. 2:9). Demikian juga Maria (ay. 29), sehingga Malaikat berkata: Jangan takut (ay. 30).
c.       Suasana membingungkan.
Mengapa Maria bingung? Ia akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki (ay. 31). Sementara ia belum memiliki suami (ay. 34). Dan akibat dari peristiwa ini sangat fatal, Yusuf akan membatalkan pernikahan dan hukum rajam (lempar batu) sedang menanti.

2.      Sikap Maria dengan situasi (suasana) menjelang Natal.
Bahagia, membingungkan dan menakutkan bercampur menjadi satu dalam hati Maria. Secara umum manusia lebih fokus kepada situasi sulit walaupun ada sesuatu yang membahagiakan. Apalagi jika semuanya mengarah kepada situasi yang tidak menentu maka untuk tersenyum saja pun akan terasa berat. Bagaimana Maria menyikapi situasi ini? Sederhana saja:
a.       Percaya dengan pesan Malaikat : Bagi Allah tidak ada yang mustahil (ay. 37).
b.      Menyadari posisinya di hadapan Tuhan (ay. 38a)
c.       Berserah penuh pada kehendak Tuhan (ay. 38b)
Menjadi percaya, menyadari posisi dan berserah penuh memang tidak sesederhana mengatakannya. Tentu Maria pun sangat bergumul dengan situasi-situasi tersebut. Keteguhan hatinya akhirnya terjawab saat Malaikat mendatangi Yusuf dalam mimpi dan meyakinkannya untuk mengambil Maria sebagai isterinya (Mat. 1:20). 

3.      Meneladani Maria dalam konteks Natal masa kini.
a.       Bagi Allah tidak ada yang Mustahil
Ada kelompok yang mengatakan tidak mungkin Natal terjadi di bulan Desember (Tebet) sebab pada bulan ini suhu udara sangat dingin (dibawah 0oC) sehingga tidak mungkin ada gembala-gembala di padang (Luk. 2:8) dan Yesus pun tidak ada memerintahkan merayakan Natal di Alkitab terkecuali merayakan kematianNya (Paskah). Jadi tidak perlu lagi merayakan Natal. Sikap kita seperti Maria, sederhana:  percaya saja. Allah bisa menjadikan manusia dari debu tanah (Kej. 2:7), jadi apa susahnya bagi Allah hanya sekedar membuat cuaca yang baik/nyaman saat firmanNya turun menjadi manusia (Yoh. 1:14). Bagi Allah tiada yang mustahil, dan tiada yang mustahil bagi orang percaya (Mrk. 9:23). 
b.      Aku adalah Hamba Tuhan. Hamba Tuhan fokus hidupnya adalah Tuhan. Tetapi pada kenyataannya:
·      Fokus Natal bukan lagi Kristus (Ibr. 12:2) Saat menjelang perayaan Natal, hal yang sering dibahas adalah sekitar pakaian, makanan, kado, dll. Salahkah? Tidak ada yang salah dengan hal ini, tetapi jika hal ini menjadi fokus dan mempengaruhi sukacita Natal maka ada yang keliru dengan cara pikir kita. Mengapa Yesus lahir di kandang domba? Karena ia ingin memberi suatu teladan bagi kita agar kita memiliki sikap yang rendah hati (sederhana).
·       Natal sebagai ajang menampilkan kebolehan. Saat perayaan Natal tiba, secara umum hal yang paling ditunggu bukanlah berita Natal (Firman Tuhan) tetapi lebih kepada tampilan acara-acara (melihat anaknya tampil, menunggu giliran tampil di depan, menanti Judika tampil, dll). Tidak ada yang salah dengan acara-acara tersebut tetapi semua itu hanyalah “bungkusnya”, isinya adalah Berita Natal dan itulah yang seharusnya yang paling ditunggu.
·      Natal hanya sebagai acara wajib. Di kalangan gereja, instansi, organisasi, dll. kegiatan Natal adalah kegiatan tahunan yang wajib dilaksanakan, tetapi tidak jarang semua hanya sekedar melaksanakan kewajiban tanpa makna.Sehingga seselum dan sesudah Natal tidak ada suatu perubahan cara hidup. Bukankah terlalu besar harga (biaya) yang kita habiskan tahun demi tahun hanya untuk kegiatan wajib tanpa makna, alangkah sukacitanya kita juga Tuhan, jika kegitan wajib itu kita rayakan dengan penuh makna, bahwa oleh karena kita sudah ditebus (dibayar lunas) maka kita juga mau membayar harga itu untuk keselamatan yang telah kita nikmati.
c.       Jadilah Padaku Menurut Perkataanmu itu
Natal adalah tentang Kristus yang rela meninggalkan kemuliaaNya menjadi manusia agar genaplah janji Allah (Mat. 1:22). Artinya dalam kemanusiaaNya Ia tunduk kepada perintah Bapa sampai akhir. Dan ditaman Getsemani ia berkata janganlah kehendakku, tapi kehendakMu jadilah (Mrk. 14:36). Sebagai orang percaya kita tidak boleh memaksakan kehendak (memiliki ini dan itu) saat Natal tiba tetapi terimalah apa yang Tuhan berikan kepada kita. Tuhan tidak memberi semua yang kita inginkan tetapi Ia pasti memberikan apa yang kita butuhkan.

C.       PENUTUP
Mari kita meneladani Maria saat menyambut Natal. Sambut kelahiran Kristus dengan sikap yang benar bahwa tidak ada alasan bagi kita untuk tidak merayakannya. Bahwa tiada yang mustahil bagi Allah untuk menyatakan kehendaknya bagi kita. Bahwa Natal adalah hariNya buka hari kita, sehingga fokusnya adalah Dia bukan kita. Jangan habiskan tenaga kita merayakan Natal tanpa makna. Tuhan Yesus memberkati.


Persiapan Menjalani Tahun Baru


Thema            : Persiapan Menjalani Tahun Baru
Nats    : Mat. 8: 23-27
Oleh    : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.


A.   PENDAHULUAN
Ada tiga masa dalam kehidupan: Masa lalu, suatu kenangan dan tidak akan pernah kembali serta menjadi suatu pengalaman hidup. Masa kini, kenyataan yang harus dijalani dan menjadi suatu pengalaman baru. Masa depan, suatu impian dan harapan yang harus direncanakan dan didoakan dan menjadi suatu tantangan hidup.
Menjalani hidup ditahun 2019 ini sama dengan sebuah kapal mengarungi lautan yang luas. Tidak ada suatu kepastian apa yang akan terjadi ditengah samudera yang luas. Demikian juga kita dalam menjalani “samudera” kehidupan ditahun yang baru ini. Segala kemungkinan bisa terjadi. Tidak ada sesuatu yang dapat kita pastikan. Tetapi bagi orang percaya ada sesuatu yang pasti yaitu Allah pasti menyertai kita, sebab dia adalah “IMMANUEL”. Dalam segala situasi (teduh, badai, hampir tenggelam) ia akan selalu hadir. Sebab Dia tidak pernah tidur. Namun orang percaya sering gagal dalam memahami cara kerjaNya.

B.   ISI
Bagaimanakah persiapan kita untuk menjalani tahun ini agar kita dapat sampai di tahun mendatang dengan sukacita? Bekerja lebih giat adalah sesuatu yang baik, merencanakan segala sesuatu dengan penuh perhitungan adalah juga sangat baik. Tetapi ada hal terutama dan tidak boleh kita nomor duakan atau nomor tigakan yaitu:
1.      Pastikan Yesus hadir dalam “perahu” hidup anda (ay. 23).
“Lalu Yesus naik ke dalam perahu....”. Artinya, jangan pernah memulai perjalanan hidup jika Yesus belum hadir di dalamnya. Kitab Yakobus mengatakan “Jangan melupakan Tuhan dalam perencanaan” (Yak. 4:13-17).

2.      Pastikan Yesus sebagai pemimpin/nakhoda dalam “perahu” hidup anda (ay. 23).
“..... dan murid-muridNya pun mengikutinya”.  Mengikuti berarti dari belakang, orang yang mengikuti berarti “pengikut”. Artinya, jangan menjadikan Yesus sebagai alternatif saat kita sudah tidak mampu lagi mengendalikan kehidupan ini (ay. 25). Saat teduh, saat badai dan saat hampir tenggelam Yesus tetap jadi pilihan utama. Ilustrasi: Supir cadangan.

3.      Pastikan anda mengenal Yesus sebagai nakhoda “perahu” hidup anda (ay. 27)
Seorang anak tidak akan pernah ragu kemanapun ayah/ibunya membawanya sebab ia mengenalnya dengan baik. Ketika kita mengenal Yesus dengan baik maka kita:
a.       Tidak akan merasa takut (ay. 26), Pak Bondan (pemain sirkus).
b.      Percaya dengan segenap hati (ay. 26) Ilustrasi: Seorang jemaat.

Ketika ketiga hal di atas sudah kita pastikan maka kita akan melihat keajaiban Tuhan dalam menolong perjalanan hidup kita, gelombang (masalah hidup) akan IA hardik sehingga situasi menjadi aman terkendali (ay. 26).

C.    KESIMPULAN
Menjadikan Yesus sebagai nakhoda dalam “perahu” kehidupan di tahun yang baru ini bukan salah satu pilihan tetapi satu-satunya pilihan jika kita ingin sampai di akhir tahun ini dengan aman terkendali. Tetapi perlu diingat, untuk merasakan manisnya durian terkadang tangan kita harus terkena duri bahkan berdarah, sebab sukacita seringkali di dahului oleh suatu penderitaan sebagaimana pelangi indah muncul setelah hujan badai. Tetapi saat Yesus hadir di dalam perahu kita maka ia yang akan mengambil alih semua masalah yang sedang terjadi sampai akhirnya masalah itu pergi dari hidup kita. Tuhan Yesus memberkati. AMIN.