Thursday, July 30, 2020

Pemutusan Ikatan-Ikatan Dosa

Thema                 : Pemutusan Ikatan-Ikatan Dosa

Nats                       : Roma 3:23

Oleh                      : Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.

A.    PENDAHULUAN

Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, maka citra/gambar Allah yang ada di dalam manusia itu menjadi rusak. Sehingga Rasul Paulus berkata bahwa semua manusia telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23). Bagaimana agar manusia kembali menjadi pribadi yang segambar dengan Allah? Tidak ada pilihan lain terkecuali Ikatan/Kuasa dosa itu harus diputuskan di dalam nama Tuhan Yesus. Apakah orang yang telah memutuskan kuasa dosa serta merta menjadi pribadi yang sempurna dalam hidupnya dan tidak lagi berbuat dosa? Paulus berkata: “Yang baik yang aku kehendaki, tetapi yang jahat yang jahat yang aku perbuat” (Roma 7:19). Ini menunjukkan bahwa kuasa dosa begitu melekat dalam diri manusia sehingga butuh suatu perjuangan selama hidup untuk melawan kuasa dosa.

B.    ISI

1.       Arti Dosa

a.       Dalam PL dosa dalam bahasa Ibrani disebut “Khata” artinya tidak mengenai sasaran. Sejajar dengan itu dalam PB dosa dalam bahasa Yunani disebut “Hamartia” yang artinya tidak tepat sasaran. Bahwa apa yang dirancang oleh Allah dari semula begitu amat baik, tetapi manusia melenceng dari ketetapan Allah sehingga semua menjadi rusak. Hubungan manusia dengan Allah terputus.

b.       Dalam PL dosa dalam bahasa Ibrani disebut “Shagag” artinya kesalahan atau melakukan penyimpangan. Sejajar dengan itu dalam PB dosa dalam bahasa Yunani disebut “Plano” artinya melakukan perbuatan yang menyimpang dengan perbuatan tercela. Bahwa setelah manusia jatuh ke dalam dosa maka manusia berperilaku menyimpang dalam perbuatan dan cenderung berbuat yang salah.

2.       Makna dan akibat Dosa

a.       Dosa sebagai sesuatu yang tidak tepat sasaran.

Ketika manusia ingin menjadi sama dengan Allah (Kej. 3:4) maka manusia telah keluar dari jalur yang ditetapkan Allah (tidak menuju sasaran Allah). Dan itulah dosa yang sesungguhnya, yaitu tidak mengakui kedaulatan Allah sebagai satu-satunya penguasa khalik langit dan bumi. Hal yang sama dilakukan oleh orang-orang Yahudi ketika menolak Yesus sebagai Tuhan dan menyalibkanNya. Dan hari ini banyak yang menolak Yesus sebagai Tuhan, bahkan oleh mereka yang mengaku sebagai seoran Kristen. Oleh Yohanes dosa ini disebut “dosa yang mendatangkan maut” (1 Yoh. 1:16). Bahwa akibat dari orang yang menolak Allah adalah maut (kematian kekal di neraka).

b.       Dosa sebagai perbuatan yang menyimpang.

Ketika manusia sudah mengakui kedaulatan Allah dan mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan maka ia sudah memutuskan dosa dalam arti sudah kembali ke jalur yang benar (kembali kepada rancangan Allah). Namun dalam menjalani hari-hari hidup masih ada kemungkinan melakukan dosa dalam arti perbuatan yang menyimpang. Oleh Yohanes itu disebut “dosa yang tidak mendatangkan maut” (1 Yoh. 1:16). Dosa yang demikian membuat hidup jauh dari damai sejahtera, dan mendapat disiplin dari Allah. Misalnya Daud, saat ia jatuh dalam dosa perzinahan maka Allah menghukumnya: Anaknya dengat Betsyeba meninggal, Anaknya Absalom ingin membunuhhnya, Absalom ingin membunuh saudaranya Amnon karena memperkosa Tamar saudara perempuannya. Artinya, bahwa Daud yang diurapi Tuhan mendapatkan disiplin dari Allah saat berbuat dosa.

3.       Cara memutuskan ikatan dosa.

a.       Dosa yang mendatangkan maut.

Setelah manusia jatuh ke dalam dosa maka Allah menjanjikan suatu masa depan manusia dengan jalan mengutus anakNya yang tunggal ketengah dunia (Kej. 3:15) dan mengorbankan domba untuk menutupi ketelanjangn manusia (Kej. 3:21). Dan semua tergenapi saat firman menjadi manusia (Yoh. 1:14) dan Dialah Anak domba Allah yang menghapus dosa dunia (Yoh. 1:29). Dan semua orang yang menerimanya beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16). Maka putuslah kutuk dosa melalui kematianNya di atas salib.

b.       Dosa yang tidak mendatangkan maut.

Dosa sebagai suatu kesalahan akan terus menjadi bagian orang percaya sampai kembali kepada kekekalan. Orang sekelas Ayub pun mengutuki hari kelahirannya, Petrus pun masih kerap berseberangan dengan Yesus. Artinya ini adalah suatu perjuangan seumur hidup. Bagaimana agar kita sebagai orang percaya dapat memutus ikatan-ikatan dosa tersebut?

Ø  Tidak bergaul sembarangan (1 Kor. 5:33). Hawa Jatuh karena sembarangan bergaul.

Ø  Mematikan keinginan daging (Rm. 8:13). Dengan jalan mau dipimpin oleh Roh (Gal. 5:18 dan 25) dan menjadikan firman Tuhan sebagai standar hidup (Maz. 119:9).

Ø  Mengingat dan menghargai kesempatan yang diberikan Tuhan (Yoh. 8:11).

Ø  Waspada dengan godaan iblis ( 1 Pet. 5:8)

C.    PENUTUP

Sadarlah bahwa kita manusia yang telah mewarisi karakter dosa yang setiap saat siap menerkam kita. Kita tidak akan pernah langsung berubah total saat menjadi orang percaya. Tetapi kita harus terus mengalami perubahan secara progres menuju kesempurnaan. Mari terus berjuang mengalahkan kebiasaan-kebiasaan buruk di dalam diri kita. Tuhan akan bekerja saat seseorang membuka hati dan memberi ruang untuk tempat Roh Kudus bekerja. Artinya tanpa Tuhan kita tidak mampu dan tanpa kita Tuhan tidak akan berkarya dalam hidup kita.  Tuhan Yesus memberkati. Amin.

Tuesday, July 21, 2020

Bileam si Tukang Tenung


Thema            : Bileam si Tukang Tenung
Nats                : Bil. 23:23
Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.
A.        PENDAHULUAN
Tidak jarang kita mendengar ada orang yang mengalami suatu gangguan penyakit yang secara medis tidak terdeteksi apa yang menyebabkan ia sakit bahkan cek medis tidak bisa menyimpulkan penyakit yang dialami orang tersebut. Sehingga alternatif lain ditempuh oleh orang tersebut untuk beroleh kesembuhan. Dan akhirnya oleh “orang pintar” ia divonis mengalami gannguan oleh karena di santet (ditenung tau diguna-gunai). Jika hal ini terjadi pada orang yang belum percaya maka tidak ada hal yang diherankan. Tetapi sebaliknya jika hal ini menimpa orang yang mengaku sebagai orang percaya maka ada hal yang perlu diselidiki, mengapa itu bisa terjadi. Kita tahu bahwa dibalik santet/tenung/guna-guna ada satu kuasa yang bekerja yaitu kuasa Ibils yang memakai perantara manusia. Bileam adalah salah seorang pelaku tenung yang dicatat dalam Alkitab.
B.        ISI
1.      Bileam dan pekerjaannya
a.       Bileam adalah anak dari Beor dan tinggal di Petor dipinggir sungai Efrat (22:5). Petor adalah suatu daerah di Aram-Mesopotamia yang merupakan kampung halaman Abraham dan Ayahnya Terah. Ada kemungkinan Abraham dan Bileam memiliki hubungan keluarga. Tetapi yang pasti Bileam bukan orang Israel.
b.      Pekerjaan Bileam adalah tukang tenung (22:7). Dia akan menenung, mengutuk/menyerapah seseorang dengan suatu bayaran (22:16-17). Bileam adalah Nabi palsu (2 Pet. 2:15-16).
2.      Keyakinan Bileam
a.       Berdasarkan asal usulnya, sebagaimana Abraham maka Bileam pastilah bukan orang beragama Yudaisme, Kristen apalagi Islam. Agama Abraham dan keluarganya di Ur-Kasdim daerah Aram-Mesopotamia adalah agama Samawi (agama yang turun dari langit). Maka Bileam kemungkinan memilki keyakinan sama dengan Abraham.
b.      Berdasarkan karakter hidupnya maka Bileam bukanlah orang yang percaya sebagaimana Abraham. Mengapa? Bileam tergiur dengan uang/upah menenung (Bil. 22:16-17, 2 Pet. 2:15-16, Yud. 1:11, Why. 2:14)
c.       Berdasarkan pengakuan Bileam seolah-olah ia adalah orang percaya (Bil. 23:6, 24:13). Apakah pengakuan itu serta merta menunjukkan bahwa Bileam orang percaya? No, Bileam sadar diri bahwa Ia takkan pernah bisa melawan Allah untuk mengutuk/menyerapah bangsa Israel. Ia tahu kalau Allah itu Mahakuasa, sebagaimana iblis mengakui Yesus (Mrk. 5:6-7).  Dan sampai akhir hidupnya Bileam tetap tidak bertobat, ia mati dibunuh orang Israel atas perintah Tuhan kepada Musa (Bil. 31:7-8).
3.      Hasil Tenungan Bileam
Berulang kali Balak Raja Moab meminta Bileam untuk mengutuk/menyerapah/menenung bangsa Israel. Sebenarnya Bileam ingin melakukannya demi uang tetapi ia sadar tak mungkin melakukannya sebab Tuhan ada di pihak Israel. Sehingga terbuktilah firman Tuhan yang berkata:
a.       Jika Allah di pihak kita .... (Rm. 8:31)
b.      Roh yang ada di dalam kamu lebih besar dari .... (1 Yoh. 4:4)
c.       Tuhan Allahmu mengubah kutuk menjadi berkat ... (Ul. 23:5).
Artinya, bahwa orang yang sungguh-sungguh percaya takkan pernah bisa disantet atau ditenung/diguna-gunai. Jadi bagaimana jika ada orang yang mengaku percaya tetapi kena santet? Ada 2 kemungkinan. Pertama, dia sesungguhnya belum orang percaya. Kedua, dia memang orang percaya tetapi lebih bergantung pada diri sendiri sehingga ada celah untuk kuasa iblis mengambil bagian dan Tuhan mengizinkan itu terjadi sebagai disiplin baginya untuk menyatakan kuasanya.
Ketika Bileam tak mampu menenung bangsa Israel maka ia mencari celah (kelemahan) bangsa Israel yaitu nafsu (berzinah, makanan haram, meyembah allah lain, Bil. 25:1-3). Artinya, bahwa musuh terbesar bukan tukang tenung tetapi diri sendiri.
C.        PENUTUP
Orang percaya takkan mengerjakan apa yang dikerjakan Bileam, orang percaya takkan terkena tenung Bileam. Orang percaya takkan mengikut jalan hidup Bileam. Jika ada orang yang terkena tenung Bileam dan hidup menurut jalan Bileam maka ia bukan orang percaya. Dan ingat tenung yang paling mengerikan bukanlah datang dari Bileam tapi dari nafsu yang ada dalam diri orang percaya.