Saturday, September 5, 2020

Tak Perlu ke Gereja

 

                                                Thema            : “Tak Perlu ke Gereja

                                                Nats                : Amos 5:4-6

                                                Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.

 

A.        PENDAHULUAN

Setujukah anda dengan pernyataan: “Mencari Tuhan tidak harus ke gereja, sebab Tuhan tidak dibatasi oleh gedung gereja, sebab Tuhan ada dimana-mana”. Tuhan tidak dibatasi oleh gedung gereja, ya. Tuhan ada dimana-mana, juga ya. Sebab Tuhan memang lintas ruang dan waktu. Tapi, akankah kita setuju bahwa dengan demikian kita tidak lagi perlu ke gereja untuk bertemu Tuhan? Terlebih dalam situasi pandemi yang tak kunjung normal? Ditambah lagi dengan pesan tegas Amos sang nabi yang tak mau disebut nabi yang melarang umat Tuhan untuk pergi ke “gereja”. Makin komplitlah alasan kita untuk tidak hadir di gereja, bahkan mulut kita bisa jadi berkata: Walaupun saya tak malas ke gereja, saya masih lebih baik dari mereka-mereka yang setiap hari minggu beribadah. Apakah maksud Nabi Amoz melarang umat Tuhan pergi ke “gereja”? Mari kita belajar.

B.        ISI

a.       Adakah Amos melarang umat Tuhan ke gereja?

Secara tersurat tidak ada larangan “jangan ke gereja” dari nabi Amos, tetapi secara tersirat nabi Amos menekankan larangan itu.

·      Janganlah kamu pergi ke Betel (ay. 5a). “Bet” artinya Bait dan “El” artinya Allah, sehingga Betel berarti Bait Allah (gereja pada masa kini). Betel pertama di sebut dalam Kej. 12:8 dimana Abraham mendirikan kemahnya dan memanggil nama TUHAN. Bahkan di Betel Yakub bermimpi melihat malaikat dan Tuhan (Kej. 28:12). Artinya bahwa Betel adalah tempat yang bersejarah.

·      Janganlah pergi ke Gilgal (ay. 5b). Gilgal artinya “Lingkaran Batu”. Gilgal banyak dibahas pada zaman Yosua. Setelah bangsa Israel menyeberang Yordan mereka tiba di Gilgal dan mendirikan kemah di sana dengan menegakkan 12 batu yang diambil dari Yordan sebagai peringatan kepada anak cucu mereka bahwa Tuhan melakukan keajaiban besar dengan mengeringkan sungai Yordan saat mereka menyeberang (Yos. 4:19-23). Artinya bahwa Gilgal adalah tempat Tuhan menyatakan keajaibanNya.

·      Jangan menyeberang ke Bersyeba (ay. 5c). Bersyeba artinya “Sumber air kelimpahan”. Bersyeba pertama di bahas dalam Kej. 21:14, Hagar dan Ismael yang diusir Abraham atas permintaan Sara, mereka kehausan dan hampir mati di padang gurun Bersyeba tetapi Tuhan menunjukkan kuasanNya dengan memperlihatkan sebuah sumur (Kej. 21:19). Artinya bahwa Bersyeba adalah sumber air sebagaimana gereja yang adalah tempat Firman diberitakan.

b.      Apa maksud larangan Nabi Amos tersebut?

·      Tiada guna ke gereja jika perbuatan tetap jahat (Amos 4:4a). Bahwa seharusnya orang yang senantiasa beribadah hidupnya mengalami perubahan ke arah yang lebih baik.

·      Tiada guna memberi persembahan jika hati tetap jahat (4:4b-5). Tuhan Yesus juga berpesan, Tinggalkanlah persembahanmu itu dan berdamailah dengan saudaramu (Mat. 5:24).

·      Bahwa di gereja sering nama manusia lebih tinggi dari nama Tuhan ( Amos 7:13). Raja Amazia menganggap dirinyalah Tuhan yang kudus, dialah penguasa di Betel yang harus dihormati.

·      Bahwa gereja sering dijadikan ladang cari makan (Amos 7:12). Baik sebagai hamba Tuhan mungkin juga jemaat, sering sekali menjadikan gereja/pelayanan sebagai tempat untuk mengisi pundi-pundi.  

c.       Sungguhkan Nabi Amos melarang umat Tuhan ke gereja? No, Nabi Amos hanya ingin agar umat Tuhan tahu untuk apa ia mencari Tuhan.

·      Mencari Tuhan untuk hidup (Amos 5:4b dan 5a). Memakai helm bukan menghindari razia tetapi untuk keselamatan. Ke gereja bukan sekedar kewajiban orang Kristen tetapi untuk menemukan kehidupan yang sesungguhnya.

·      Mencari Tuhan untuk ketentraman yang sejati (Amos 6:1). Bergereja bukan sekedar status agar kelihatan orang yang religius(beragama) tetapi untuk beroleh ketentraman(kedamaian) yang sejati. Bahwa banyak orang beragama tetapi sedikit orang yang berTuhan terlebih yang beriman.

C.        PENUTUP

Mencari Tuhan tidak harus ke gereja, sebab Tuhan tidak dibatasi oleh gedung gereja, sebab Tuhan ada dimana-mana, tetapi orang yang sungguh-sungguh mencari Tuhan, ia akan hadir di gereja pada waktunya, sebab ia tahu kapan waktu bertemu Tuhan dirumahNya”. Tuhan Yesus memberkati.Amin.

 

Wednesday, September 2, 2020

Pertumbuhan Gereja

Thema             : Pertumbuhan Gereja

Nats                 : Kis. 2:41-47

Oleh                 : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.

A.       PENDAHULUAN

Dari zaman para rasul sampai hari  ini gereja (orang percaya) mengalami pertumbuhan. Gereja sebagai organisasi terus bertumbuh baik secara kuantitas maupun kualitas. Sebuah website (https://www.wartaekonomi.co.id/read10828/inilah-fakta-pertumbuhan-rumah-ibadah-di-indonesia) merilis pertumbuhan gereja di Indonesia (Gereja Katolik bertambah 153% dari 4.934 menjadi 12.473, Gereja Protestan bertambah 131% dari 18.977 menjadi 43.909, sementara islam sebagai agama terbesar pun mesjid hanya bertambah 64% dari 392.044 menjadi 643.843). Data ini menunjukkan bahwa dalam skala nasional gereja mengalami pertumbuhan yang relatif tinggi. Jika kita melihat dalam konteks GKRI khususnya GKRI Injili Misi Agape juga mengalami pertumbuhan secara kualitas dan kuantitas. Secara kuantitas kita bisa melihat, di tahun 1997 GKRI IMA berdiri di Medan dan dalam rentang 2 dekade (20-an tahun sudah berdiri 4 gereja lokal dan 3 Pos PI). Memang pertumbuhannya tidak secepat gereja-gereja besar lain tetapi sebagai gereja yang tergolong baru (kepemimpinan generasi 1 ke 2) maka GKRI khususnya IMA sudah memperlihatkan eksistensinya sebagai organisai yang mengalami progres ke arah yang lebih maju. Bagaimanakah proses pertumbuhan gereja hari lepas hari? Apakah yang harus dilakukan sehingga terus bertumbuh? Mari belajar!!

B.       ISI

1.      Arti pertumbuhan gereja

Peter wongso mengataan: ”Pertumbuhan gereja adalah “perkembangan dan perluasan tubuh Kristus baik dalam kuantitas maupun kualitas, dalam bentuk yang nampak maupun isinya yang tidak tampak.” Gereja sebagai organisme yaitu kumpulan dari orang-orang percaya, diibaratkan seperti tanaman yang membutuhkan pertumbuhan melalui sari-sari makanan yang diperoleh dari air dan mineral dari dalam tanah yang cukup. 

2.      Pertumbuhan gereja secara kuantitas

a.        Artinya, bahwa gereja baik sebagai tubuh Kristus maupun sebagai organisasi dari waktu ke waktu mengalami peningkatan jumlah jiwa (ay. 41 dan 47). GKRI IMA di mulai dari 1-2 keluarga, selanjutnya bertambah menjadi belasan orang dan hari ini sudah mencapai ±70 jiwa (Padang Bulan Medan), jika dihitung total dengan yang di daerah maka sudah mencapai 500-an jiwa. Jika digabung GKRI seluruh Sumatera bahkan Indonesia maka jumlahnya akan mencapai puluhan bahkan ratusan ribu.

b.      Bagaimana agar bertumbuh secara kuantitas? Sebagaimana seorang marketing memperoleh konsumen demikianlah juga orang percaya harus mencari jiwa. Caranya:

·         Pergi memberitakan Injil (Mat. 28:19)

·         Memuridkan orang yang diinjili (Mat. 28:19)

·         Mengajar para murid (Mat. 28:19)

·         Menjadi berkat bagi orang lain/disukai orang lain (Kis. 2: 47b)

3.      Pertumbuhan gereja secara kualitas.

a.       Artinya, bahwa gereja sebagi tubuh Kristus (orang percaya) dari waktu ke waktu harus mengalami peningkatan kerohanian. Rasul Paulus berkata: ”Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari (2 Kor. 4:16). Dari tahun 1997 sampai hari ini saya tidak pernah dapati asbak rokok di keluarga hamba Tuhan GKRI IMA, ini artinya bahwa sungguh ingin memberi teladan kepada jemaat agar menyadari tubuh ini sebagai bait Allah yang harus dijaga kekudusannya. Beberapa jemaat yg awalnya perokok pun bisa berubah, ini bukti praktis pertumbuhan gereja secara kualitas.

b.      Bagaimana agar bertumbuh secara kualitas? Tidak ada pribadi yang berubah 1800 setelah ia menjadi orang percaya semua adalah proses selama hidup. Rasul Paulus berkata: “aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku (Fil. 3:13). Caranya:

·         Memberi diri dibaptis (ay. 41), baik baptis air sebagai lambang terlebih baptis Roh Kudus sebagai bukti kita menjadi orang percaya (Yoh. 1:5)

·         Bertekun dalam persekutuan dan pengajaran (ay. 42a). GKRI membuat ibadah komsel sebagai sarana pemuridan dan pengajaran terhadap jemaat.

·         Bertekun dalam doa (ay. 42b). Baik berdoa secara bersama-sama (ibadah doa puasa) ataupun secara pribadi di rumah masing-masing.

·         Selalu hadir di Bait Allah (ay. 46a). Mencari Tuhan tidak harus pergi ke gereja tetapi orang yang sungguh mencari Tuhan akan hadir di gereja pada waktunya.

·         Melakukan perjamuan kasih/berbagi sesama jemaat (ay. 45 dan 46b).

·         Selalu memuji Allah (ay. 47a). Gantilah lagu “Anak Medan” dengan “Anak Raja”.

C.       PENUTUP

Kuantitas dan kualitas adalah dua sisi yang berdampingan dalam pertumbuhan gereja, kuantitas yang baik harus disertai kualitas yang baik pula jika tidak maka semua hanya tinggal seremoni belaka. Kualitas yang baik akan mendorong kuantitas semakin meningkat. Bicara cepat atau lambat adalah sesuatu yang relatif, tetapi yang pasti Tuhan akan bekerja saat kita sungguh-sungguh dihadapanNya. Ingat bahwa yang menambah jumlah orang percaya adalah Tuhan (ay. 47). Bahwa memberitakan Injil adalah tugas kita tetapi yang membuat seseorang percaya adalah pekerjaan Roh Kudus sehingga bagi kita sendiri tidak ada ruang untuk berbangga hati saat orang percaya oleh pemberitaan kita, sebab semua hanya untuk kemuliaanNya. Tuhan Yesus memberkati. Amin.