Wednesday, March 10, 2021

Menjadi Bapa Seperti Ayub

Thema            : Menjadi Bapa Seperti Ayub

Nats                : Ayub 1: 1-5

Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.

 

A.        PENDAHULUAN

Menjadi seorang suami bagi isteri dan bapa bagi anak-anak bukanlah pekerjaan yang mudah. Artinya membutuhkan suatu perjuangan seumur hidup. Memenuhi kebutuhan jasmani adalah hal tanggung jawab yang berat sebagai seorang bapa. Tetapi lebih dari itu memenuhi kebutuhan rohani keluarga menjadi hal yang tidak boleh dinomor duakan oleh seorang bapa di tengah keluarga. Seorang bapa yang baik akan memikirkan keduanya secara seimbang. Bahwa pada waktunya ia akan bekerja mencari nafkah dan diwaktu yang lain ia akan memimpin keluarga datang kepada Tuhan untuk berbakti dan beribadah. Meneladani Ayub sebagai bapa menjadi satu solusi dalam memimpin sebuah keluarga.

 

B.        ISI

1.      Peran Ayub dalam memenuhi kebutuhan jasmani keluarga.

a.       Bekerja dengan giat (ay. 3).

Untuk mengelola peternakan yang begitu besar tentulah Ayub harus bekerja keras. Memang ia memiliki banyak pekerja (ay. 16) tetapi untuk mengatur semuanya ia harus menjadi manager yang selalu siaga.

b.      Bekerja dengan jujur (ay. 1)

Banyak orang tak kenal lelah dalam bekerja untuk keluarga, tetapi tidak jarang juga yang menghalalkan segala cara hanya untuk memperoleh rupiah. Tidak mengherankan jika banyak anak yang hidup jauh dari kebenaran, sebab apa yang ia makan bukan bersumber dari hasil perkerjaan orang tua yang jujur.

 

2.      Peran Ayub dalam memenuhi kebutuhan rohani keluarga.

a.       Menjadi pribadi yang takut akan Tuhan (ay. 1)

Bagaimanakah cara terbaik untuk mengubah orang lain menjadi lebih baik? Adalah dengan terlebih dahulu mengubah diri sendiri. Apapun cara yang dilakukan Ayub untuk membawa keluarganya kepada Tuhan takkan berhasil jika ia sendiri tidak takut akan Tuhan. Ketika Ayub takut akan Tuhan pun anak-anaknya masih sering berpesta pora (ay. 4-5) dan isterinya tidak setia pada Tuhan (2:9). Apalagi jika Ayub sendiri pun jauh dari Tuhan.

b.      Peduli dengan kerohanian anak-anaknya (ay. 5)

Bahwa tidak mudah untuk mengontrol anak-anak adalah benar, terlebih dengan perkembangan teknologi hari ini. Ayub pun pada masa lampau mengalaminya. Anak-anaknya suka berpesta (mungkin melakukan dosa). Tetapi Ayub tidak bosan dan tidak kehabisan cara untuk tetap mengarahkan anak-anaknya kepada hal-hal rohani.

c.       Mendisiplin anggota keluarga yang salah langkah (2:10).

Sebagai suami, Ayub tegas kepada isterinya jika berkaitan dengan kerohanian. Mungkin Ayub akan terima jika ia disalahkan, jika pekerja-pekerjanya disalahkan, jika anak-anaknya disalahkan. Tetapi saat Tuhan yang disalahkan oleh isterinya maka Ayub dengan keras membentak isterinya, bahwa Ia yakin Tuhan takkan pernah salah. Dan ternyata bentakan itu membuat isterinya setia sampai akhir hidupnya.

 

 

C.        KESIMPULAN

Seorang bapa dan suami yang baik takkan mengabaikan perkara jasmani dengan alasan rohani dan takkan meninggalkan perkara rohani hanya demi jasmani. Sebab ia tahu bahwa untuk hidup hari ini jasmani harus di perhatikan dan untuk beroleh kekekalan yang akan datang kerohanian menjadi jaminan. Maka ia akan berperan dalam kedua hal ini dengan maksimal. Ia akan bekerja pada porsinya dan beroa pada waktunya sehingga keduanya berdampingan sampai akhir kehidupan di tengah kesementaraan di dunia ini. Amin. Tuhan Yesus memberkati.


Tugas Seorang Suami

 

Thema            : Tugas Seorang Suami

Nats                : 1 Kor. 7:3

Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.

A.        PENDAHULUAN

Jatuh cinta itu mudah, bangun cinta itu susah. Artinya banyak orang bahagia saat berpacaran tetapi merana saat berkeluarga. Mengapa demikian? Karena seorang laki-laki tahu bagaimana menjadi seorang pacar yang baik tetapi tak bisa menjadi suami yang baik demikian juga seorang wanita. Saat berpacaran seorang laki-laki secara umum menunjukkan tanggung jawabnya tetapi sering lupa dengan tanggung jawabnya ketika sudah menjadi suami. Jika hal-hal demikian terjadi pada keluarga yang tidak percaya Tuhan maka masih bisa dimaklumi tetapi jika terjadi pada keluarga Kristen berarti ada hal yang perlu di perbaiki sehingga perjalanan keluarga menjadi lebih baik hari lepas hari. Artinya seorang suami Kristen harus memahami apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya ditengah keluarga. Bahwa masalah akan selalu ada tetapi saat seorang suami bijaksana dalam melakukan kewajibannya maka perjalana keluargan akan tetap langgeng sampai akhirnya kembali kepada Tuhan.

B.        ISI

1.      Tugas seorang suami : Memenuhi kewajibannya sebagai pemimpin keluarga.

a.       Secara Praktis.

·         Wajib bekerja keras memenuhi kebutuhan keluarga (Kej. 2: 17-19).

“Laki-laki dengan bersusah payah dan dengan berpeluh untuk mencari makan”.

·         Wajib menerapkan hidup mandiri dalam keluarga (Kej. 2:24).

“Laki-laki harus keluar dari rumah orang tuanya dan bersatu dengan isterinya”. Seorang suami harus menerapkan hidup sederhana dalam keluarga (Ibr. 13:5a).

·         Wajib menerapkan keterbukaan dalam keluarga (1 Kor. 7:4)

“Tubuh suami milik isteri dan tubuh isteri milik suami”. Artinya harus ada keterbukaan antara suami isteri. Saat Ishak dan Ribka tidak saling terbuka khususnya dalam mendidik anak-anak (Esau dan Yakub) maka terjadi kekacauan dalam rumah tangga (Kej. 27).

·         Wajib menerapkan disiplin kepada keluarga. Anak-anak harus di disiplin (Ams. 23:13-14) dan isteri pun harus ditegur saat menyimpang (Ayub 2:10).

b.      Secara Teologis

·         Wajib mengajarkan Firman Tuhan kepada keluarga khususnya anak-anak (Ul. 6:7). Tuhan marah dan akan menghukum orang tua yang tak mengajarkan Firman Tuhan kepada anak-anaknya (Mat. 18:6).

·         Wajib memantau kerohanian keluarga khususnya anak-anak. Sebagai seorang bapa Yakub peduli dengan kerohanian anak-anaknya (Ayub 1:5).

·         Wajib memimpin seluruh anggota keluarga untuk beribadah kepada Tuhan (Yos. 24:15). Yosua sebagai bapa di tengah keluarga menetapkan satu pilihan iman yaitu beribadah kepada Tuhan.

2.       Tugas suami : Memenuhi kewajibannya secara khusus kepada isteri.

a.       Menghormati isteri (1 Pet. 3:7)

b.      Mengasihi isteri (Ef. 5:28 dan 33)

c.       Rela berkorban bagi isteri (Ef. 5:25)

d.      Menjaga nama baik isteri (Mat. 1:19)

e.       Mengajakan pengetahuan kepada isteri (1 Kor. 14:35)

3.      Peran isteri dalam tugas suami. Seorang isteri adalah penolong (Kej. 2:18). Bahwa isteri harus menolong para suami dalam memimpin keluarga. Apakah pertolongan seorang isteri kepada suami?

a.       Memberi masukan dan saran bagi suami (Kej. 21:12)

b.      Berbuat baik kepada suami (Ams. 31:12)

c.       Bekerja membantu perekonomian keluarga (Ams. 31:13-14)

d.      Mengurus rumah tangga dengan baik (Ams. 31:15)

e.       Menyapa suami dengan lemah lembut (Ams. 31:26)

f.        Mempercantik diri secara rohani (Ams. 31:30)

 

C.        KESIMPULAN

Ketika seorang lelaki memilih untuk memiliki isteri maka dia harus siap menjadi seorang suami sesuai dengan ketetapan Ilahi bahwa seorang laki-laki harus besatu dengan isterinya dan keduanya menjadi satu daging. Bahwa kebahagian seorang suami adalah saat melihat isterinya berbahagia sebaliknya duka seorang suami adalah saat isterinya bersedih. Sepiring berdua jangan diubah menjadi dua piring sendiri. Tetaplah berpacaran sampai akhir kehidupan. Tuhan Yesus memberkati.

Donasi Untuk Pengembangan Pelayanan. 
No. Rekening BNI : 0330445252 (Cabang Medan)

Nama : Bpk NELSON