Thema : Menjadi
Bapa Seperti Ayub
Nats : Ayub 1: 1-5
Oleh : Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.
A.
PENDAHULUAN
Menjadi seorang suami bagi isteri dan bapa
bagi anak-anak bukanlah pekerjaan yang mudah. Artinya membutuhkan suatu
perjuangan seumur hidup. Memenuhi kebutuhan jasmani adalah hal tanggung jawab
yang berat sebagai seorang bapa. Tetapi lebih dari itu memenuhi kebutuhan
rohani keluarga menjadi hal yang tidak boleh dinomor duakan oleh seorang bapa
di tengah keluarga. Seorang bapa yang baik akan memikirkan keduanya secara
seimbang. Bahwa pada waktunya ia akan bekerja mencari nafkah dan diwaktu yang
lain ia akan memimpin keluarga datang kepada Tuhan untuk berbakti dan
beribadah. Meneladani Ayub sebagai bapa menjadi satu solusi dalam memimpin
sebuah keluarga.
B.
ISI
1.
Peran Ayub dalam memenuhi kebutuhan jasmani keluarga.
a.
Bekerja dengan giat (ay. 3).
Untuk mengelola peternakan yang begitu
besar tentulah Ayub harus bekerja keras. Memang ia memiliki banyak pekerja (ay.
16) tetapi untuk mengatur semuanya ia harus menjadi manager yang selalu siaga.
b.
Bekerja dengan jujur (ay. 1)
Banyak orang tak kenal lelah dalam bekerja
untuk keluarga, tetapi tidak jarang juga yang menghalalkan segala cara hanya
untuk memperoleh rupiah. Tidak mengherankan jika banyak anak yang hidup jauh
dari kebenaran, sebab apa yang ia makan bukan bersumber dari hasil perkerjaan
orang tua yang jujur.
2.
Peran Ayub dalam memenuhi kebutuhan rohani keluarga.
a.
Menjadi pribadi yang takut akan Tuhan (ay. 1)
Bagaimanakah cara terbaik untuk mengubah
orang lain menjadi lebih baik? Adalah dengan terlebih dahulu mengubah diri
sendiri. Apapun cara yang dilakukan Ayub untuk membawa keluarganya kepada Tuhan
takkan berhasil jika ia sendiri tidak takut akan Tuhan. Ketika Ayub takut akan
Tuhan pun anak-anaknya masih sering berpesta pora (ay. 4-5) dan isterinya tidak
setia pada Tuhan (2:9). Apalagi jika Ayub sendiri pun jauh dari Tuhan.
b.
Peduli dengan kerohanian anak-anaknya (ay. 5)
Bahwa tidak mudah untuk mengontrol
anak-anak adalah benar, terlebih dengan perkembangan teknologi hari ini. Ayub
pun pada masa lampau mengalaminya. Anak-anaknya suka berpesta (mungkin melakukan
dosa). Tetapi Ayub tidak bosan dan tidak kehabisan cara untuk tetap mengarahkan
anak-anaknya kepada hal-hal rohani.
c.
Mendisiplin anggota keluarga yang salah langkah (2:10).
Sebagai suami, Ayub tegas kepada isterinya
jika berkaitan dengan kerohanian. Mungkin Ayub akan terima jika ia disalahkan,
jika pekerja-pekerjanya disalahkan, jika anak-anaknya disalahkan. Tetapi saat
Tuhan yang disalahkan oleh isterinya maka Ayub dengan keras membentak
isterinya, bahwa Ia yakin Tuhan takkan pernah salah. Dan ternyata bentakan itu
membuat isterinya setia sampai akhir hidupnya.
C.
KESIMPULAN
Seorang bapa dan suami yang baik takkan
mengabaikan perkara jasmani dengan alasan rohani dan takkan meninggalkan
perkara rohani hanya demi jasmani. Sebab ia tahu bahwa untuk hidup hari ini
jasmani harus di perhatikan dan untuk beroleh kekekalan yang akan datang
kerohanian menjadi jaminan. Maka ia akan berperan dalam kedua hal ini dengan
maksimal. Ia akan bekerja pada porsinya dan beroa pada waktunya sehingga
keduanya berdampingan sampai akhir kehidupan di tengah kesementaraan di dunia
ini. Amin. Tuhan Yesus memberkati.