Inilah pandangan saya:
Apa yang
dilakukan oleh “Raja” Sambo memilki kemiripan dengan sebuah kisah di masa
lalu. Raja Daud, raja kedua orang Israel, yang oleh umat muslim
dipanggil Nabi Daud melakukan hal yang hampir sama dengan Sambo.
Alkitab dalam
2 Samuel 1:1-26 menceritakan:
Ketika di
suatu petang Daud berjalan-jalan di atas sotoh istana, dari atas dia melihat
seorang perempuan yang sedang mandi bernama Batsyeba. Perempuan itu sangat elok
rupanya sehingga Raja Daud menyuruh orang memanggilnya ke istana, lalu Daud
berzinah dengan perempuan itu.
Dosa Raja
Daud tidak berhenti disitu saja. Setelah perempuan itu memberitahukan kepada
Raja Daud bahwa dia telah mengandung, Raja Daud merancang sebuah skenario
jahat. Dia memerintahkan kepada Yoab panglima perang Israel agar menyuruh Uria
pulang dari medan perang ke rumahnya.
Setelah Uria
pulang dari medan perang, Raja Daud menjamunya di istana dua kali. Raja Daud
memberikan hadiah kepada Uria dan menyuruhnya pulang ke rumahnya supaya tidur
bersama istrinya Batsyeba. Maksudnya ketika Uria tidur bersama istrinya, Daud
mau membuat alibi bahwa jika Batsyeba mengandung, itu berarti berasal dari
benihnya Uria.
Tetapi
ketika malam itu Uria tidak mau pulang ke rumahnya untuk tidur bersama istrinya
dan memilih tidur di luar, Raja Daud kembali memanggil Uria pada hari kedua,
menjamunya makan lalu membuat Uria mabuk, lagi-lagi dengan harapan agar Uria
mau tidur dengan istrinya.
Tetapi ketika Uria tetap bersikukuh tidak mau tidur dirumahnya dengan alasan: "Tabut serta orang Israel dan orang Yehuda diam dalam pondok, juga tuanku Yoab dan hamba-hamba tuanku sendiri berkemah di padang; masakan aku pulang ke rumahku untuk makan minum dan tidur dengan isteriku? Demi hidupmu dan demi nyawamu, aku takkan melakukan hal itu!" Akhirnya Daud pun habis akal lalu menulis surat kepada Yoab: "Tempatkanlah Uria di barisan depan dalam pertempuran yang paling hebat, kemudian kamu mengundurkan diri dari padanya, supaya ia terbunuh mati." Dan Yoab pun menjalankan perintah raja, lalu Uria pun terbunuh. Lalu Raja Daud mengambil Batsyeba menjadi istrinya.
Dalam ajaran
islam juga menyinggung hal ini, walaupun masih terjadi perdebatan karena beda tafsir.
Sebuah ayat mengatakan bahwa:
Sesungguhnya saudaraku ini mempunyai
99 ekor kambing betina dan aku mempunyai seekor saja. Maka dia berkata:
“Serahkanlah kambingmu itu kepadaku dan ia mengalahkan aku dalam perdebatan.”
Daud berkata, “Sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepada kambingnya. Dan sesungguhnya
kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim
kepada sebagian lainnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
yang shalih dan amat sedikitlah mereka ini. Dan Daud mengetahui bahwa kami
mengujinya, maka ia meminta ampun kepada Robbnya lalu tersungkur sujud dan
bertaubat (QS. Shod: 21-25). Bahwa Daud sudah memiliki isteri 99 tetapi ia masih menginginkan
lagi seorang isteri dan perempuan itu adalah isteri dari panglimanya sendiri. Akhirnya ia mengambil perempuan tersebut dan mengirim
panglimanya untuk berperang dan memerintahkan dia berada pada barisan terdepan
agar ia mati terbunuh, dan akhirnya itu terjadi.
Penggalan cerita di atas jelas memperlihatkan bahwa Daud melakukan kesalahan yang hampir mirip dengan yang dilakukan Sambo yaitu:
1.
Melakukan pembunuhan
berencana terhadap anak buahnya
2.
Pembunuhan itu
berkaitan dengan perzinahan/perselingkuhan
Dan kita semua setuju bahwa orang yang demikian
layak mendapatkan hukuman. Dan ternyata mereka sudah mendapatkannya. Bahwa Daud
(dalam Alkitab) begitu banyak mengalami masalah setelah kejadian itu, anaknya
sendiripun berniat membunuhnya. Terjadi saling bunuh antara anaknya, terjadi
perzinahan antara anaknya, kerajaanya
terpecah, dll. Demikian juga Sambo, ia ditetapkan jadi tersangka bersama
isterinya. Dia dinonaktifkan dari jabatannya bahkan dipecat secara tidak hormat
dari kepolisian, terancam hukuman semumur hidup bahkan hukuman mati. Tentu
anak-anaknya pun mengalami tekanan yang begitu hebat hari ini juga nanti.
Namun, yang menjadi perbedaannya bahwa Daud
dipuji dan disanjung oleh umat (baik Islam juga Kristen) dari dulu sampai hari
ini. Artinya, kesalahan yang dilakukan oleh Daud telah dilupakan dan
kebaikannyalah yang diingat. Bahwa dia adalah Nabi Allah (Islam), bahwa dia
adalah Raja pilihan Allah (Kristen).
Mari sebagai umat Allah adillah dalam berpikir. Sudah cukuplah kebencian dan penghakiman kita terhadap Sambo. Toh menghakimi adalah hak Allah, dan IA telah menetapkan Negara (peradilan) sebagai wakil untuk menghakimi di dunia. Jika kita menyanjung (memuji) Daud, tetapi pada saat yang sama kita mengutuki Sambo, maka kita tidaklah proporsional dalam menilai. Jangan karena kesalahan yang diperbuat oleh orang lain membuat kita menjadi pribadi yang brutal dihadapan Allah. Kita tidak setuju dan cenderung marah dengan yang dilakukan Sambo, tetapi belajarlah memaafkan. Terlebih kita sebagai umat yang meneladani Isa Almasih ibnu Mariam yang berkata : Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Kita tidak tahu, apakah keluarga Brigadir J sudah memafkan Sambo atau belum. Dan kita juga tidak bisa memaksa mereka untuk memaafkannya, sebab ini juga tidak mudah bagi mereka. Kalau bukan karena hikmat Tuhan mereka juga takkan mampu untuk memaafkan. Tetapi jangan sempat nanti kita masih membenci dan mengutuki Sambo sementara keluarga korban sendiri telah memaafkannya. Tuhan Yang Maha Kuasa memberi kedamaian bagi kita semua.