Friday, August 26, 2022

Mari Memaafkan Sambo

Inilah pandangan saya:

Apa yang dilakukan oleh “Raja” Sambo memilki kemiripan dengan sebuah kisah di masa lalu. Raja Daud, raja kedua orang Israel, yang oleh umat muslim dipanggil Nabi Daud melakukan hal yang hampir sama dengan Sambo.

Alkitab dalam 2 Samuel 1:1-26 menceritakan:

Ketika di suatu petang Daud berjalan-jalan di atas sotoh istana, dari atas dia melihat seorang perempuan yang sedang mandi bernama Batsyeba. Perempuan itu sangat elok rupanya sehingga Raja Daud menyuruh orang memanggilnya ke istana, lalu Daud berzinah dengan perempuan itu.

Dosa Raja Daud tidak berhenti disitu saja. Setelah perempuan itu memberitahukan kepada Raja Daud bahwa dia telah mengandung, Raja Daud merancang sebuah skenario jahat. Dia memerintahkan kepada Yoab panglima perang Israel agar menyuruh Uria pulang dari medan perang ke rumahnya.

Setelah Uria pulang dari medan perang, Raja Daud menjamunya di istana dua kali. Raja Daud memberikan hadiah kepada Uria dan menyuruhnya pulang ke rumahnya supaya tidur bersama istrinya Batsyeba. Maksudnya ketika Uria tidur bersama istrinya, Daud mau membuat alibi bahwa jika Batsyeba mengandung, itu berarti berasal dari benihnya Uria.

Tetapi ketika malam itu Uria tidak mau pulang ke rumahnya untuk tidur bersama istrinya dan memilih tidur di luar, Raja Daud kembali memanggil Uria pada hari kedua, menjamunya makan lalu membuat Uria mabuk, lagi-lagi dengan harapan agar Uria mau tidur dengan istrinya.

Tetapi ketika Uria tetap bersikukuh tidak mau tidur dirumahnya dengan alasan:  "Tabut serta orang Israel dan orang Yehuda diam dalam pondok, juga tuanku Yoab dan hamba-hamba tuanku sendiri berkemah di padang; masakan aku pulang ke rumahku untuk makan minum dan tidur dengan isteriku? Demi hidupmu dan demi nyawamu, aku takkan melakukan hal itu!" Akhirnya Daud pun habis akal lalu menulis surat kepada Yoab: "Tempatkanlah Uria di barisan depan dalam pertempuran yang paling hebat, kemudian kamu mengundurkan diri dari padanya, supaya ia terbunuh mati." Dan Yoab pun menjalankan perintah raja, lalu Uria pun terbunuh. Lalu Raja Daud mengambil Batsyeba menjadi istrinya.

Dalam ajaran islam juga menyinggung hal ini, walaupun masih terjadi perdebatan karena beda tafsir. Sebuah ayat mengatakan bahwa:

Sesungguhnya saudaraku ini mempunyai 99 ekor kambing betina dan aku mempunyai seekor saja. Maka dia berkata: “Serahkanlah kambingmu itu kepadaku dan ia mengalahkan aku dalam perdebatan.” Daud berkata, “Sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepada kambingnya. Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian lainnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih dan amat sedikitlah mereka ini. Dan Daud mengetahui bahwa kami mengujinya, maka ia meminta ampun kepada Robbnya lalu tersungkur sujud dan bertaubat (QS. Shod: 21-25). Bahwa Daud sudah memiliki isteri 99 tetapi ia masih menginginkan lagi seorang isteri dan perempuan itu adalah isteri dari panglimanya sendiri. Akhirnya ia mengambil perempuan tersebut dan mengirim panglimanya untuk berperang dan memerintahkan dia berada pada barisan terdepan agar ia mati terbunuh, dan akhirnya itu terjadi.

Penggalan cerita di atas jelas memperlihatkan bahwa Daud melakukan kesalahan yang hampir mirip dengan yang dilakukan Sambo yaitu:

1.      Melakukan pembunuhan berencana terhadap anak buahnya

2.      Pembunuhan itu berkaitan dengan perzinahan/perselingkuhan

Dan kita semua setuju bahwa orang yang demikian layak mendapatkan hukuman. Dan ternyata mereka sudah mendapatkannya. Bahwa Daud (dalam Alkitab) begitu banyak mengalami masalah setelah kejadian itu, anaknya sendiripun berniat membunuhnya. Terjadi saling bunuh antara anaknya, terjadi perzinahan antara anaknya,  kerajaanya terpecah, dll. Demikian juga Sambo, ia ditetapkan jadi tersangka bersama isterinya. Dia dinonaktifkan dari jabatannya bahkan dipecat secara tidak hormat dari kepolisian, terancam hukuman semumur hidup bahkan hukuman mati. Tentu anak-anaknya pun mengalami tekanan yang begitu hebat hari ini juga nanti.

Namun, yang menjadi perbedaannya bahwa Daud dipuji dan disanjung oleh umat (baik Islam juga Kristen) dari dulu sampai hari ini. Artinya, kesalahan yang dilakukan oleh Daud telah dilupakan dan kebaikannyalah yang diingat. Bahwa dia adalah Nabi Allah (Islam), bahwa dia adalah Raja pilihan Allah (Kristen).

Mari sebagai umat Allah adillah dalam berpikir. Sudah cukuplah kebencian dan penghakiman kita terhadap Sambo. Toh menghakimi adalah hak Allah, dan IA telah menetapkan Negara (peradilan) sebagai wakil untuk menghakimi di dunia. Jika kita menyanjung (memuji) Daud, tetapi pada saat yang sama kita mengutuki Sambo, maka kita tidaklah proporsional dalam menilai. Jangan karena kesalahan yang diperbuat oleh orang lain membuat kita menjadi pribadi yang brutal dihadapan Allah. Kita tidak setuju dan cenderung marah dengan yang dilakukan Sambo, tetapi belajarlah memaafkan. Terlebih kita sebagai umat yang meneladani Isa Almasih ibnu Mariam yang berkata : Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Kita tidak tahu, apakah keluarga Brigadir J sudah memafkan Sambo atau belum. Dan kita juga tidak bisa memaksa mereka untuk memaafkannya, sebab ini juga tidak mudah bagi mereka. Kalau bukan karena hikmat Tuhan mereka juga takkan mampu untuk memaafkan. Tetapi jangan sempat nanti kita masih membenci dan mengutuki Sambo sementara keluarga korban sendiri telah memaafkannya. Tuhan Yang Maha Kuasa memberi kedamaian bagi kita semua.

Wednesday, August 17, 2022

Doa Orang Benar

 

Thema            : Doa Orang Benar

Nats                : Yak. 5:16

Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.

A.   PENDAHULUAN

Rasul Yakobus berkata : “Doa orang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya (Yak. 5:16b). Pernyataan ini menegaskan bahwa ada doa orang tak benar, ada doa yang dipenuhi keraguan dan ada doa yang tidak berkuasa. Banyak orang bisa merangkai kata yang indah saat berdoa tetapi ada orang yang berdoa dengan kata-kata yang sangat sederhana. Apakah yang menjadi standar doa yang benar? Indahnya kata-kata, panjangnya lantunan doa, pendoanya rajin kegereja atau karena yang berdoa memiliki gelar gereja (Pendeta, Penginjil, Penatua, dll). Mari belajar agar doa kita benar dihadapan Tuhan.

B.   ISI

1.      Siapakah  dan bagaimanakah hidup orang benar?

Siapakah orang benar?

Paulus berkata: “Tidak ada yang benar, seorang pun tidak” (Rm. 3:10).  Bahkan lebih lanjut Paulus berkata “Tidak ada seorang pun berakal budi” (Rm. 3:11). Dari ayat ini jelaslah bahwa tidak ada manusia yang benar termasuk bayi yang baru lahir pun adalah manusia berdosa. Jadi siapakah yang benar? Yoh 14: 6 “Kata Yesus kepadanya: ”Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Bahwa hanya satu pribadi yang benar itulah Yesus Kristus. Melalui Yesus Kristus kita dapat berubah menjadi pribadi yang dibenarkan. Bagaimana kita dibenarkan?

·      Kita dibenarkan oleh kasih karunia (Rm. 3:24, Ef. 2:8)

·      Kita dibenarkan dengan cuma-cuma (Rm. 3:24, Ef. 2:9)

·      Kita dibenarkan karena iman (Rm. 5:1)

Bagaimanakah hidup orang benar?

Tidak benar seseorang disebut orang benar jika dia hidup tidak benar dan dia tidak benar-benar hidup. Apakah indikator hidup orang benar?

·      Tidak berjalan menurut nasihat orang fasik (Maz. 1:1)

·      Tidak berdiri di jalan orang berdosa (Maz. 1:1)

·      Tidak duduk dalam kumpulan pencemooh (Maz. 1:1)

·      Kesukaannya adalah taurat Tuhan dan merenungkannya siang dan malam (Maz. 1:2)

·      Hidupnya menghasilkan buah (Maz. 1:3) Apa buahnya? (Gal. 5:22-23)

2.      Tanda-tanda doa orang benar.

·      Doanya lahir dari iman  atau penuh keyakinan (Yak. 5:15-16)

·      Doanya tidak disertai rasa bimbang tetapi fokus kepada Tuhan (Yak. 1:6-8)

·      Doanya bukan untuk memuaskan keinginan tetapi untuk kemuliaan Tuhan (Yak. 1:3)

·      Doanya disertai dengan ucapan syukur dan sukacita (Fil. 1:3-4)

·      Doanya disertai dengan suatu usaha (Yer. 29:7)

·      Doanya disertai dengan penyerahan hidup (Mat. 26:42)

3.      Kuasa doa orang benar.

Besar kuasanya” tidak selalu berbicara bahwa apa yang didoakan akan dikabulkan oleh Tuhan. Tetapi melalui doa-doanya orang diberkati dan ada satu kekuatan yang Tuhan beri untuk menjalani hidup walaupun banyak pergumulan dan masalah.

·      Elia berdoa menurunkan hujan (Yak. 5:17, 1 Raj. 17:1). Elia berdoa sehingga anak janda Sarfat hidup kembali (1 Raj. 17:22). Tetapi Elia sendiri selalu hidup dalam pelarian karena mendapat ancaman bunuh dari Izebel, isteri raja Ahab (1 Raj. 19:2).

·      Elisa berdoa dan penyakit kusta Naaman panglima Aram sembuh (2 Raj. 5:10). Elisa berdoa dan anak perempuan Sunem hidup kembali (2 Raj. 8:5). Bahkan mayat yang dicampakkan mengenai tulang belulang Elisa hidup kembali (2 Raj. 13:21). Namun faktanya Elisa sendiri mati oleh karena suatu penyakit (2 Raj. 13:14)

·      Paulus berdoa sehingga Eutikus yang sudah mati hidup kembali (Kis. 20:9-10). Paulus berdoa dalam penjara sehingga terjadi gempa bumi yang hebat (Kis. 16:25-26). Tetapi saat Paulus berdoa berulang kali untuk duri dalam dagingnya, ternyata Tuhan tidak menjawabnya tetapi hanya memberi kekuatan kepadanya (2 Kor. 12:8-9)

C.    PENUTUP

Doa bukan berbicara hasil tetapi doa lebih kepada proses hidup kita dihadapannya. Jika hasil yang membuat kita berdoa, mungkin besok kita tidak akan berdoa lagi. Orang benar akan terus berdoa dengan penuh keyakinan bahwa doa yang ia ucapkan bukan untuk mengubah Tuhan tetapi untuk mengubah dirinya semakin berkenan dihadapan Tuhan. Mari berdoa dengan cara yang benar. Amin.