Wednesday, February 15, 2023

Kerohanian Kaum Injili

 

Thema            : Kerohanian Kaum Injili

Nats                : Filipi 1:27

Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.

 

 

A.        PENDAHULUAN

Murid-murid Yesus disebut sebagai Kristen pertama kalinya di Antiokhia (Kis. 11:26). Setelah itu ke-Kristen-an terus berkembang dan menjadi agama terbesar di dunia sampai hari ini. Dari banyaknya penganut Kristen hari ini, terdapat berbagai aliran dan denominasi. Dalam setiap aliran tersebut memiliki pandangan-pandangan yang berbeda, baik dalam perkara praktis maupun teologis. Pandangan secara teologis tentu mempengaruhi kepada hal-hal praktis ditengah-tengah jemaat yang dilayani. Jika perbedaan tersebut bukanlah hal prinsipil, maka tentu ada toleransi satu dengan yang lain. Tetapi saat perbedaan tersebut berkaitan dengan hal prinsipil, maka itu tidak boleh dianggap sebagai hal yang boleh dikompromikan. Aliran Injili merupakan satu dari sekian banyak aliran dalam ke-Kristen-an. Mari kita belajar tentang kerohanian kaum injili.

B.        ISI

1.      Siapakah kaum Injili?

a.       Kaum Injili adalah mereka yang hidup berpadanan dengan Injil Kristus (Fil. 1:27). Artinya bahwa orang yang hidupnya sesuai dengan Injil maka dialah sesungguhnya kaum Injili. Walaupun mungkin ia tidak berada dalam organisasi gereja Injili. Demikian juga sebaliknya.

b.      Kaum Injili adalah mereka yang hidup berpadanan dengan panggilan Tuhan dalam hidupnya (Ef. 4:1). Artinya saat seseorang telah dipanggil keluar dari gelap kepada terang Kristus dan menghidupi panggilan itu dengan senantiasa hidup benar dalam segala situasi, maka dialah kaum injili yang sejati.

2.      Jenis kaum Injili

Kaum injili atau sering disebut evangelical, oleh Pdt. Dr. Stephen Tong dibagi menjadi 5 yaitu:

a.       Tradisional Evangelical: Kelompok ini dibesarkan digereja-gereja beraliran injili, mereka hanya tahu injil itu baik tetapi tidak tahu injil itu apa. Artinya secara label mereka mengaku sebagai kaum injili tetapi praktek hidupnya tidak injili tetapi hanya mengikuti tradisi-tradisi.

b.      Ideological Evangelical: Kelompok ini begitu memahami tentang teori dan ide-ide tentang Injili. Mereka setuju tentang doktrin-doktrin Injil tetapi secara praktek hidup mereka tidak menampilkan gaya hidup sesuai dengan yang ia pahami tersebut. Yesus berkata: hati-hatilah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka berjalan memakai jubah panjang …. (Mrk. 12:38).

c.       Empiric Evangelical:  Orang pada tipe ini mengalami kuasa injil melalui suatu peristiwa. Martin Luther mengalaminya, saat ia berjalan dengan temannya ditengah hujan dan tiba-tiba halilintar menyambar temannya dan tewas seketika. Luther akhirnya sadar betapa kecilnya ia dihadapan Tuhan, ia rebah ditanah meminta pengampunan dosa dan bertobat dihadapan Tuhan. Ia sadar bahwa ia hidup hanya karena iman (Rm. 1:17),  bukan dengan sikap asketisisme (membelenggu diri dari kehidupan dunia, menyiksa diri untuk mendapat perkenanan Tuhan)  yang selama ini ia lakukan.

d.      Pragmatical Evangelical: Orang Injili pragmatis adalah mereka yang sudah bertobat dan semangat dalam pemberitaan Injil. Seperti yang dikatakan Paulus : “Celakalah aku jika tidak memberitakan Injil “(1 Kor. 9:16). Tetapi pada tipe ini perlu diperhatikan antara pemahaman Injil dengan pemberitaan Injil. Sebab jika ini tidak seimbang maka akan bermasalah. Bisa jadi penginjilannya berhasil tapi kerohaniannya kurang bertumbuh. Seorang yang berkobar-kobar memberitakan injil akan sering diundang kemana-mana dan bisa menjadi sombong dan congkak. Padahal kotbahnya hanya itu-itu saja tanpa penggalian Injil yang dalam. Sebaliknya jika peginjilannya gagal, maka pengertiannya akan injil akan semakin runtuh karena merasa tidak dipimpin Tuhan.

e.       Integrated Evangelical: Orang yang mengintegrasikan (menyatukan) teologi, visi, pengalaman dan kepekaan pimpinan Tuhan di dalam aktivitas penginjilan. Inilah kaum Injili yang sejati, yaitu mereka yang betul-betul mengerti rencana Allah di dalam kekekalan berdasarkan teologi yang benar. Dan tolak ukur dalam hidupnya adalah: Back to Bible. Jika penginjilan berhasil untuk kemuliaan Tuhan, jika belum berhasil berarti ada rencana Tuhan yang lain dan semua mendatangkan kebaikan.

 

3.      Kerohanian Kaum Injili Sejati

a.       Mengakui bahwa Yesuslah Tuhan dan satu-satunya Juruselamat dunia (Kis. 4:12). Sehingga kaum injili tidak sepaham dengan Teologi Pluralisme yang mensejajarkan Yesus dengan pemimpin-pemimpin agama lain. Juga tidak sepaham dengan Katolik yang menempatkan Maria sejajar bahkan lebih tinggi dari Yesus.

b.      Mengakui Alkitab sebagai otoritas tertinggi dalam hal doktrin/ajaran, spiritual dan etika (2 Tim. 3:16). Artinya menurut kaum Injili ajaran Alkitab sesuai untuk segala zaman dan tidak tunduk pada zaman. Jika  PGI menerbitkan pastoral bagi LGBT, maka kaum injili menolak hal tersebut. Sebab Tuhan tidak setuju dengan praktek LGBT sehingga menghancurkan kota Sodom dan Gomora.

c.       Menjadikan pertobatan (kelahiran kembali) sebagai pengalaman hidup yang mengubahkan. Tanpa mengalami kelahiran kembali maka pengetahuan tentang agama, kegiatan-kegiatan keagamaan akan menjadi sia-sia seperti yang dialami oleh Nikodemus (Yoh. 3:1 dan 3).

d.      Menjadikan penginjilan sebagai gaya hidup. Bahwa kaum injili menjadikan pemberitaan Injil sebagai utang yang harus dibayar (Rm. 1:14-15). Kristus telah membayar lunas hutang dosa kita maka seumur hidup kita harus mencicilnya lewat pemberitaan injil.

C.        KESIMPULAN

Mari kenali diri kita, apakah kita sudah menjadi kaum injili sejati atau hanya sekedar menjadi jemaat dari gereja yang beraliran injili. Sebab banyak orang yang tidak tahu tentang dirinya sehingga ia menjadi pribadi yang tidak tahu diri. Jika kita kaum injili maka perlihatkanlah itu melalui hidup kita hari lepas hari. Tuhan Yesus memberkati.

Thursday, February 9, 2023

Menjadi Bapak Yang Bertanggungjawab

 

 

                                                Thema            : Menjadi Bapak Yang Bertanggungjawab

                                                Nats                : Kis. 16:23-34

                                                Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.

A.      PENDAHULUAN

Sejak dunia diciptakan laki-laki diposisikan sebagai pemimpin yang harus bertanggungjawab baik dalam hal praktis maupun teologis. Terlebih saat seorang laki-laki memilih untuk membentuk sebuah keluarga, maka tanggungjawab itu semakin besar. Sebab ada isteri dan anak-anak yang harus menjadi tanggungannya. Banyak kaum bapak mengabaikan tanggungjawab baik secara praktis juga teologis. Sebagian besar bapak hanya bertanggungjawab secara praktis dan mengabaikan hal teologis. Hanya segelintir kaum bapak yang bertanggungjawab penuh, baik dalam hal praktis maupun teologis. Mari menjadi Yosua agar keluarga kita sampai di Tanah Perjanjian yang kaya dan penuh bahagia.

B.      ISI

1.      Apakah tanggung jawab seorang bapak secara praktis?

a.  Bekerja dengan sungguh-sungguh (ay. 23).

“Kepala penjara diperintahkan untuk menjaga mereka dengan sungguh-sungguh. Bahwa sebagai seorang bapak harus serius dalam bekerja agar terpenuhi kebutuhan jasmani keluarga.

b.  Bertanggung jawab dengan pekerjaan (ay. 24)

Sesuai dengan perintah, kepala penjara memasukkan mereka ….”. Artinya seorang bapak sebagai pekerja harus bekerja sesuai aturan yang ditetapkan agar dapat bertahan dalam pekerjaan demi penghidupan keluarga.

c.   Berani mengambil risiko (ay. 27)

ia menghunus pedangnya hendak membunuh diri, ……”. Artinya seorang bapak harus selalu siap dengan segala risiko yang terjadi ditengah pekerjaan sebagai konskuensi dari tanggungjawabnya sebagai pekerja. Jika harus kehilangan pekerjaan karena memegang prinsip yang benar maka harus siap, tetapi sebisa mungkin bijaklah dalam segala situasi.

 

2.      Apakah tanggung jawab seorang bapak secara teologis?

a.  Menjadikan keselamatan sebagai hal yang terutama (ay. 30).

Tuan-tuan, apakah yang kuperbuat supaya aku selamat?” . Setelah melihat kejadian dipenjara tersebut maka kepala penjara itu menyadari bahwa ia sangat butuh dengan keselamatan. Ia sadar bahwa dialah imam di tengah keluarga yang bertanggungjawab dengan kerohanian keluarga. Ayub selalu peduli dengan kerohanian anak-anaknya (Ayub 1:5)

b.  Mengarahkan keluarga untuk belajar firman Tuhan (ay. 31)

“Lalu mereka memberitakan firman Tuhan kepadanya dan kepada semua orang yang ada di rumahnya”. Kepala penjara mengajak semua anggota keluarganya belajar firman Tuhan. Dengan tegas Yosua berkata: “Aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan (Yos. 24:15)

c.   Memimpin keluarga untuk menerima baptisan (ay. 32)

“Seketika itu juga ia dan keluarganya memberi diri dibaptis”. Tentu baptisan yang dimaksud bukan hanya berbicara sakramen tapi lebih kepada hadirnya Roh Kudus di dalam hati semua anggota keluarga. “Dan ia sangat bergembira, bahwa ia dan seisi rumahnya telah menjadi percaya kepada Allah”(ay.34). Telah menjadi percaya artinya telah menerima Roh Kudus di dalam hati (Kis. 1:5). Seorang Zakheus juga berusaha, berlari-lari bahkan memanjat pohon ara untuk berjumpa Yesus. Dan akhirnya menerima Yesus dirumahnya sehingga ia dan keluarganya beroleh keselamatan. Telah terjadi keselamatan di rumah ini, sebab orang ini juga keturunan Abraham (Luk. 19:9).

d.  Memimpin keluarga untuk menghargai hamba Tuhan.

Apakah sikap kepala penjara itu terhadap Paulus dan Silas? Tersungkur dihadapan Paulus dan Silas (ay. 29), membasuh bilur mereka (ay. 33), menghidangkan makanan (melayani) mereka (ay. 34) dan meminta maaf kepada mereka (ay. 39). Ketika janda Sarfat menghargai Elia dan membuatkan sepotong roti baginya maka dia diberkati. Tepung dan minyaknya tidak habis-habis (1 Raj. 17:16), anaknya yang sakit keras dan akhirnya mati hidup kembali karena doa Elia (1 Raj. 17:22).

C.      PENUTUP

Berkat memang datang dari Tuhan, tetapi sebagai seorang bapak kita harus membuka jalan berkat itu dengan menjadi pemimpin yang bertanggungjawab dalam hal praktis lewat kerja keras. Keselamatan memang anugerah Tuhan, tetapi sebagai bapak maka kita harus menjadi pemimpin yang bertanggungjawab secara teologis dengan menjadi imam yang membawa keluarga kepada Tuhan.