Thema : Penderitaan adalah Karunia
Nats : Filipi 1:29
Oleh : Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.
A.
PENDAHULUAN
Secara umum manusia selalu mencari zona yang nyaman dalam hidup
dan itu adalah sesuatu yang normal. Pertanyaanya, apakah situasi dalam hidup selalu
konstan (tetap)? Perjalanan hidup manusia sering dianalogikan seperti ban yang
terus berputar. Ada kalanya kita berada pada titik terendah, tengah dan atas. Bagi
dunia, situasi sulit atau penderitaan adalah malapetaka. Tetapi bagi orang
percaya situasi sulit adalah sarana memurnikan iman. Tetapi tidak jarang juga
orang yang mengaku percaya mempertanyakan kuasa Tuhan saat harapan jauh dari
kenyataan. Tuhan berkata bahwa Ia datang agar kita memiliki hidup dan hidup
dalam kelimpahan, tetapi Ia juga berkata bahwa setiap orang yang mau menjadi
murid harus memikul salib. Mari menikmati setiap proses hidup sampai kita
beroleh hidup yang sungguh-sungguh hidup.
B.
ISI
1.
Dari manakah
sumber penderitaan?
· Dari Iblis (Kej. 3:16-17)
Bahwa pelanggaran yang dilakukan Adam dan Hawa karena mereka mendengar bujuk rayu iblis dan itu membuat mereka
bahkan semua manusia harus menanggung penderitaan. Apa penderitaannya?
Penyakit, kesusahan dan kematian.
· Dari diri sendiri (Rut 1:1)
Bahwa sering manusia tidak sadar dengan apa yang ia perbuat dan
akhirnya membawa ia kepada suatu situasi yang sulit. Elimelekh membawa isteri
dan anak-anaknya meninggalkan Betlehem (Kota Roti) dan pergi ke Moab (Negeri penyembah berhala). Di Moab Elimelekh
meninggal, isterinya Naomi menjadi janda. Kedua anaknya Mahlon dan Kilyon
menikah dengan orang Moab dan keduanya mati muda.
· Dari Tuhan (Fil. 1:29). Bahwa kepada kita tidak hanya dikaruniakan untuk percaya terapi juga untuk menderita. Kok Tuhan
mendatangkan penderitaan? Karena Tuhan menghajar orang yang dikasihiNya dan
menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak (Ibr. 12:6). Artinya Tuhan izinkan
penderitaan sebagai ujian dan teguran kepada orang percaya. Tuhan bisa menggunakan segala sarana untuk menegur dan menguji manusia, termasuk mengizinkan iblis, orang bahkan alam. Yusuf di izinkan
menderita oleh perbuatan saudara-saudaranya. Atas sepenentuan Tuhan Yunus
ditelan ikan. Atas seizin Tuhan Ayub dicobai oleh iblis.
2.
Mengapa
penderitaan itu adalah karunia?
Jika oleh karena dosa dan perilaku kita menyebabkan datang penderitaan,
maka tentu itu bukan suatu karunia dari Tuhan. Artinya Tuhan tak pernah merancang
manusia untuk jatuh ke dalam dosa dan berperilaku menyimpang. Itu adalah
pilihan manusia sendiri. Walaupun dalam kesalahan manusia, Tuhan tetap
menunjukkan kasihNya. Tetapi jika penderitaan itu dari Tuhan (atas seizin Tuhan)
maka itulah yang disebut karunia. Mengapa?
· Karena mendatangkan kebaikan kita
(Rm. 8:28). Bagi Paulus semua penderitaan yang ia alami (penjara, kelaparan,
dll) mendatangkan kebaikan sehingga ia berkata: Segala perkara dapat kutanggung
didalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (Fil. 4:13).
· Karena membuat kita semakin
mengenal Allah (Ayub 42:5). Penderitaan yang dialami Ayub membuat ia semakin
mengenal Allah yang ia sembah. Sehingga Paulus berkata : Yang kukehendaki ialah
mengenal Dia dan kuasa kebangkitanNya (Fil. 3:10).
· Karena membuat kita semakin tekun
(Rm. 5:3). Bagi Paulus semua kesengsaraan membuat ia semakin tekun. Bahwa
tembok penjara tidak membuat dia berhenti melayani Tuhan. Kelaparan tidak
membuat rohnya padam memberitakan injil tetapi sebaliknya semakin giat
melakukannya.
· Karena membuat kita semakin tahan
uji (Rm. 5:4). Melalui api maka akan teruji apakah emas atau mitasi. Sadrakh,
Mesakh dan Abednego masuk perapian dan Daniel masuk goa singa. Itu membuat
mereka semakin teruji dan akhirnya Raja Nebukadnezar dan Darius mengakui
kehebatan Allah mereka (Dan. 3:28, 6:27)
· Karena membuat kita memiliki
pengharapan (Rm. 5:4). Bagi Paulus penderitaan yang ia alami membuat ia
merindukan Tuhan sehingga berkata : Hidup adalah Kristus dan mati adalah
keuntungan. Tetapi hidup di dunia memberi buah lebih perlu walaupun pergi dan
diam bersama Kristus jauh lebih baik (Fil 1:21-24). Jika terlalu bahagia di
dunia maka sorga bukanlah tempat yang dirindukan.
C.
PENUTUP
Mari terus belajar memahami bahwa Tuhan tidak
pernah salah mengijinkan suatu penderitaan mendampingi perjalanan hidup kita.
Penderitaan takkan pernah tinggal menetap dalam hidup kita, ia akan pergi
setelah selesai menguji kita. Hanya Tuhanlah yang tetap menyertai kita melewati
setiap badai hidup yang terjadi. Amin.