Friday, June 26, 2020

Murka Allah


Thema            : Murka Allah
Nats                : Roma 1: 18 – 32
Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.

A.      PENDAHULUAN
Allah kita adalah Allah yang penuh kasih. Allah yang selalu hadir dalam setiap perjalanan hidup kita. Tetapi sebaliknya Allah kita adalah Allah yang sangat benci dengan dosa, bahkan Ia murka terhadap orang yang selalu hidup dalam dosa. Sejak semula segala sesuatu begitu baik dicipta dan dirancang oleh Allah (kej. 1:31). Tetapi semuanya rusak setelah manusia lebih mendengar suara iblis dari pada suara Allah. Allah yang penuh kasih menyatakan keadilanNya lewat murkaNya kepada manusia. Puncak dari murka Allah ialah saat Ia mengorbankan Anak TunggalNya menjadi ganti atas dosa dunia. Apakah manusia akan tetap di murkai Allah setelah Kristus mencurahkan darahNya di bukit Golgota??
B.      ISI
1.      Mengapa Allah murka kepada manusia?
·      Karena manusia selalu berbuat fasik dan lalim (ay. 18). Allah murka dan mendatangkan air bah pada zaman Nuh karena kejahatan yang begitu besar dilakukan oleh manusia (Kej. 6:5-7).
·      Karena manusia menindas kebenaran dengan kelaliman (ay. 18). Siapakah kebenaran? (Yoh. 14:6). Hanya Yesuslah kebenaran, tetapi banyak orang yang menggantikan Yesus dengan yang lain, misalnya:
Ø  Hati dan pikirannya yang gelap (ay. 21).
Ø  Ilah-ilah lain (ay. 23, 25).
Ø  Kesenangan diri/hawa nafsu/Hedonisme (ay. 26)
·      Karena kemunafikan manusia (ay. 21-22). Manusia “mengenal Allah” dan seolah-olah berhikmat tetapi sesungguhnya tidak pernah sungguh-sungguh menyembah Allah. Mereka tahu hukum Allah tetapi selalu melanggarnya (ay. 32).
2.      Akibat murka Allah.
·      Allah membiarkan manusia dengan pilihan hatinya. Tiga kali dikatakan: Allah menyerahkan mereka …. (ay. 24, 26 dan 28). Artinya Allah sedang berkata: Terserah kaulah manusia!
·      Manusia akan di hukum (ay. 32, 2 : 5). Hukuman itu ada yang bersifat sementara dan kekal.
Ø  Hukum bersifat sementara diakibatkan oleh dosa yang tidak mendatangkan maut (1 Yoh. 5:16). Artinya, bahwa orang percayapun masih mungkin berbuat dosa, dan jika benar ia percaya maka Roh Kudus akan menuntunya untuk memohon ampun. Tetapi dosa yang ia perbuat tetap menerima konskuensi/disiplin dari Allah. Mis: Daud.
Ø  Hukum bersifat kekal diakibatkan oleh dosa yang mendatangkan maut (1 Yoh. 5:16). Ketika manusia tidak mengakui Allah, tidak menerima Allah (menolak Allah), menghujat roh Allah maka pastilah ia bukan anak Allah dan jika ia bukan Anak maka ia tak berhak menerima warisan kerajaan Allah.
3.      Jalan keluar dari murka Allah.
Tidak ada pilihan lain jika ingin terhindar dari murka Allah selain berbalik dan bertobat (2:4). Bertobat dalam 2 hal yaitu:
·      Bertobat menerima Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat (Yoh. 1:12). Dosa mula-mula adalah ketika Adam dan Hawa ingin menjadi sama dengan Allah, artinya mereka ingin menyamai Allah dan tak perlu menerima dan mengakui Allah.
·      Bertobat dari kejahatan yang kita lakukan dalam menjalani kehidupan kita hari-lepas hari (1 Yoh. 1:9).
C.      PENUTUP
Bahwa Allah kita penuh kasih adalah benar, tapi jangan uji bahwa Ia sabar. Ia sabar karena ingin melihat kita semua selamat. Ingat, bahwa dibalik kasihNya Dia juga punya murka yang besar yang akan  ditimpakan kepada orang yang terkesan melanggar bahkan yang tidak pernah mau mendengar dan mengakui kuasaNya yang besar. Amin.

Hukuman Akibat Kutuk Allah


Thema            : Hukuman Akibat Kutuk Allah
Nats                : Kejadian 3:17
Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.
A.      PENDAHULUAN
Sebuah dongeng mengisahkan bagaimana seorang anak yang durhaka akhirnya dikutuk menjadi batu oleh ibunya sendiri karena si anak tidak mengakuinya sebagai ibu kandungnya. Terlepas dari benar tidaknya cerita ini, bahwa perbuatan yang salah akan mendatangkan akibat yang fatal. Cerita ini juga mengingatkan kita bagaimana isteri Lot menjadi tiang garam karena lebih mengikuti keinginan hatinya dari pada mengikuti perintah Allah. Mengapakah seorang anak tidak mengakui ibunya? Mengapakah isteri Lot tidak menuruti perintah Allah? Benar bahwa semuanya begitu amat baik diciptakan oleh Tuhan, tetapi akibat dosa maka semua menjadi terkutuk. Apakah akibat dari kutuk Allah? Bagaimana kita lepas dari kutuk Allah? Mari kita belajar dari Alkitab.  
B.      ISI
1.      Mengapa Allah mengutuk Dunia?
·      Karena manusia ingin menjadi seperti Allah (ay. 4). Memiliki ambisi/keinginan adalah sesuatu yang baik, tetapi saat iblis menumpang dalam keinginan kita maka itu akan berakibat buruk. Kegagalan Iblis menyamai Allah disurga membuat ia dibuang ke bumi dan iblis memperalat manusia untuk meneruskan misi dan ambisinya (Yes. 14:12-16).
·      Karena manusia lebih mendengar suara Iblis dari pada suara Tuhan (ay. 6). Ingat bahwa iblis pun bisa menyamar sebagai malaikat terang. Jika kita tidak berhati-hati dan waspada maka kita pun bisa dipengaruhinya (1 Pet. 5:8).
·      Karena manusia bersembunyi/lari dari Allah (ay. 8). Saat manusia berbuat yang jahat di mata Tuhan seharusnya manusia datang kepada Allah dan mohon ampun. 
2.      Akibat Kutuk Allah.
·      Manusia hidup dalam ketakutan (ay. 10). Sampai hari ini semua manusia, bahkan orang percaya pun masih mengalami rasa takut.
·      Binatang/ular menjadi terkutuk (ay. 14). Sebelum manusia berbuat dosa semua damai termasuk manusia dengan binatang bahkan binatang dengan sesamanya. Dan kedamaian itu akan kembali saat Tuhan Yesus datang dan memimpin kerajaan 1000 tahun (Yes. 11:6-8).
·      Manusia (perempuan) mengalami kesakitan saat melahirkan (ay. 16). Bahkan dalam perkembangannya banyak perempuan mengalami penyakit kandungan. Bahkan tidak jarang perempuan menderita oleh karena laki-laki (suaminya) yang tidak bertanggung jawab.
·      Manusia (laki-laki) harus bersusah payah dalam mencari rezeki (ay. 17). Awalnya Adam tak perlu peras keringat memenuhi kebutuhannya, semua sudah disediakan Tuhan. Tetapi dosa membuat semua berubah, bahkan hari-hari ini banyak para suami menghalalkan segala cara untuk memperoleh uang.
·      Manusia mengalami kematian jasmani (ay. 19). Allah tidak pernah merancangkan kematian bagi manusia tetapi karena dosa maka manusia ditetapkan untuk mengalami kematian (Ibr. 9:27). Kematian pertama dialami oleh Habel (Kej. 4:8).
·      Manusia mengalami kematian rohani (ay. 23). Manusia yang awalnya dekat dengan Allah menjadi jauh. Manusia terpisah dari Allah.
3.      Kelepasan dari kutuk Allah.
Allah begitu marah dengan manusia, tetapi kasihNya melampaui amarahnya yang besar. Setelah Ia mengutuk dunia, maka Ia juga merancangkan masa depan dunia agar terlepas dari kutuk tersebut.
·      Allah menjanjikan Juruselamat bagi dunia yang terkutuk (ay. 15). Yesus datang untuk menghapuskan kutukan tersebut (Gal. 3:13).
·      Allah menutupi ketelanjangan manusia dengan kulit binatang (ay. 21). Artinya Allah mengorbankan/menumpahkan darah domba untuk menebus manusia yang berdosa. Dan Yesus menggenapinya dengan dating sebagai Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia (Yoh. 1:29).
C.      PENUTUP
Allah mengutuk dunia yang IA ciptakan, tetapi Allah tak dapat menyangkal diriNya bahwa IA cinta dengan dunia. Tetapi ingat bahwa ada kalanya ia tidak berkenan lagi untuk ditemui (Yes. 5:6). Pastikan diri kita sudah lepas dari kutuk Allah. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

Penginjil Yang Dewasa


Thema            : Penginjil Yang Dewasa
Nats                : Ef. 4:13
Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.

A.       PENDAHULUAN
Sebuah ungkapan berbunyi : “Menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa itu pilihan”. Apa makna ungkapan ini?  Bahwa semua manusia yang hidup akan menjadi tua tetapi tidak semua manusia menjadi dewasa. Idealnya semakin bertambah usia seseorang semakin dewasa pula cara berpikirnya. Dalam konteks kerohanian, seharusnya seseorang yang sudah mengenal Kristus semakin hari hidupnya semakin menyerupai Kristus. Namun tidak jarang kita melihat bahwa seseorang yang sudah cukup lama hidup sebagai pengikut Kristus tetapi kurang dewasa dalam iman dan pengetahuan tentang Allah. Sehingga  Rasul Paulu berkata kepada orang Ibrani: Dari segi waktu seharusnya kamu sudah menjadi pengajar (penginjil), tetapi kenyataannya kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras (Ibr. 5:12). Artinya, bahwa seharusnya sebagai orang yang sudah bertahun bahkan mungkin berpuluh tahun menjadi orang Kristen seharusnya kita sudah dewasa dalam iman dan tidak hanya sebatas menerima pengajaran tetapi mengajar (menginjili) orang lain untuk mengenal Kristus Tuhan.

B.       ISI
1.      Siapakah penginjil?
Penginjil adalah mereka yang menjadi pemberita-pemberita  kabar baik (Injil), Ef. 4:11. Siapakah yang menjadi pemberita kabar baik itu? Banyak yang menganggap bahwa penginjilan adalah adalah tugas para misionaris atau setidaknya mereka yang punya jabatan gerejawi. Jika hari ini kita masih berpikir demikian bertobatlah. Sebab pemberita Injil adalah setiap orang telah dipanggil Tuhan dari kegelapan kepada terang (1 Pet. 2:9). Bahwa sampai hari ini saya belum berhasil membawa orang untuk percaya kepada Tuhan jangan merasa gagal, sebab seseorang menjadi percaya bukan karena kita tetapi  karena pekerjaan Roh Kudus. Tetapi jika sampai hari ini saya belum pernah memberitakan Kristus kepada orang lain maka selidikilah hati anda, apakah memang saya sudah dipanggil dari kegelapan? Sebab Yohanes dan Petrus berkata: Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan dengar (Kis. 4:20). Artinya jika sungguh kita percaya maka mulut kita rindu untuk menceritakan Injil.
2.      Bagaimanakah Penginjil yang dewasa?
·         Memilki Iman dan pengetahuan yang benar tentang Allah (Ef. 4:13)
Iman dan pengetahuan (hikmat) tidak bekerja masing-masing tetapi bekerja bersama sehingga tidak benar bahwa mereka yang beribadah di rumah lebih berhikmat dan mereka yang tetap ke gereja lebih beriman. Yang benar adalah dengan iman dan hikmat aku hadir di gereja dengan iman dan hikmat pula aku beribadah di rumah.  
·         Bertumbuh menyerupai Kristus (Ef. 4:13)
·         Menjadi sama dengan Kristus kita tidak akan pernah bisa, tetapi hidup semakin menyerupai Kristus adalah bukti kita bertumbuh dan semakin dewasa secara rohani. Indikator seseorang bertumbuh hanya satu : hidup berpadanan dengan panggilan Kristus.
·         Berpegang teguh pada kebenaran (Ef. 4:15).
Tidak ada kebenaran di luar Yesus. Artinya bahwa seorang yang telah dewasa maka ia tidak mudah diombang-ambingkan oleh: rupa-rupa angin pengajaran dan permainan palsu manusia yang menyesatkan (ay. 14).
3.      Dampak Penginjil yang dewasa
Ketika kita mejadi dewasa maka :
·         Saling memperlengkapi dalam pelayanan (ay. 12)
·         Terbentuk satu tim pelayan yang solid (ay. 16)
C.        PENUTUP
Menjadi dewasa bukan sebatas menghadirkan kegiatan rohani dalam diri tetapi lebih kepada satunya perkataan dan perbuatan yang didasari Injil Kristus. Tanpa ditahbis oleh gereja pun kita akan menjadi penginjil (Evangelis) saat mulut kita selalu rindu untuk bercerita tentang cintaNYA yang telah menyelamatkan kita. Tuhan Yesus memberkati. AMIN.

Sasaran Pemberitaan Injil


Thema            : Sasaran Pemberitaan Injil.
Nats                : Mat. 9:12-13
Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.


A.       PENDAHULUAN
Sebuah aliran teologi yaitu Teologi Pliralisme berpendapat bahwa kebenaran tidak hanya ada pada salah satu agama, artinya bahwa menurut teologi ini bahwa ada kebenaran di luar agama Kristen. Oleh karena pendapat ini maka ada sebagian orang Kristen berpendapat bahwa tidak perlu lagi melakukan penginjilan, sebab semua orang sudah memiliki agama. Hal ini menyebabkan banyak hamba Tuhan hanya fokus pada pengembangan gereja sebagai organisasi bukan sebagai lembaga misi. Mereka hanya sibuk mengurus gereja dari sisi administrasi tetapi mengabaikan pekerjaan menjangkau jiwa-jiwa yang hidup tanpa tujuan yang pasti. Tentu ini bertentangan dengan apa yang disampaikan oleh Alkitab sebagai pegangan hidup orang percaya.

B.       ISI
1.      Pesan Tuhan tentang pemberitaan Injil.
a.       Menjadikan semua bangsa menjadi murid Kristus (Mat. 28:19).
b.      Orang percaya menjadi saksi Kristus sampai ke ujung bumi (Kis. 1:8).
c.       Tuhan ingin semua orang diselamatkan (1 Tim. 2:3-4).
Jadi jelas bahwa pesan Kristus tentang pemberitaan Injil ada sebagai tugas setiap orang percaya, sebab seorang yang memiliki agama tidak menjadi jaminan bahwa ia beroleh keselamatan.
2.      Sasaran pemberitaan Injil (Kis. 1:8)
a.       Yerusalem dan seluruh Yudea. Tentu kita sebagai orang percaya tidak pergi ke sana, tetapi yang dimaksudkan untuk konteks hari ini Yerusalem dan Yudea adalah keluarga dan tetangga sekitar kita.
Percakapan Yesus dengan Nikodemus adalah suatu penginjilan kepada tetangga (Yoh. 3:1-2).
Nikodemus seorang ahli agama tetapi ternyata dia tidak mengerti tentang keselamatannya (ay.4). Jadi, sebagai orang percaya mari kita bercerita Injil kepada keluarga dan tetangga kita apapun profesi mereka.
b.      Samaria. Tentu juga kita tidak akan jauh-jauh pergi ke sana. Samaria berarti kita bergerak lebih jauh lagi meninggalkan keluarga dan tetangga untuk memberitakan injil. Kita menjangkau masyarakat yang lebih luas (mis: dilingkungan pekerjaan kita).
Percakapan dengan perempuan Samaria adalah sebuah penginjilan Fenomenal yang dilakukan Yesus. Sebab ratusan tahun orang Yahudi dan Samaria terpisah, berseteru (Yoh. 4:9). Tetapi lewat penginjilan tembok pemisah yaitu kebencian yang berkarat selesai oleh karena Injil Kristus. Lewat penginjilan kaum wanita yang dianggap tidak terlalu penting menjadi berharga, perempuan Samaria dipercaya Tuhan menjadi saksi di kotanya sehingga banyak orang percaya (Yoh. 4:39).
c.       Ujung Bumi. Tentu bumi tidak berujung, sebab berbagai teori mengatakan bahwa bumi ini bulat. Tetapi Paulus telah membuktikannya. Ia pergi ke kota Filipi melayani kepala penjara (Kis. 16:23), pergi ke Atena/Yunani sebagai pemberita Injil Kristus yang disebut Dewa Asing oleh orang-orang Yunani (Kis. 17:18). Paulus menjelajahi banyak tempat dan menulis banyak surat kepada tiap-tiap jemaat yang ia injili. Di abad-abad selanjutnya Bunda Teresia peri ke India, Nomensen pergi ke Indonesia (Tapanuli).
Mari kita memberitakan Injil kepada keluarga, tetangga,  masyarakat, bangsa dan negara kita setidaknya melalui doa-doa kita dan segala sesuatu yang kita miliki.

C.        PENUTUP
Mari beritakan Injil, jangan katakan mulutku tak mampu berbicara. Sebab, Tuhan yang memampukan kita. Jika kita berat mulut, berbicaralah lewat perbuatan kita. Tidak semua orang suka dengan pemberitaan kita tapi semua orang akan suka dengan perbuatan baik kita. Jangan juga katakan, ah nanti aku ditolak dan pemberitaanku tak membuat mereka percaya. Percaya atau tidak bukanlah pekerjaan kita sebab yang membuat mereka percaya adalah Roh Kudus. Tetapi memberitakannya adalah tugas kita sebagai orang percaya. Tuhan Yesus memberkati. AMIN.