Thema : Memahami Orang Lain
Nats : Roma 15:7
Oleh : Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.
A.
PENDAHULUAN
Ada satu kelemahan yang sering terjadi disekitar orang percaya.
Tidak mampu menerima orang apa adanya. Artinya, sering sekali orang percaya
menjadi terganggu hatinya ketika orang disekitarnya tidak seperti yang ia
harapkan. Hal ini kerap terjadi di lingkungan keluarga, dalam bertetangga di masyarakat,
di sekitar pekerjaan, bahkan sampai di lingkungan gereja. Sebagai orang percaya
seharusnya kita memiliki sikap yang benar dalam memahami orang lain. Tak
mungkin kita mengubah hati orang lain agar sesuai dengan harapan kita, tetapi
hati kita adalah milik kita dan kita dapat mengelolanya agar tidak menjadi
terganggu. Terlebih hati kita adalah hati orang percaya, pasti ada Roh Kudus
yang menuntun sehingga kita bisa memahami orang lain. Jika orang yang diluar
Tuhan pun bisa sabar menghadapi orang disekitarnya, maka menjadi miris kita
melihat orang percaya tak sabar memahami orang lain. Mari belajar memahami
orang lain dalam segala situasi.
B.
ISI
1.
Arti
memahami orang lain.
· Memahami orang lain berarti bisa
menerima setiap orang dengan segala keberadaannya (Rm. 15:7). Filemon menerima
kembali Onesimus yang telah merugikannya (Fil. 1:17-18).
· Memahami orang lain berarti
memiliki kesadaran bahwa setiap orang memiliki kelemahan (Rm. 15:1). Bahwa saat
kita tidak bisa menerima orang lain dengan segala keunikannya, maka tanpa disadari
kita sedang menunjukkan kelemahan sendiri.
2.
Contoh kasus
memahami orang lain.
· Di lingkungan keluarga. Yusuf
mampu memahami saudara-saudaranya yang telah melakukan kejahatan terhadapnya
(Kej. 50:20). Seorang bapa menerima kembali anaknya yang telah berbuat dosa
terhadap Tuhan dan dirinya (Luk. 15:20). Ayub menerima isterinya walaupun telah
mengutukinya dan menyuruhnya mengutuki Allah (Ayub 2:9, 42:13-14).
· Di lingkungan masyarakat. Salomo
berkata “lebih baik tetangga dekat dari pada saudara yang jauh”. (Amsal 27:10).
Bagaimana seorang ibu yang mau mengalah kepada tetangganya yang menculik
anaknya (1 Raj. 3:26).
· Di lingkungan pekerjaan. Sadrak,
Mesakh dan Abednego menerima perlakuan para pegawai bahkan Raja Nebukadnezar
yang memperlakukan mereka semena-mena (Daniel 3:16-17). Filemon menerima
kembali Onesimus yang telah mencuri sesuatu saat bekerja di rumahnya (Fil.
1:15-18).
· Di lingkungan Gereja.Euodia dan
Sinthike menjadi saling menerima (sehati sepikir) dalam melayani Tuhan
(memberitakan Injil) setelah dinasihati oleh Paulus dan ditolong oleh Sunsugos
(Fil. 4:2-3).
3.
Bagaimanakah
cara agar bisa memahami orang lain?
· Menyadari bahwa kita pun memiliki
kelemahan (Rm. 15:1). Yesus berkata: Mengapa engkau melihat selumbar di mata
saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui (Mat. 7:3).
· Memokuskan hati kepada Tuhan (Rm.
15:6). Bahwa fokus hidup kita bukanlah manusia yang ada di sekitar kita tetapi
Tuhan. Jangan karena sibuk memikirkan orang lain maka fokus kita kepada Tuhan
menjadi bergeser.
· Meneladani Kristus yang telah
menerima kita apa adanya (Rm. 15:7). Jika Yesus yang sempurna bisa menerima
kita, mengapa kita yang tidak sempurna tak mampu menerima orang lain?
· Mendengar dan mengikuti nasihat
hamba Tuhan (Fil. 4:2, Fil. 1:17). Euodia dan Sintikhe mendengar nasihat Rasul
Paulus dan Sunsugos sehingga mereka bisa saling memahami. Filemon mendengar
nasihat Rasul Paulus sehingga menerima kembali Onesimus bukan sebagai budak
(pekerja) tetapi sebagai saudara. Anak sulung menerima kembali adiknya setelah
mendengar nasihat dari bapanya (Luk. 15:31-32).
C.
PENUTUP
Mari terus belajar memahami orang yang ada di sekitar kita. Kita
tidak kompromi dengan kesalahan orang lain, tetapi jangan sempat kesalahan yang
dilakukan orang lain membuat kita menjadi hakim atas mereka. Jangan sempat
kesalahan orang lain membuat tujuan utama hidup kita menjadi terganggu. Bahwa
melalui keluarga, pekerjaan dan pelayanan kita ingin memuliakan Tuhan. Tuhan
Yesus memberkati. AMIN.