Monday, August 28, 2017

Ibadah Yang Berkenan

Thema             : Ibadah Yang Berkenan
Nats                 : Yak. 1:19-27
Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, S.Pd., M. Th.

A.    PENDAHULUAN
Hampir semua orang memahami bahwa ibadah adalah suatu kegiatan keagamaan yang di laksanakan di rumah-rumah ibadah. Hal ini juga merupakan pemahaman bagi sebagian besar orang Kristen, bahwa ibadah adalah saat mereka sedang berada di gereja bernyanyi, berdoa, mendengar firman Tuhan dan memberi persembahan kemudian pulang dan selesailah yang namanya ibadah. Hal ini menyebabkan banyak orang “benar-benar” menjadi Kristen hanya saat ia beribadah saja. Artinya, saat berada di gereja semua sikap dijaga, pikiran, perkataan dan perbuatan. Namun, begitu keluar dari  pintu gereja maka ia menjadi serupa dengan dunia. Sementara Alkitab jelas mencatat bahwa ibadah adalah seluruh hidup kita yang kita persembahkan kepada Tuhan. Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati (Rm. 12:1). Oleh karena semua hidup kita adalah ibadah di hadapan Tuhan, mari kita memiliki sikap dan pemahaman yang benar tentang ibadah.

B.     ISI
Bagaimanakah ibadah yang benar menurut Rasul Yakobus? Menurut Yakobus ibadah kita akan berkenan bagi Tuhan saat:
1.      Kita lebih banyak mendengar dari pada berkata-kata (ay. 19)
Tuhan memberi kepada kita dua buah telinga, tangan, kaki, mata dan sebuah mulut, artinya kita harus lebih banyak mendengar dan bekerja dari pada banyak berbicara.
2.      Kita lambat untuk marah (ay. 19). Orang Kristen bukan tidak boleh marah, tetapi tidak boleh sembarangan marah dan kalaupun sampai marah jangan sempat berbuat dosa (Ef. 4:26).
3.      Kita membuang segala yang jahat (ay. 21). Setiap hari kita berusaha untuk hidup dalam kekudusan dengan menjaga hati, pikiran dan perbuatan kita.
4.      Kita menerima firman Tuhan dihati kita (ay. 21). Kita meneriam firman Tuhan lewat membaca dan mendengar. Banyak orang yang membaca dan mendengar firman Tuhan tetapi berlalu begitu saja, tetapi yang benar adalah bahwa firman yang telah diterima itu harus tetap tinggal di dalam hati dan akan nyata melalui perbuatan kita.
5.      Kita meneliti firman Tuhan (ay. 25). Banyak orang hanya sekedar membaca firman Tuhan tanpa belajar mengerti dan menelitinya dengan baik sehingga tidak jarang orang menjadi salah mengerti bahkan mudah dipengaruhi oleh ajaran yang lain yang belum tentu benar.
6.      Kita melakukan firman Tuhan (ay. 22). Membaca dan mendengar firman tidak akan bermanfaat jika tidak sampai kepada melakukan firman tersebut, ia akan sama dengan benih yang jatuh di pinggir jalan, di tanah yang berbatu-batu dan di dalam semak duri. Sementara yang melakukannya akan sama dengan benih yang jatuh di tanah yang baik dan menghasilkan buah yang baik pula.
7.      Kita mengekang lidah/menahan diri (ay. 26). Banyak orang Kristen sudah berhasil menjauhi segala dosa (mencuri, berjudi, menipu, dll), namun masih banyak diantaranya belum bisa mengekang lidahnya (mengendalikan dirinya). Sehingga benar yang dikatakan oleh Salomo dalam Amsal 16:32.
8.      Kita memiliki kasih terhadap sesama (ay. 27). Banyak orang Kristen yang seolah-olah “mengasihi Tuhan” lewat memberi persembahan di gereja namun sama sekali melupakan sesamanya manusia yang saling membutuhkan. Mengasihi orang lain tidak terbatas pada membantu secara materi, jika kita mampu memang itu sanagt baik. Namun, saat kita datang dan memberi semangat, menawarkan jalan keluar, hadir saat ia sendiri merupakan bentuk kasih yang terkadang melebihi materi yang ia butuhkan.
Ketika kita benar dalam melakukan ibadah maka kita akan memperoleh:
1.      Kebahagiaan (ay. 25). Kebahagiaan tidak berasal dari luar diri kita (karena harta, jabatan dan popularitas) tetapi berasal dari hati yang selalu rindu dengan firman Tuhan (Why. 1:3)
2.       Keselamatan (ay. 21). Keselamatan (hidup yang kekal) menjadi tujuan akhir setiap orang yang hidup di dunia dan ibadah yang benar menjanjikan kehidupan tersebut (1 Tim. 4:8).

C.    PENUTUP

Marilah kita tingkatkan ibadah kita tidak hanya sebatas melakukannya di lingkungan gereja pada setiap minggunya tetapi di dalam setiap aspek hidup kita. Di segala tempat dan waktu dalam hidup kita adalah ibadah yang sejati dan saat kita melakukannya dengan sungguh-sungguh maka kita akan menjadi orang yang berbahagia baik untuk kehidupan saat ini terlebih untuk kehidupan yang akan datang. AMIN. 
Donasi Untuk Pengembangan Pelayanan. 
No. Rekening BNI : 0330445252 (Cabang Medan)
Nama : Bpk NELSON

Luka Bathin

                                                Thema            : Luka Bathin
                                                Nats                : Amsal 12:16, Ayub 5:2
                                                Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.

A.         PENDAHULUAN
Tidak jarang kita melihat banyak tindakan kriminal diakibatkan rasa sakit hati terhadap seseorang. Hal ini telah dimulai oleh Kain yang merasa sakit hati karena persembahannya tidak diterima Tuhan dan akhirnya melampiaskan amarahnya dengan membunuh Habel adiknya sendiri (Kej. 4:5, 8). Dan jika saat ini banyak terjadi hal yang sama maka itu merupakan pengulangan sejarah yang telah dilakukan oleh Kain terhadap Habel pada masa lampau. Rasa sakit hati yang tidak kunjung diselesaikan akan menyebabkan hati senakin terluka sehingga sampai pada fase yang disebut “Luka Bathin” dan sering juga disebut dengan istilah “Akar Pahit”. Banyak pribadi sampai akhir hidupnya tidak menyelesaikan luka bathin itu sehingga itu membuat dia tidak bisa menjalani hidupnya dengan damai. Jika hal itu terjadi dalam diri orang tidak percaya maka tidaklah mengherankan sebab yang memimpin hatinya adalah iblis dan dirinya sendiri. Tetapi jika itu terjadi dalam diri orang percaya maka itu merupakan suatu masalah besar sebab yang memimpin hidupnya adalah Yesus Kristus Raja Damai. Sebagai orang percaya kita harus berpedoman kepada Firman Tuhan dalam menyikapai apa yang disebut luka bathin.

B.         ISI
1.      Asal usul sakit hati (Luka bathin).
Firman Tuhan berkata bahwa semua yang dijadikan Allah itu sungguh amat baik (Kej. 1:31). Hati manusia awalnya tidak tercemar (Kej. 2:25). Namun semuanya rusak oleh karena dosa (Kej. 3). Setelah manusia jatuh ke dalam dosa maka hati manusia sudah dipenuhi oleh hawa nafsu dan itulah yang mengantarkan Kain membunuh adiknya sendiri.
2.      Mengapa orang mengalami luka bathin (sakit hati)?
a.       Karena ditolak . Contoh : Kain (Kej. 4:5)
b.      Karena diperlakukan tidak adil. Contoh : Saudara-saudara Yusuf (Kej. 37:4)
c.       Karena pasangan tidak setia. Contoh: Hana (1 Sam. 1:2)
d.      Karena selalu dicela. Contoh: Hana (1 Sam. 1:6-7)
3.      Cara menyikapi saat hati kita disakiti (dilukai).
Bolehkah orang percaya sakit hati? Bukan perkara boleh atau tidak, tetapi yang terpenting adalah bagaimana menyikapinya saat hati kita tersakiti. Sebab, tidak bisa dilarang hati ini untuk tidak sakit saat diperlakukan tidak semestinya, tetapi memendam rasa sakit hati dan kemudian melimpahkannya dengan amarah bukanlah merupakan yang baik. Sikap saat hati kita disakiti adalah:
a.       Jangan melawan. Contoh: Yusuf, mulai dari dibenci dirumah ayahnya, di masukkan ke dalam sumur, dijual kepada saudagar, difitnah isteri fotifar sampai dimasukkan ke penjara Yusuf tidak pernah melawan tapi menjalaninya dengan penuh kesabaran. Bukan berarti Yusuf lemah maka ia tidak melawan tetapi disaat ia bertahan dalam segala sesuatu dan senantiasa ingat kepada Tuhan (Kej. 39:39) sesungguhnya dia sangat kuat dibandingkan dengan Daud yang sanggup mengalahkan Goliat tetapi kalah saat mengendalikan hawa nafsunya.
b.      Memahami rencana Tuhan. Contoh: Yusuf, saat ia menerima sebuah visi dari Tuhan melalui mimpinya maka Yusuf belajar selalu peka dengan rencana Tuhan dalam hidupnya. Sehingga ia mampu mengatakan bahwa semua perbuatan jahat saudara-saudaranya adalah jalan yang Tuhan siapkan untuk mengantarkan dia kepada suatu kesuksesan (Kej. 50:20).
c.       Berdoa dan menangis dihadapan Tuhan. Contoh: Hana, saat ia di duakan oleh suaminya dan selalu disakiti oleh madunya ia tidak mengadu kepada siapapun termasuk kepada suaminya atau keluarga. Tetapi ia datang kepada Tuhan dan melimpahkan seluruh isi hatinya kepada Tuhan sambil menangis (1 Sam. 1:9-10)
d.      Mengampuni orang yang menyakiti kita. Contoh: Yusuf, saat saudara-saudaranya datang ke Mesir ia memperlakukan saudara-saudaranya dengan sangat baik, tidak ada perasaan dendam bahkan mengasihi saudara-saudaranya (Kej. 45:15).

C.         KESIMPULAN

Yusuf dan Hana telah berhasil mengalahkan rasa sakit yang begitu dalam dengan cara terbaik tanpa mengandalkan kekuatan fisik dan kemenangan menjadi milik mereka. Mari kita juga melakukan hal yang sama saat hati kita disakiti. AMIN.

Friday, August 11, 2017

Bahagia Itu Sederhana

Thema                        : Bahagia itu Sederhana
Nats                : Wahyu 1:3
Oleh                : Ev. Nelson Sembiring, S.Pd., M. Th©.

A.      PENDAHULUAN
Dapat dipastikan bahwa apapun yang dilakukan oleh setiap orang, baik dengan cara yang wajar maupun yang tidak wajar semua tujuannya adalah menemukan kebahagian. Menurut ukuran dunia kebahagiaan akan diperoleh jika memiliki banyak harta, memiliki kekuasaan (jabatan) dan dikenal oleh semua orang (popularitas). Untuk memperoleh ketiga hal tersebut manusia melakukan segala cara, seorang pemuda  menuntut ilmu sampai ke negeri Cina (pendidikan yang tinggi), seorang bapak bekerja siang-malam-pagi-petang. Bahkan lebih dari itu tidak jarang kita melihat orang melakukan hal-hal yang ekstrim hanya untuk memperoleh ketiga hal itu (Mis: Mr. Limbad). Pertanyaannya : Bahagiakah mereka yang melakukan itu semua? Sekilas pandang sepertinya bahagia, tetapi sebenarnya semua itu semu. Sehingga sering kita mendengar berita para selebrtiti yang kawin-cerai, terjerumus ke narkoba. Seorang pengusaha sukses akhirnya bunuh diri. Seorang mahasiswa terbaik Indonesia yang kuliah di Singapura membunuh dosennya kemudian bunuh diri dengan terjun bebas dari lantai 5 kampusnya. Mengapa semua itu bisa terjadi? Karena bahagia menurut mereka terlampau rumit, padahal menurut Firman Tuhan bahagia itu sederhana.

B.      ISI
Siapakah yang berbahagia?
1.      Orang yang membaca Firman Tuhan
Pepatah mengatakan “membaca adalah jendela melihat dunia” artinya dengan membaca kita akan memilki pengetahuan yang luas. Membaca adalah satu bagian dalam proses belajar. Dapat dipastikan bahwa:
·         Orang Majus (ahli Astronomi) selalu belajar sehingga sangat mengerti tentang ilmu perbintangan.
·         Zakheus (ahli Perpajakan) selalu belajar sehingga bisa menjadi kepala bea cukai pada zamannya.
·         Paulus (ahli Taurat) selalu belajar sehingga dia tahu tentang semua hukum Taurat.
Namun, ternyata apa yang mereka baca dan pelajari selama ini dan membawa mereka kepada kesuksesan secara duniawi tidak membuat mereka menemukan kebahagiaan yang sejati, sehingga akhirnya mereka beralih dan belajar Firman Tuhan. Ketika mereka membaca Firman Tuhan maka mereka menjadi orang yang berbahagia, orang Majus tahu tentang memberi persembahan, Zakheus menjadi orang yang murah hati, Paulus menjadi orang yang selalu bersukacita. Sehingga nyatalah yang dikatakan dalam Maz. 1:1-3.

2.      Orang yang mendengarkan Firman Tuhan
Setiap orang dikarunia 2 telinga dan sebuah mulut artinya manusia harus lebih banyak mendengar dari pada berkata-kata. Dalam hal ini tentu harus dipertimbangkan apa yang kita dengarkan. Sebab banyak orang ingin telinganya dipuaskan oleh dongeng-dongeng (2 Tim. 4:3-4). Apa yang harus kita dengarkan?
·         Didikan dari guru (Ams. 5:12-13). Secara umum guru akan mengajarkan kebaikan kepada murid-muridnya.
·         Didikan orang tua (Ams. 1:8-9). Secara umum orangtua akan mengajarkan kebaikan kepada anak-anaknya.
·         Suara Tuhan/Firman Tuhan. Saat kita mendengarkan suara Tuhan maka kita akan:
v  Menjadi berkat bagi orang lain. Cth: Abraham (Kej. 22:18).
v  Menjadi harta kesayangan Tuhan. Cth: Musa (Kel. 19:5)
v  Menjadi orang yang bijaksana (Mat. 7:24)
v  Dipulihkan (Kis. 14:8-10).
v  Diselamatkan (Rm. 1:16)

3.      Orang yang melakukan Firman Tuhan
Membaca dan mendengarkan Firman Tuhan juga akan menjadi kebahagian semu (sesaat) jika tidak bermuara kepada melakukan apa yang dibaca dan didengar tersebut. Sehingga tidak menjadi benih yang jatuh di pinggir jalan, di  atas bebatuan dan di semak berduri tetapi ditanah yang baik dan menghasilkan buah. Saat kita melakukan Firman Tuhan maka kita akan:
·         Diselamatkan Tuhan. (Kej. 7:5)
·         Dijauhkan malpetaka (Kel. 15:56), bdg. Yun. 1
·         Dibela oleh Tuhan (Kel. 23:22)
·         Dibenarkan oleh Tuhan (Ul. 6:25)
·         Memperoleh kehidupan yang kekal (Mat. 7:21)

C.      KESIMPULAN

Mari kita menjadi orang yang berbahagia dengan cara yang sederhana.sebab kebahagian tidak ditentukan dengan benda-benda yang ada disekitar kita, tetapi kebahagian yang sejati ditentukan dengan apa yang ada didalam hati kita. Hati yang selalu rindu membaca, mendengarkan dan melakukan Firman Tuhan akan membuat hidup penuh dengan kebahagiaan walau ditengah badai sekalipun. Saya dan anda berhak untuk bahagia. Tuhan Yesus memberkati. AMIN.