Friday, July 19, 2019

Iman Yang Menyelamatkan


Thema             : Iman Yang Menyelamatkan
Nats                 : Yak. 2:14
Oleh                 : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.

A.       PENDAHULUAN
Di Abad 10, Gunung Mokattam di Mesir menjadi bukti nyata dari iman yang dapat memindahkan gunung. Saat itu Mesir diperintah oleh Khalifah Al Mu’izz. Ia meminta kepada pemimpin gereja  bernama Abraam bin Zara untuk memindahkan Gunung Mokattam karena ia ingin membuktikan apa yang tertulis dalam Matius 17:20. Jika tidak bisa, Abraam dan  umat Kristen di Mesir harus meninggalkan iman Kristen dan berpindah agama sebagai pemeluk agama Islam; apabila mempertahankan keimanan Kristennya, mereka harus berpindah keluar dari tanah Mesir; atau mereka akan dibunuh. Abraam berkata, ”Kami tidak dapat berbuat apa-apa tanpa campur tangan Tuhan.” Ia memerintahkan semua orang Kristen di seluruh tanah Mesir untuk berdoa dan berpuasa selama 3 hari. Di saat yang telah ditentukan, di depan gunung Mokattam, umat Kristen berseru dengan iman, ”Tuhan kasihanilah kami.” Setelah 400 kali menyerukan kalimat itu, gempa besar melanda gunung dan menyebabkan gunung itu bergeser hingga 3km dari timur ke barat. Ini adalah sebuah peristiwa iman yang luar biasa. Sehingga dengan tegas Yesus berkata kepada seorang perempuan : Imanmu telah menyelamatkanmu. Namun timbul sebuah pertanyaan. Bagaimanakah jika gunung itu tidak berpindah? Apakah orang Kristen di Mesir saat itu tidak selamat?
Di abad ke-20, seorang hamba Tuhan bernama Pdt. Bigman Sirait dalam bahasa imannya berkata: “Iman yang besar sanggup memindahkan gunung, tetapi iman yang benar adalah tetap percaya meskipun gunung tidak berpindah”. Bagaimanakah iman yang menyelamatkan?

B.       ISI
1.      Arti Iman
Ibrani 11:1 berkata: “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”. Dari pernyataan ini berarti iman adalah:
·      Dasar kita berharap, artinya bahwa dengan memiliki iman maka kita memiliki suatu pengharapan baik untuk kehidupan saat ini maupun kehidupan yang akan datang.  Dengan harapan itulah maka kehidupan yang terkadang melelahkan ini tidak membuat menjadi lemah tetapi sebaliknya tetap kuat. Sebab pengharapan itu tidak pernah mengecewakan (Rm. 5:4-5)
·      Bukti dari sesuatu yang belum terlihat, artinya bahwa dengan memiliki iman maka kita dapat melihat sesuatu jauh ke depan yang belum tampak oleh mata. Dengan Iman Abraham melihat tanah perjanjian sehingga ia berangkat dari Ur-Kasdim (Kej. 12:1) Dengan iman pula ia melihat keturunannya seperti bintang di langit (Kej. 15:5). Apakah Abraham sampai di Tanah Perjanjian? Jangankan Abraham, Musa yang adalah pelopor Hukum Taurat, nabi Eksodus yang membawa umat Tuhan dari perbudakan di Mesir pun hanya sampai di Nebo. Namun dalam kacamata iman mereka telah melihat Tanah perjanjian itu.
2.      Iman Yang Menyelamatkan
Sering kita mendengar ungkapan dari seorang  Kristen : “Yesus Kaulah segalanya bagiku”. Apakah ungkapan itu sebagai bahasa orang beragama, bahasa orang berTuhan atau bahasa orang beriman. Sebab banyak orang beragama tetapi tidak berTuhan apalagi beriman. Bagaimanakah iman yang membawa seseorang pada keselamatan?
·      Iman yang disertai perbuatan (Yak. 2:17). Apakah Abraham akan dipanggil “Bapa Orang Beriman” jika ia tidak membawa Ishak ke gunung Muria untuk dipersembahkan kepada Tuhan?(Kej.22:2-3). “Iman berharga karena perbuatan, perbuatan bernilai karena iman
·      Iman yang dipenuhi dengan ucapan syukur (Luk. 17:15-16 dan 19). Dari 10 yang berpenyakit kusta hanya 1 yang kembali menemui Yesus sambil memualikan Allah dan mengucap syukur. Siapakah yang 1 itu? Orang Samaria yang di mata orang Yahudi adalah orang Kafir.
·      Iman yang tulus dan penuh keyakinan (Mrk. 5:28 dan 33-34). Seorang wanita mengalami pendarahan 12 tahun berkata: “Asal kujamah saja jubahNya, aku akan sembuh”. Penyataan iman yang luar biasa.
·      Iman yang mengabaikan cacian orang lain (Mrk. 10:48 dan 52). Seorang buta bernama Bartimeus di bentak dan disuruh diam saat memanggil Yesus. Biarlah kita terhina dihadapan manusia tetapi bernilai dimataNya.
·      Iman yang berani membayar harga (Luk.7:38 dan 50). Seorang wanita meminyaki kaki Yesus dengan minyak wangi. Dalam Yoh. 12:3 dikatakan minyak Narwastu murni yang mahal harganya sehingga muridnya khususnya  Yudas Iskariot menganggapnya sebagai pemborosan dan lebih baik dijual dan dan diberikan kepada orang miskin (munafik).
·       Iman yang tetap teguh meski gunung tidak berpindah. Sadrakh, Mesakh dan Abednego (Dan. 3:17-18).  Duri dalam daging/penyakit Rasul Paulus yang tidak diangkat Tuhan (2 Kor. 12:8-10). Elisa sakit dan mati padahal dia memiliki karunia penyembuhan (2 Raj. 5:10), bahkan mayat yang dicampakkan ke kubur Elisa hidup kembali setelah mengenai tulang-tulangnya (2 Raj. 13:21). Tetapi ia tetap percaya walau sakitnya tidak sembuh.

C.       KESIMPULAN
Milikilah iman yang membawa kita kepada keselamatan. Dengan iman segala perkara hidup kita (kesehatan, perekonomian, masa depan, dll) akan Tuhan pulihkan. Tetapi jangan sekali-kali kita beri label iman untuk kepuasan kita. Dan ingat puncak dari iman kita adalah tetap percaya walau gunung tidak berpindah. TYM. Amin.
Donasi Untuk Pengembangan Pelayanan. 
No. Rekening BNI : 0330445252 (Cabang Medan)
Nama : Bpk NELSON

Kelepasan Dari Kebiasaan Buruk


Thema             : Kelepasan Dari Kebiasaan Buruk
Nats                 : 1 Kor. 15 : 33
Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.

A.      PENDAHULUAN
Manusia diciptakan segambar dengan Allah (Kej. 1:26a). Artinya bahwa manusia diciptakan sempurna dan sungguh amat baik. Tidak ada sesuatu yang buruk dari manusia tersebut. Namun, semuanya itu hilang ketika Hawa mendengar dan menuruti keinginan iblis (Kej. 3). Sejak kejatuhan manusia pertama ke dalam dosa maka semua manusia yang terlahir mewarisi dosa tersebut. Dosa membuat manusia selalu cenderung berbuat jahat (Rm. 7:19). Bahkan seseorang yang sudah bertobat dan menerima Kristus di dalam hatinya pun tidak langsung berubah 1800. Tidak jarang seorang percaya masih memiliki kebiasaan buruk baik yang kelihatan dari perbuatannya atau tersembunyi di dalam hatinya. Ini membuaktikan bahwa karakter dosa begitu besar mempengaruhi kehidupan manusia bahkan yang sudah percaya sekalipun. Bagaimana kita bisa lepas dari kebiasan buruk tersebut?

B.       ISI
1.      Arti dan contoh kebiasaan buruk
v  Kebiasaan buruk adalah sikap negatif baik pikiran maupun perbuatan yang berlangsung secara terus-menerus.
v  Contoh Kebiasaan buruk disekitar orang percaya.
·      Membenci orang lain (Kej. 37:4). Saudara-saudara Yusuf membenci Yusuf secara terus menerus sampai ada niat untuk membunuhnya.
·      Iri hati (Kej. 37:11). Rasa iri yang berkepanjangan membaut saudara-saudaranya gelap mata ingin membunuhnya walaupun akhirnya batal dan mereka menjualnya.
·      Berzinah : Melakukan onani (Kej. 38:9-10), Onan secara terus menerus membuang maninya saat berhubungan dengan isteri kakaknya yang sudah diambilnya sebagai isteri. Ngintip (2 Sam. 11:2), Daud terus melihati Betsyeba yang sedang mandi dan tidak sadar dengan perbuatannya sampai akhirnya melakukan perzinahan.  Percabulan/pornografi (Gal. 5:19), secara umum kaum muda melakukan kegiatan ini baik melalui pikiran maupun perbuatan. Media internet menjadi alat yang paling praktis dalam melakukannya.
·      Mabuk-mabukan/merokok/Berjudi (Amsal 20:1, Ef. 5:18). Dari kaum muda sampai orang tua dikalangan orang percaya masih ada yang melakukannya.
·      Berkata-kata kotor (Ef. 4:29). Orang yang terbiasa berkata kotor menganggap hal ini bukan lagi sesuatu yang salah.
·      Berbohong/berdusta (Amsal 14:5). Orang yang terbiasa berbohong menganggap hal ini bukan lagi sesuatu yang salah.
·      dll
2.       Cara melepaskan diri dari kebiasaan buruk
v  Tidak bergaul sembarangan ( 1 Kor. 15:33). Ketika Hawa membangun suatu komunikasi (bergaul) dengan ular maka itulah awal dosa masuk ke dalam dunia.
v  Mematikan keinginan daging (Rm. 8:13). Bagaimana cara mematikannya?
·      Mau dipimpin oleh Roh Kudus (Gal. 5:18 dan 25)
·      Menjadikan Firman Tuhan sebagai pegangan hidup (Maz. 119:9)
v  Mengingat dan menghargai kesempatan yang diberikan Tuhan (Yoh. 8:11).
v  Waspada dengan godaan iblis ( 1 Pet. 5:8)
v  Menghindari lokasi dan situasi yang mendukung perbuatan dosa (di kamar sendiri, melamun/mengkhayal, pergi ke tempat-tempat yang  bersentuhan dengan keduniawian, dll).
v  Mengisi waktu luang dengan kegiatan positif (olah raga, berlatih musik, dll).

C.      KESIMPULAN
Sadarlah bahwa kita manusia yang telah mewarisi karakter dosa yang setiap saat siap menerkam kita. Memang kita tidak akan pernah langsung berubah total saat menjadi orang percaya. Tetapi kita harus terus mengalami perubahan secara progres menuju kesempurnaan. Mari terus berjuang mengalahkan kebiasaan-kebiasaan buruk di dalam diri kita. Tuhan akan bekerja saat seseorang membuka hati dan memberi ruang untuk tempat Roh Kudus bekerja. Artinya tanpa Tuhan kita tidak mampu dan tanpa kita Tuhan tidak akan berkarya dalam hidup kita.  Tuhan Yesus memberkati. Amin.

Saturday, July 6, 2019

Yang Tak Terpandang Dimata Dunia DipilhNya


Thema                        : Yang Tak Terpandang Dimata Dunia DipilhNya
Nats                : 1 Sam. 16 : 7
Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.
A.        PENDAHULUAN
Secara umum manusia menilai seseorang dari tampilan luarnya, padahal tidak ada suatu jaminan bahwa tampilan tersebut mewakili diri orang tersebut yang sebenarnya. Sebuah handphone bekas pun jika cassingnya diganti maka akan kelihatan baru dan menarik, sementara bisa jadi mesinnya sudah tidak layak pakai lagi. Itulah manusia, sebab memang ia terbatas. Jika manusia melihat apa yang di depan mata maka sebaliknya Allah melihat apa yang ada di dalam hati. Pentingkah kita bernilai dihadapan manusia? Penting, tetapi jauh lebih penting bernilai di hadapan Allah. Berharga di dunia bernilai dimataNya adalah sesuatu yang sangat kita harapkan. Tetapi jika oleh karena pilihan kita untuk taat kepada Allah akhirnya membuat dunia tidak menghargai bahkan membenci kita, maka itulah bahagia kita. Kita tidak dapat menyenangkan semua orang tetapi menyenangkan hati Tuhan adalah tugas kita.
B.        ISI
1.      Prinsip Penilaian Manusia
a.       Menilai dengan pikiran (ay. 6)
·      Samuel yang adalah utusan Tuhan (Hamba Tuhan) pun masih berpatokan pada pikiran untuk memberi penilaian.
·      Saudara-saudara Yusuf menyepelekan Yusuf dan meledeknya sebagai si “tukang mimpi” (Kej. 37:19). Menurut mereka Yusuf tidak layak menjadi seorang raja/penguasa (ay. 8), karena Yusuf dianggap tidak memiliki suatu kelebihan.
b.      Menilai dengan mata/melihat fisik (ay. 7)
·      Samuel melihat Eliab yang memiliki paras dan perawakan yang tinggi.
·      Isai menyuruh ketujuh anaknya lewat di depan Samuel untuk dipilih (ay. 10). Artinya, bahwa Isai sendiri menilai secara pisik dan yakin salah satu dari antaranya akan dipilih Tuhan melalui Samuel.
c.       Memandang muka (Yak. 2:1-3)
·      Melihat pakaiannya dan perhiasannya.
·      Membedakan tempat duduk antara yang satu dengan yang lain.
2.      Prinsip Penilaian Allah
a.       Menilai hati (ay. 7)
·      Dari anak pertama sampai ketujuh Tuhan tidak pilih (ay. 10), tetapi Tuhan memilih anak kedelapan, itulah Daud (ay. 12).
·      Tuhan Yesus melihat hati Zakheus yang sesungguhnya rindu dengan keselamatan (Luk. 19:5, 9).
b.      Tidak memandang muka (Gal. 2:6)
·      Tidak melihat kedudukan
·      Mengasihi orang miskin (ay. 10)
3.      Sikap kita saat dunia tak memandang kita.
a.       Tetap berbahagia (Mat. 5:3, Fil. 1:18b,c).  Orang yang berbahagia bukanlah mereka yang terpandang di dunia ini (Why. 1:3).
b.      Tetap berharap pada Allah (Maz. 27:10). Daud berkata: Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku. Walaupun ayahnya sendiri tak memperhitungkannya tetapi Tuhan memilihnya melalui Samuel.
c.       Meneladani Tuhan Yesus (Yoh. 15:18). Yesus yang adalah Tuhan pun tidak dihargai oleh dunia ini, maka sebagai seorang murid kita pun harus siap jika dunia tidak menghargai bahkan membenci kita.
d.      Tidak perlu takut (Fil. 1:13). Seorang Paulus yang seharusnya mendapat penghargaan oleh karena pelayanannya tetapi sebaliknya dunia membenci bahkan memenjarakannya.
C.        KESIMPULAN
Diabaikan dunia namun dipilih oleh Allah, Daud telah meninggalkan satu pelajaran penting bagi kita. Disaat ayahnya sendiri tak memperhitungkannya Tuhan hadir dan memilihnya menjadi seorang Raja dan melalui dia lahirlah Raja di atas segala raja. “Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud anak Abraham”. Jangan habiskan waktu dan energi kita untuk memikirkan dunia yang tidak menghargai kita, sebab kita berharga di mata Tuhan. Tuhan Yesus memberkati. AMIN.

Benarkah Saya Mengasihi Tuhan


Thema            : Benarkah Saya Mengasihi Tuhan?
Nats    : Mat 22 : 37
Oleh    : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.

A.      Pendahuluan
Bukan merupakan hal yang sulit bagi seorang yang beragama Kristen untuk melantunkan syair-syair lagu “Kumau cinta Yesus selamanya….. “ atau “Aku mengasihi Engkau Yesus dengan segenap hatiku……”. Tetapi apakah benar orang Kristen yang melantunkan lagu-lagu itu sungguh mencintai Tuhan atau tidak? Kitalah yang paling tahu apakah kita mencintai Tuhan atau tidak, namun demikian orang lain juga bisa melihat apakah kita pibadi yang mencintai Tuhan atau hanya orang yang sekedar beragama Kristen saja.

B.      Isi
1.      Bagaimanakah orang yang berpura-pura mengasihi Tuhan?
a.       Perkataan dan hati tidak sesuai (Mrk 7 : 6)
Contoh: Herodes
b.      Perbuatan dan hati tidak sesuai (Mat 26 : 49).
Contoh: Yudas Iskariot
c.       Datang kepada Tuhan untuk mencari keuntungan (2 Kor 2 : 17a)

2.      Bagaimanakah orang yang sungguh-sungguh mencintai Tuhan?
a.       Selalu rindu dan mengarahkan hidup kepada Tuhan (Maz. 63:2-3)
b.      Percaya kepada Tuhan dengan segenap hati (Amsal 3: 5, Mat 22 : 37)
c.       Hidup berpadanan dengan Injil Kristus (Fil 1 : 27a)
1.      Perbuatan baik (Gal 6:9a)
2.      Perkataan yang membangun (Ef 4 : 29)
3.      Pikiran yang baik (Fil 4 :8)
d.      Rela menderita demi Kristus (Fil 1 : 29b)
e.       Setia sampai akhir (Mat. 24 :13, Why. 2:10b)

3.      Upah bagi yang berpura-pura dan yang bersungguh-sungguh
a.       Berpura-pura : mendapatkan kebinasaan (Mat 7 : 22 – 23)
b.      Bersungguh-sungguh : menerima kehidupan kekal (2 Kor 4:16-17)

C.      Kesimpulan
Marilah kita terus menunjukkan cinta kasih kita kepada Tuhan lewat setiap aspek kehidupan kita, sebab Ia telah terlebih dahulu melakukannya bagi kita. AMIN.