Thema : Tak Ada Alasan Untuk Kecewa
Nats : Matius 11:6
Oleh : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd.,
M. Th.
A.
PENDAHULUAN
Setiap manusia
pernah mengalami suatu perasaan kecewa oleh karena suatu situasi yang tidak
sesuai dengan apa yang diharapkan. Bahkan tidak jarang rasa kecewa tersebut
membawa dampak yang sangat buruk bagi seseorang. Oleh karena rasa kecewa ada
orang sampai mengalami frustasi, stres (gangguan jiwa) bahkan sampai bunuh
diri. Jika itu terjadi di antara orang yang belum percaya maka masih bisa kita
maklumi, tetapi jika sebaliknya terjadi pada orang percaya maka timbul suatu
pertanyaan: sungguhkah ia percaya? Sebab jika dalam pandangan dunia kekecewaan
merupakan suatu musibah maka bagi orang percaya rasa kecewa pun merupakan jalan
Tuhan menyatakan kehendakNya kepada kita. Kita tidak mungkin melarang hati kita
untuk tidak kecewa ketika situasi yang terjadi jauh dari ekspektasi, tetapi
kita punya pilihan untuk mengelola rasa kecewa menjadi suatu pengalaman
berharga bahkan menjadi berkat bagi orang lain dikemudian hari. Mari jalani
hidup tanpa rasa kecewa.
B.
ISI
1.
Arti
dan contoh rasa kecewa.
v Kecewa adalah
suatu perasaan tidak senang oleh karena sesuatu yang diharapkan tidak sesuai
dengan kenyataan.
v Contoh:
· Para petani pada
zaman Yeremia (Yer. 14:4). Musim kering yang berkepanjangan membuat mereka
mengalami kelaparan dan sakit penyakit (Yer. 14:12).
·
Orang-orang
Nazaret (Mat. 13:57). Mereka kecewa
melihat Yesus, sebab Yesus hanyalah anak seorang tukang kayu yang tidak lebih
dari mereka.
·
Seorang
kaya (Mrk. 10:22). Merasa kecewa karena Yesus menyuruhnya berbagi dengan
orang-orang miskin.
·
Habakuk
(Hab. 1:2-3). Nabi Habakuk mengeluh dihadapan Tuhan melihat penindasan yang
terjadi terhadap bangsa Israel.
2.
Mengapa
kita tidak boleh memiliki alasan untuk kecewa?
Seperti para
tokoh di atas, mungkin kita juga pernah merasakan kekecewaan karena apa yang
kita rancang dan rencanakan tidak sampai pada tujuan yang kita harapkan. Jadi
salahkah jika kita kecewa?
v Tak ada alasan
untuk kecewa bukan berarti bahwa kita lepas sama sekali dari rasa itu. Sebab
akan menjadi aneh jika kita bersukacita (kegirangan) saat harapan kita jauh
dari kenyataan yang terjadi. Tetapi yang dimaksudkan adalah bahwa rasa kecewa
yang ada tidak berdampak negatif tetapi sebaliknya memberi satu pelajaran bagi
kita untuk lebih lagi bergantung kepada Tuhan. Semakin menyadari bahwa tanpa
Tuhan kita tidak akan pernah mampu untuk hidup.
v Alasan untuk
tidak kecewa:
·
Tuhan
pemilik kehidupan kita (Rm. 14:8). Ketika kita memiliki sesuatu maka kita
berhak penuh atasnya. Misalnya kita memiliki sebidang tanah, maka kita berhak
untuk menanam apapun diatasnya, mendirikan apapun di atasnya. Demikianlah hidup
kita di hadapan Tuhan.
·
Tuhan
yang menetapkan langkah hidup kita (Mzm. 37:23). Jika Tuhan tetapkan 100
langkah akankah kita memaksakan diri melebihi itu?? Musa adalah tokoh hebat, pelopor hukum
taurat, Nabi eksodus yang membawa umat Tuhan dari tanah perbudakan. Apakah ia
sampai tanah perjanjian? No, ia hanya sampai di gunung Nebo. Jadi jangan
kecewa, toh Musa yang hebat juga hanya sampai di Nebo.
·
Kita
adalah pekerja di Ladang Tuhan (Mat. 20:1). Ketika kita bekerja di suatu tempat
maka ada aturan-aturan yang ditetapkan. Jam kerja, upah, THR, dll. Ketika kita
taati aturan tersebut maka kita akan terus jadi pekerja. Memang kita bisa
sampaikan permohonan tetapi keputusan tetap pada pemilik. Demikian kita
dihadapan Tuhan.
·
Kita
adalah buatan tanganNya (Ef. 2:10). Seorang pengrajin/pemahat patung akan
memahat sesuai seleranya, yang pasti ia akan menghasilakan sebuah patung yang
indah dan bernilai. Demikian hidup kita di tangan Tuhan. Ketika kita sabar
menjalani prosesnya maka kita akan menjadi orang yang berbahagia. Tapi ingat,
jangan ukur kebahagian dari ukuran manusia. Sebab manusia tak pernah bahagia.
C.
KESIMPULAN
Memuaskan diri
dengan rasa kecewa sama dengan meminum air laut. Rasa haus takkan kunjung
surut. Lebih baik membangun asa diantara reruntuhan rasa kecewa. Sebab
disanalah akan kita temukan bahagia. Dan ingtlah bahagia adalah tentang Dia
bukan kita. Sebab tanpa Dia bahagia hanyalah fatamorgana. TYM. Amin.