Wednesday, October 2, 2019

Prinsip Pernikahan Kristen


Thema : Prinsip Pernikahan Kristen
Oleh    : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.

Pernikahan merupakan suatu hal yang sangat sakral dalam kehidupan kekristenan, sebab Tuhan sendirilah yang membentuk suatu rumah tangga, sebab Ia tahu tidak baik kalau manusia hidup seorang diri saja, sehingga Tuhan berkata : Aku akan menjadikan penolong yang sepadan dengan dia (Kej. 2 : 18). Isteri itu penolong bukan pembantu, isteri itu penolong bukan penodong atau perongrong. Sebab banyak kita lihat dalam suatu rumah tangga seorang suami menjadi tuan dan isteri menjadi pembantunya dan sebaliknya seorang isteri yang seharusnya menolong tapi kenyataannya menodong atau merongrong suaminya. Ketika seorang laki-laki dan perempuan memilih untuk membentuk suatu rumah tangga yang baru maka ia harus memahami beberapa prinsip dalam pernikahan Kristen. Adapun prinsip tersebut adalah:
1.      Keduanya adalah pasangan yang sepadan (Kej. 2:18)
Apakah makna sepadan dalam hal ini? Tentu yang sepadan dalam hal ini tidak mengacu kepada kecocokan secara jasmani (fisik, pendidikan, status sosial, dll) namun lebih mengarah kepada perkara rohani. Sepadan secara rohani berarti bahwa seorang laki-laki dan seorang perempuan yang akan membentuk suatu rumah tangga haruslah kedua-duanya orang percaya, sebab jika salah satu orang percaya dan yang lain tidak, maka itu bukanlah pasangan yang sepadan seperti dikatakan dalam 2 Kor. 6:14 Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Suatu perbandingan yang sangat kontras di pakai oleh Tuhan yaitu terang dan gelap yang tidak akan pernah dapat bersatu sampai kapan pun. Dan jelas Tuhan sendiri sangat tidak terima ketika anak-anakNya memilih orang-orang yang tidak percaya menjadi pasangan hidupnya, hal ini ditunjukkan dengan suatu rasa penyesalan Tuhan dan pilu hatiNya ketika melihat anak-anakNya mengambil isteri dari orang yang tidak percaya (Kej.6:1-2, 6). Jadi, jelas bahwa pasangan yang akan menikah haruslah pasangan yang sepadan secara rohani.
2.      Pernikahan bersifat monogami
Tuhan tidak pernah membuat aturan pernikahan lebih dari satu isteri atau suami (poligami/poliandri), namun dari semula Tuhan menetapkan pernikahan yang monogami. Ketika Tuhan menjadikan Hawa maka yang diambil satu rusuk Adam bukan dua atau lebih, dan dari rusuk yang satu itu dibentukNya seorang perempuan bukan dua orang atau lebih  (Kej.2:21-22). Ini berarti bahwa Tuhan menetapkan monogami dalam pernikahan Kristen. Pada bagian yang lain dikatakan bahwa Dan Firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." (Mat.19:5-6). Dari ayat ini jelas bahwa dua menjadi satu, bukan tiga atau empat menjadi satu. Banyak orang bertanya, kalu memang benar monogami mengapa banyak tokoh di Alkitab memiliki isteri lebih dari satu? Benar memang banyak tokoh yang demikian, tetapi jelas kita juga bisa melihat bahwa Tuhan tidak pernah membenarkan tindakan mereka, bahkan yang kita lihat bahwa ketika mereka memilih untuk berbuat yang salah dimata Tuhan maka akan datang masalah di dalam kehidupan mereka.
Jadi, jelas bahwa pernikahan Kristen bersifat monogami, sehingga tidak ada alasan apapun yang membuat orang untuk menambah jumlah isteri atau suaminya.
3.      Tidak dibenarkan bercerai dalam pernikahan Kristen
Masalah perceraian merupakan masalah yang cukup menarik perhatian dikalangan orang Kristen, sebab ada sebagian gereja yang tetap mengizinkan untuk memberkati orang-orang yang jelas statusnya bercerai dengan isterinya kemudian menikah lagi. Tentu kita tidak berpedoman kepada ajaran gereja namun kembali kepada firman Tuhan bahwa apa yang telah dipersatukan Tuhan tidak boleh diceraikan manusia (Mat. 19:6), bahwa seorang isteri tidak boleh menceraikan suaminya dan seorang suami tidak boleh menceraikan isterinya (1 Kor. 7:10-11).  Bahkan dengan jelas Tuhan mengatakan bahwa Ia sangat membenci perceraian (Mal. 2:15).
Jadi, jelas bahwa dalam pernikahan Kristen tidak dibenarkan ada perceraian kecuali oleh karena kematian.
4.      Suami-isteri sederajat dihadapan Tuhan
Banyak pandangan bahwa lelaki (suami) memiliki derajat yang lebih tinggi di banding dengan perempuan (isteri). Padahal dari sejak semula Allah menciptakan manusia itu sederajat dihadapanNya. Lelaki dan perempuan diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kej. 1 : 26-27), ini berarti bahwa tidak ada perbedaan derajat laki-laki dan perempuan di mata Allah. Bahkan pada bagian lain Firman Tuhan mengatakan bahwa: Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus (Gal. 3:28). Memang tidak dapat dipungkiri bahwa seorang laki-laki ditetapkan Allah sebagai pemimpin(kepala) di dalam suatu rumah tangga (Ef. 5:22-23) tetapi ini tidaklah menunjukkan kepada kedudukan laki-laki dan wanita di hadapan Allah sebab itu lebih mengacu kepada hubungan Kristus dengan jemaat, dimana kristus adalah adalah kepala atas jemaat.
5.      Suami-isteri menjadi satu di dalam Tuhan
Banyak sekali kita melihat keluarga Kristen mengalami permasalahan yang berujung pada perceraian. Hal yang paling sering menjadi alasan mengapa memilih jalan ini adalah karena satu sama lain sudah merasa tidak ada kecocokan. Ketika ditanya mengapa tidak ada kecocokan, maka jawaban yang paling sering muncul adalah terlalu banyak perbedaan. Apakah yang salah dengan perbedaan? Tidak ada yang salah dengan perbedaan itu, sebab Tuhan menjadikan memang berbeda dan Tuhan tidak pernah mengatakan keduanya akan menjadi sama tetati Tuhan berfirman: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." (Mat.19:5-6). Jadi antara seorang laki-laki dan perempuan bukan diminta menjadi sama tetapi menjadi satu, sehingga jika keduanya menyadari hal tersebut maka setiap perbedaan yang ada tidak akan menjadi suatu masalah tetapi mejadi suatu keindahan dalam suatu rumah tangga.


No comments:

Post a Comment