Thema : Prinsip Pernikahan Kristen
Oleh : Pdt. Nelson Sembiring, S.
Pd., M. Th.
Pernikahan merupakan suatu hal yang
sangat sakral dalam kehidupan kekristenan, sebab Tuhan sendirilah yang
membentuk suatu rumah tangga, sebab Ia tahu tidak baik kalau manusia hidup
seorang diri saja, sehingga Tuhan berkata : Aku akan menjadikan penolong yang
sepadan dengan dia (Kej. 2 : 18). Isteri
itu penolong bukan pembantu, isteri itu penolong bukan penodong atau
perongrong. Sebab banyak kita lihat dalam suatu rumah tangga seorang suami
menjadi tuan dan isteri menjadi pembantunya dan sebaliknya seorang isteri yang
seharusnya menolong tapi kenyataannya menodong atau merongrong suaminya. Ketika
seorang laki-laki dan perempuan memilih untuk membentuk suatu rumah tangga yang
baru maka ia harus memahami beberapa prinsip dalam pernikahan Kristen. Adapun
prinsip tersebut adalah:
1.
Keduanya adalah pasangan yang sepadan (Kej. 2:18)
Apakah
makna sepadan dalam hal ini? Tentu yang sepadan dalam hal ini tidak mengacu
kepada kecocokan secara jasmani (fisik, pendidikan, status sosial, dll) namun
lebih mengarah kepada perkara rohani. Sepadan secara rohani berarti bahwa
seorang laki-laki dan seorang perempuan yang akan membentuk suatu rumah tangga
haruslah kedua-duanya orang percaya, sebab jika salah satu orang percaya dan
yang lain tidak, maka itu bukanlah pasangan yang sepadan seperti dikatakan
dalam 2 Kor. 6:14 Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya.
Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau
bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Suatu perbandingan yang sangat
kontras di pakai oleh Tuhan yaitu terang
dan gelap yang tidak akan pernah dapat
bersatu sampai kapan pun. Dan jelas Tuhan sendiri sangat tidak terima ketika
anak-anakNya memilih orang-orang yang tidak percaya menjadi pasangan hidupnya,
hal ini ditunjukkan dengan suatu rasa penyesalan Tuhan dan pilu hatiNya ketika
melihat anak-anakNya mengambil isteri dari orang yang tidak percaya (Kej.6:1-2,
6). Jadi, jelas bahwa pasangan yang akan menikah haruslah pasangan yang sepadan
secara rohani.
2.
Pernikahan bersifat monogami
Tuhan
tidak pernah membuat aturan pernikahan lebih dari satu isteri atau suami
(poligami/poliandri), namun dari semula Tuhan menetapkan
pernikahan yang monogami. Ketika Tuhan menjadikan Hawa maka yang diambil satu rusuk Adam bukan dua atau lebih, dan dari rusuk yang satu
itu dibentukNya seorang perempuan
bukan dua orang atau lebih (Kej.2:21-22). Ini berarti bahwa Tuhan
menetapkan monogami dalam pernikahan Kristen. Pada bagian yang lain dikatakan
bahwa Dan Firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan
bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah
mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan
Allah, tidak boleh diceraikan manusia." (Mat.19:5-6). Dari ayat ini jelas
bahwa dua menjadi satu, bukan tiga atau empat menjadi satu.
Banyak orang bertanya, kalu memang benar monogami mengapa banyak tokoh di
Alkitab memiliki isteri lebih dari satu? Benar memang banyak tokoh yang
demikian, tetapi jelas kita juga bisa melihat bahwa Tuhan tidak pernah membenarkan
tindakan mereka, bahkan yang kita lihat bahwa ketika mereka memilih untuk
berbuat yang salah dimata Tuhan maka akan datang masalah di dalam kehidupan
mereka.
Jadi,
jelas bahwa pernikahan Kristen bersifat monogami,
sehingga tidak ada alasan apapun yang membuat orang untuk menambah jumlah
isteri atau suaminya.
3.
Tidak dibenarkan bercerai dalam pernikahan
Kristen
Masalah
perceraian merupakan masalah yang cukup menarik perhatian dikalangan orang
Kristen, sebab ada sebagian gereja yang tetap mengizinkan untuk memberkati
orang-orang yang jelas statusnya bercerai dengan isterinya kemudian menikah
lagi. Tentu kita tidak berpedoman kepada ajaran gereja namun kembali kepada
firman Tuhan bahwa apa yang telah dipersatukan Tuhan tidak boleh diceraikan
manusia (Mat. 19:6), bahwa seorang isteri tidak boleh menceraikan suaminya dan
seorang suami tidak boleh menceraikan isterinya (1 Kor. 7:10-11). Bahkan dengan jelas
Tuhan mengatakan bahwa Ia sangat membenci perceraian (Mal. 2:15).
Jadi,
jelas bahwa dalam pernikahan Kristen tidak dibenarkan ada perceraian kecuali
oleh karena kematian.
4.
Suami-isteri sederajat dihadapan Tuhan
Banyak
pandangan bahwa lelaki (suami) memiliki derajat yang lebih tinggi di banding
dengan perempuan (isteri). Padahal dari sejak semula Allah menciptakan manusia
itu sederajat dihadapanNya. Lelaki dan perempuan diciptakan menurut gambar dan
rupa Allah (Kej. 1 : 26-27), ini berarti bahwa tidak ada perbedaan derajat
laki-laki dan perempuan di mata Allah. Bahkan pada bagian lain Firman Tuhan
mengatakan bahwa:
Dalam
hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang
merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di
dalam Kristus Yesus (Gal. 3:28). Memang tidak dapat dipungkiri bahwa seorang
laki-laki ditetapkan Allah sebagai pemimpin(kepala) di dalam suatu rumah tangga
(Ef. 5:22-23) tetapi ini tidaklah menunjukkan kepada kedudukan laki-laki dan
wanita di hadapan Allah sebab itu lebih mengacu kepada hubungan Kristus dengan
jemaat, dimana kristus adalah adalah kepala atas jemaat.
5.
Suami-isteri menjadi satu di dalam Tuhan
Banyak sekali
kita melihat keluarga Kristen mengalami permasalahan yang berujung pada
perceraian. Hal yang paling sering menjadi alasan mengapa memilih jalan ini
adalah karena satu sama lain sudah merasa tidak ada kecocokan. Ketika ditanya
mengapa tidak ada kecocokan, maka jawaban yang paling sering muncul adalah
terlalu banyak perbedaan. Apakah yang salah dengan perbedaan? Tidak ada yang
salah dengan perbedaan itu, sebab Tuhan menjadikan memang berbeda dan Tuhan
tidak pernah mengatakan keduanya akan menjadi sama tetati Tuhan berfirman: Sebab
itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya,
sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua,
melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh
diceraikan manusia." (Mat.19:5-6). Jadi antara seorang laki-laki dan
perempuan bukan diminta menjadi sama
tetapi menjadi satu, sehingga jika
keduanya menyadari hal tersebut maka setiap perbedaan yang ada tidak akan
menjadi suatu masalah tetapi mejadi suatu keindahan dalam suatu rumah tangga.
No comments:
Post a Comment