Thursday, December 2, 2021

KelahiranNya Memerdekakan Kita

 

Thema                 : KelahiranNya Memerdekakan Kita

Nats                       : Gal. 5:1

Oleh                      : Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.

 

A.      PENDAHULUAN

Setiap tanggal 17 Agustus bangsa Indonesia merayakan satu hari yang bersejarah itulah HUT Kemerdekaan RI. Pertanyaannya, benarkah bangsa in telah merdeka? Secara de yure benar kita telah merdeka artinya bangsa Indonesia telah berdaulat dan mendapat pengakuan dari dunia sebagai bangsa yang merdeka. Namun secara de facto (faktanya) dari lebih kurang 270 juta rakyat negeri ini sebagian besar belumlah merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya. Sehingga sering terdengar ungkapan : “Menjadi kuli di negeri sendiri”. Menurut F. D. Roosevelt ada 4 jenis kemerdekaan yaitu kemerdekaan untuk beribadah, kemerdekaan untuk berbicara, kemerdekaan dari rasa takut dan kemerdekaan dari kekurangan. Jika kita kaji maka diantara keempat kemerdekaan ini belumlah ada yang sungguh-sungguh dirasakan oleh seluruh lapisan rakyat negeri ini (ilustrasi: 16 Agustus tahun 45). Seperti halnya kemerdekaan RI maka sebagai orang Kristen kita juga mengalami hal yang sama. Secara de yure kelahiran Kristus telah memerdekakan umatnya (Yoh. 8:36), namun secara de facto masih saja orang yang mengaku sebagai umat Tuhan itu terjajah (terbelenggu) oleh dosa. Biarlah kelahiran Kristus sungguh-sungguh memerdekakan kita.

 

B.      ISI

1.       Arti Merdeka

·      Secara Praktis: dalam KBBI merdeka adalah Bebas (dari perhambaan, penjajahan, dan sebagainya), berdiri sendiri. Dalam konteks Alkitab misalnya ketika Musa membawa bangsa Israel keluar dari perbudakan di tanah Mesir.

·      Secara Teologis: merdeka berarti beralih posisi dari hamba dosa menjadi hamba kebenaran (Rm. 6:18).  Misalnya: Saulus adalah hamba dosa tetapi Paulus adalah hamba kebenaran.

2.       Mengapa Kelahiran Yesus memerdekakan kita?

·      Karena lewat kelahiranNya kita diselamatkan dari dosa (Mat. 1:21). Setelah manusia pertama jatuh ke dalam dosa (Kej. 3) kita semua hidup dalam dosa dan kehilangan kemuliaan Allah (Rm. 3:23).  Dan upah dosa adalah maut (Rm. 6:23)

·       Karena lewat kelahiran Kristus kita diperdamaikan dengan Allah (2 Kor. 5:18-19). Setelah manusia pertama jatuh ke dalam dosa (Kej. 3) maka manusia di usir Allah dari taman Eden. Artinya manusia berseteru dengan Allah tetapi Yesus datang untuk medamaikannya.

·      Karena lewat kelahiranNya kita beroleh penyertaan Allah (Mat. 1:23). Setelah manusia pertama jatuh ke dalam dosa (Kej. 3) maka Allah menjadi transenden (jauh) tetapi lewat kelahiran Kristus maka Allah menjadi imanen (dekat) dan langsung menyapa dan menyertai umatNya.

·      Karena lewat kelahiranNya kita dibebaskan dari ajaran/filsafat dunia (Kol. 2:8). Ketika manusia hidup di taman Eden larangan hanya satu tetapi setelah manusia jatuh ke dalam dosa begitu banyak aturan-aturan yang mengikat manusia termasuk hukum taurat. Dan tidak ada seorang pun yang mampu melakukannya. Tetapi kelahiran Kristus membebaskan kita dari segala aturan, filsafat, ajaran bahkan hukum taurat sehingga kita hidup di bawah hukum kasih (Rm. 6:14).

3.       Bagaimana proses beroleh kemerdekaan dari Kristus?

·      Menerima Yesus (Yoh. 1:12a). Banyak orang yang mendengar berita kelahiran Yesus tetapi tidak semua menerimanya. Raja Herodes dan ahli Taurat menolak Yesus yang terlahir di Betlehem. Tetapi orang Majus dan para gembala menerima berita dengan sukacita. Bagaimana dengan kita?

·      Percaya kepada Yesus (Yoh. 1:12b). Ahli Taurat menanti-nantikan Mesias sesuai nubuatan para nabi (Mat. 2:5) tetapi saat Yesus lahir mereka tak mau percaya. Sebaliknya orang Majus yang memilki kepercayaan di negerinya datang dan sujud menyembah Yesus (Mat. 2:11). Bagaimana dengan kita?

·      Mengisi kemerdekaan yang sudah diterima ((Fil. 2:12). Seseorang akan menerima kemerdekaan itu jika ia setia sampai akhir. Seorang yang telah merdeka bisa berbuat dosa (kesalahan), tetapi tidak akan pernah terjajah (diperbudak) oleh dosa itu. Jika ada yang mengaku telah menerima kemerdekaan tetapi akhirnya terus diperbudak oleh dosa maka sesungguhnya ia belum pernah merdeka dari semula.

 

C.       KESIMPULAN

Marilah kita menghidupi kehidupan ini sebagai orang merdeka. Musa telah membawa umat Tuhan dari perbudakan di Mesir dan selanjutnya Kristus telah membawa umat Tuhan dari perbudakan dosa kepada hidup yang kekal. Isilah kemerdekaan yang diberi Kristus dengan senantiasa setia sampai pada akhirnya. Amin.

Thursday, October 7, 2021

Manajemen Konflik

Thema                 : Manajemen Konflik

Nats                     : Yak. 4 : 1 – 10
Oleh                     : Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.

 

A.      PENDAHULUAN

Ketika kita hidup berdampingan satu dengan yang lain baik ditengah keluarga, pekerjaan, masyarakat bahkan sampai dilingkungan gereja ada kalanya kita diperhadapkan dengan yang namanya konflik atau perselisihan. Ada berbagai macam cara seseorang mengatasi konflik yang terjadi. Ada yang dengan lantang berkata : “Sampai mati pun aku takkan lagi memijak rumahnya !”. Lebih jauh lagi ada yang berkata : “Adi banci sada matawari pe ateku lang ras ia”. Jika ini terjadi di kalangan orang yang tak mengenal Tuhan mungkin masih bisa dimaklumi. Tetapi jika hal seperti ini masuk dalam kehidupan orang percaya maka perlu dipertanyakan, sungguhkan ia orang percaya? Konflik akan selalu ada sebab manusia sudah jatuh ke dalam dosa. Maka yang perlu dipahami adalah bagaimana kita mengelola konflik yang ada sehingga mendatangkan kebaikan bagi semua. Ingat prinsip pegadaian: “Mengelola masalah tanpa masalah”. Mari belajar mengelola atau memanajemen konflik yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dengan konsep firman Tuhan.

 

B.      ISI

1.       Arti konflik dan manjemen konflik

·         Konflik adalah perselisihan atau pertentangan yang terjadi di antara satu individu dengan individu lainnya atau satu kelompok dengan kelompok lainnya (ay. 1)

·         Manajemen Konflik adalah suatu cara untuk mengelola masalah yang terjadi sehingga diperoleh suatu penyelesaian yang baik.

2.       Penyebab terjadinya suatu konflik

·         Hawa nafsu atau keinginan daging (ay. 1b). Tidak salah ketika kita memiliki keinginan jika itu sesuai dengan kehendak Tuhan. Tetapi saat keinginan itu untuk kepuasan semata maka akan rentan dengan konflik. Saat keinginan itu tidak tercapai maka timbullah kebencian. Bahwa seseorang yang membenci saudaranya adalah seorang pembunuh (1 Yoh. 3:15). Ketika melihat orang lain berhasil timbullah iri hati dan bisa berujung pertengkaran atau perkelahian (ay. 2).

·         Pengaruh kuasa iblis (ay. 7). Iblis tidak suka melihat manusia berdamai satu dengan yang lain. Iblis memang sudah kalah tetapi ia masih terus berada disekitar kita  mencari orang yang dapat ditelannya (dipengaruhinya) untuk melakukan yang jahat di mata Tuhan (1 Pet. 2:8). Iblis tahu dimana kelemahan kita yang dapat ia manfaatkan. Dia akan memakai lidah kita untuk memfinah (ay. 11), untuk marah (1:20), mengutuk (3:9), dll.

3.       Cara menyelesaikan suatu konflik.

·         Berdoa (ay. 2). Saat timbul suatu konflik maka langkah pertama dalam menyelesaikannya adalah dengan berdoa. Saat kita berdoa maka setengah bahkan lebih dari masalah itu sudah terselesaikan. Mengapa? Karena ada ketenangan di dalam doa (1 Pet. 4:7b). Orang yang tenang akan berpikir dengan jernih sehingga masalah akan terselesaikan dengan baik. Tapi perlu diingat, janganlah kita sampai salah dalam berdoa (ay. 3). Karena salah berdoa takkan menghasilkan apapun bahkan bisa mempersulit keadaan.

·         Merendahkan hati/diri (ay. 6 dan 10). Jika ada dua orang (kelompok) yang sedang berada dalam sebuah konflik maka dibutuhkan kerendahan hati salah satunya bahkan jika memungkinkan keduanya. Jika masing-masing mempertahankan egonya maka konflik tidak akan pernah selesai. Meminta maaf takkan pernah menurukan harga diri kita dan memaafkan kesalahan orang lain takkan membuat kita hina.

·         Tunduk dan mendekat pada Allah (ay. 7-8a). Saat kita tuduk kepada Allah maka iblis takkan mengambil bagian dalam konflik yang sedang terjadi.

·         Memohon pengampunan pada Allah (8b). Jika hati kita dipenuhi kebencian dan amarah maka sampai kapanpun masalah takkan selesai. Jangan pernah berniat menyelesaikan masalah dengan orang lain jika belum menyucikan hati (memohon ampun) atas kesalahan yang diperbuat dalam konflik yang terjadi.

 

C.       KESIMPULAN

Konflik akan selalu ada dimanapun kita berada sebab konflik memang bagian dari hidup. Konflik akan berakhir setelah kita kembali pada kekekalan. Selagi bisa kita berusaha untuk hidup damai dengan setiap orang tetapi janganlah menghindar atau lari dari konflik yang sedang terjadi. Kelolalah konflik itu dengan melibatkan Tuhan. Bahwa dalam konflik yang sedang terjadi Tuhan sesungguhnya sedang bekerja dan memurnikan iman kita dan semuanya akan mendatangkan kebaikan. Selamat mengelola konflik atau masalah yang terjadi. Bersama Tuhan kita semua akan bersama-sama jadi pemenang. AMIN.


Thursday, September 2, 2021

Gagal Fokus

 

Thema                 : Gagal Fokus

Nats                     : Lukas 24 : 15 – 16

Oleh                     : Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.

A.      PENDAHULUAN

Dalam menjalani suatu proses sering kita mengalihkan pandangan kepada suatu masalah yang akhirnya membuat fokus kita kepada tujuan yang ingin dicapai menjadi kabur. Tidak bisa dipungkiri bahwa lidah kita lebih ingat rasa pahit dari pada manis. Bahwa secara umum manusia cenderung memikirkan masalah yang sedang terjadi dari pada melihat hal baik dibalik masalah tersebut. Seolah-olah dunia ini tempat hidup selama-lamanya sehingga janji kehidupan yang akan datang menjadi kurang begitu penting. Dua orang murid yang terlalu fokus kepada penderitaan yang dialami Yesus mengakibatkan kehidupan yang dijanjikan Yesus terlupakan. Berjalan bersama Yesus sejauh 7 mil (sekitar 11km) dipenuhi dengan cerita penderitaan dan kematian Yesus dan melupakan janji kebangkitanNya. Mari fokus pada Yesus.

         

B.      ISI

1.       Arti gagal fokus

·         Secara praktis gagal fokus berarti tidak memahami situasi yang sedang terjadi.

·         Secara teologis gagal fokus adalah suatu situasi dimana hati, pikiran, perkataan dan perbuatan tidak sejalan (ay. 15-16). Bahwa kedua murid itu sedang membahas tentang Yesus tetapi saat Yesus hadir mereka tak mengenalinya.

Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita fokus pada Yesus dalam hidup ini? Saat kita berkata Yesusku luar biasa. Benarkah kita andalkan Dia dalam setiap masalah kita?

 

2.       Penyebab gagal fokus.

Secara umum orang Kristen akan berkata Tuhan Yesus baik. Pertanyaannya, sungguhkah itu pernyataan iman seseorang dalam segala situasi? Saat masalah datang masih fokuskah kepada Tuhan? Banyak orang Kristen gagal fokus dalam berTuhan karena:

·         Ada yang menghalangi mata mereka (ay. 16). Masalah yang baru mereka alami, kehilangan seorang yang mereka kagumi membuat mata mereka tertutup pada janji Tuhan. Mata para murid juga terhalang angin ribut dan badai di danau Galilea sehingga mereka tak mengenal Yesus (Luk. 8:25).

·         Harapan tak sesuai kenyataan (ay. 21). Dalam pikiran kedua murid bahwa Yesus hadir didunia menjadi raja seperti Daud yang gagah berani. Sehingga saat Yesus mati harapan mereka menjadi sirna.

·         Perjalanan hidup yang melelahkan (ay. 13). Berjalan sejauh 11 km itu melelahkan sehingga mereka lebih fokus pada rasa lelahnya.  Mungkin akan berbeda ceritanya kalau mereka naik pedati atau keledai.

·         Kebutuhan yang belum terpenuhi. Rasa lapar bisa membuat kita gagal fokus (ay. 30-31). Saat kita mengkuatirkan kehidupan tentang makanan, minuman dan pakaian (Mat. 6:31) maka kita disebut orang yang kurang percaya (Mat. 6:30) bahkan tidak mengenal Allah (Mat. 6:32) yang artinya kita gagal fokus kepada Allah.

 

3.       Cara agar tidak gagal Fokus.

·         Selalu bersukacita. Kedua murid mukanya muram ketika Yesus berbicara (ay. 17). Masalah boleh ada tapi sukacita jangan sampai padam. Wajah muram akan membuat masalah menang dan kita semakin tak fokus pada Tuhan.

·         Jadikan Tuhan sebagai teman bukan orang asing (ay. 18). Yesus sendiri memanggil kita sahabat (Yoh. 15:14). Sebagai sahabat Ia telah memberikan hidupNya bagi kita maka kita juga harus membalasnya dengan senantiasa fokus kepadaNya.

·         Mengutamakan perkara rohani (ay. 30). Duduk dekat Yesus dan dengarkan Ia berbicara. Bahwa roti tidak selalu berbicara makanan jasmani tetapi Firman yang hidup yang akan memberikan pengertian. Yesus berkata: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya(Luk. 10:42).

 

C.       PENUTUP

Pastikan kita mengenal Yesus yang sedang berjalan bersama kita. Lukas tak menulis siapa nama murid yang bersama Kleopas menuju Emaus. Jangan-jangan itu adalah saya? Bahwa saya selalu kegereja, bahwa saya juga melayani Tuhan, bahwa saya juga berdoa dan memuji Tuhan tapi sungguhkah fokus hidup saya adalah Tuhan? Mari teliti dan uji hati kita. Jika masa pandemi yang membatasi kehadiran kita digereja membuat kita lebih enjoy karena hari minggu bebas melakukan ini dan itu maka berhati-hatilah. Mungkin kita adalah temannya Kleopas saat ke Emaus. Tuhan Yesus memberkati. Shalom.  

Saturday, August 21, 2021

Benarkah Saya Mengenal Tuhan?

 

Thema                 : Benarkah Saya Mengenal Tuhan?

Nats                     : Yeremia 9:23-24

Oleh                     : Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.

A.      PENDAHULUAN

Ketika kita mengenal seseorang dengan baik maka bisa dipastikan kita mengetahui banyak hal tentang dia. Pengenalan kita akan seseoang akan membuat kita nyaman atau tidak dekat dengan dia. Jika kita mengenal dia sebagai pribadi yang baik dan bertanggung jawab maka kita akan merasa nyaman bahkan percaya dengan apa yang ia katakan. Sebaliknya jika kita mengenal seseorang sebagai pribadi yang berkarakter tidak baik maka kita akan berusaha menjauh darinya. Demikianlah juga dalam aspek rohani. Banyak orang Kristen secara identitas tetapi sesungguhnya tidak mengenal Yesus dengan sungguh-sungguh. Sehingga saat masalah datang banyak orang Kristen tidak mengandalkan kuasa Tuhan tetapi sebaliknya mengandalkan kekuatannya bahkan lebih buruk ia mengandalkan kuasa setan. Mari pastikan bahwa kita pribadi yang sungguh mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup kita.

B.      ISI

1.       Kedekatan dengan Tuhan tidak menjamin pengenalan

Idealnya bahwa saat kita dekat dengan seseorang maka kita kenal dengan orang tersebut. Seseorang yang aktif dalam kegiatan rohani sejatinya mengenal Tuhan dengan baik. Tetapi faktanya tidaklah selalu demikian. Misalnya:

·         Petrus (Mat. 26: 70, 72 dan 75). Apakah Petrus berbohong bahwa memang ia tidak mengenal Yesus? Secara fisik mungkin ia kenal dengan Yesus tetapi secara rohani pada saat itu memang dia belum sepenuhnya mengenal Yesus. Buktinya Yesus pun pernah menegur dia (Mat. 16:23).

·         Para murid (Mat. 14:23). Yesus melakukan banyak mujizat dihadapan para murid tetapi kebersamaan itu tak menjamin pengenalan mereka sehingga Tuhan pun dikira hantu. Mirisnya lagi para murid takut hantu tetapi tak takut Tuhan padahal hantu/setan gemetar saat bertemu Yesus.

·         Para murid (Mat. 8:27). Saat Yesus meredakan angin ribut para murid bingung dan berkata “Orang apakah Dia ini?” Dengan kata lain mereka sedang berkata “Siapanya Dia ini?”

·         Kleopas dan salah satu murid (Luk. 24:15-16). Mata rohani mereka tertutup sehingga tidak mengenal Yesus karena mereka lebih fokus kepada masalah kematian Yesus dan lupa dengan kehidupan yang ia janjikan.

2.       Ciri-ciri orang yang mengenal Tuhan

·         Selalu mendengarkan suara Tuhan (Yoh. 10:27a).  Jika seseorang sungguh mengenal Tuhan maka ia akan selalu mendengar suara Tuhan sehingga andaikata pun ada suara yang lain yang mirip dengan suara Tuhan ia bisa membedakannya. Sebab suara iblis pun bisa seperti suara Tuhan (2 Kor. 11:14).

·         Selalu mengikuti Tuhan (Yoh. 10:27c). Jika seseorang sungguh mengenal Tuhan maka ia akan terus mengikut Tuhan. Bahwa walaupun semua orang belok ke kiri saya akan tetap ke kanan bukan sekedar supaya berbeda tetapi karena Tuhan ada di depan saya. Sadrakh, dkk memilih perapian dari pada mengikut perintah Raja Nebukadnezar. Daniel memilih goa singa dari pada mengikut Raja Darius.

3.       Akibat orang yang tak mengenal Tuhan

·         Binasa (Hosea 4:6). Secara jasmani orang yang tak mengenal Tuhan pun beroleh berkat (Mat. 5:45). Tetapi orang yang tak mengenal Tuhan takkan pernah beoleh kehidupan yang kekal (Mat. 7:21-23). Sehingga menjadi penting juga kita renungkan: Sungguhkah Tuhan mengenal saya?  

·         Bahagia tetapi tak bahagia (Amos 6:1). Bahwa rasa aman dan tenteram tanpa Tuhan sesungguhnya adalah kepalsuan.

4.       Hasil orang yang mengenal Tuhan.

·         Beroleh hidup yang kekal (Yoh. 10:28).  Bahwa orang yang sungguh mengenal Tuhan namanya ada dihati Tuhan dan dicatat di buku kehidupan (Why. 20:15).

·         Bahagia walau menderita (Fil. 1:29). Bahwa bagi orang yang mengenal Tuhan penderitaan pun adalah anugerah atau karunia dari Tuhan. Tentu kita tidak berharap beroleh penderitaan dalam hidup ini dan Tuhan pun berjanji akan selalu memberkati hidup kita. Tetapi andaikata pun derita itu datang nikmatilah sebagai berkat dari Tuhan. Toh saat makan durian pun tangan kita terluka untuk mendapatkan durian yang manis.

C.       PENUTUP

Mengenal Tuhan bukan karena selalu hadir digereja, mengenal Tuhan bukan berbicara seberapa aktif seseorang di mimbar gereja, mengenal Tuhan bukan berbicara berapa besar pesembahan yang ia berikan, mengenal Tuhan bukan mereka yang berteriak-teriak atas nama Tuhan. Orang yang mengenal Tuhan adalah mereka yang melakukan kehendak bapa yang disorga. Sehingga Tuhan pun akan mengenalnya. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

Donasi Untuk Pengembangan Pelayanan. 
No. Rekening BNI : 0330445252 (Cabang Medan)

Nama : Bpk NELSON

Thursday, June 24, 2021

Menakar Kepemimpinan MD Sumut 2021

                 Thema            : Menakar Kepemimpinan MD Sumut 2021

                 Nats                : 1 Petrus 5:2-3

                 Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.

A.      PENDAHULUAN

Dalam segala aspek kehidupan, kepemimpinan dan pemimpin merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan suatu organisasi, baik dalam dunia usaha maupun dalam dunia pendidikan, pemerintahan, politik, kesehatan, dan agama. Kepemimpinan merupakan gagasan Allah dari kekekalan, demikian juga halnya ketika Ia menciptakan manusia (Kejadian 1:26). Bahwa Adam ditetapkan sebagai pemimpin untuk berkuasa atas segala ciptaan. Tentu berkuasa dalam hal ini tidak berarti bertindak secara otoriter atau sesuka hati tetapi lebih kepada mengelola segala ciptaan dengan sebaik mungkin. Dalam sejarah kepemimpinan gereja kita melihat berbagai tipe kepemimpinan dengan segala plus minusnya yang akhirnya mengantarkan gereja sampai hari ini. Dalam konteks lebih kecil kita bisa melihat perjalanan GKRI sejak berdiri tahun 1971 oleh Prof. DR. S. J. Sutjiono sampai hari ini. Ada riak-riak dalam setiap periode kepemimpinan yang terkadang menimbulkan gab atau kelompok diantara sesama hamba Tuhan. Sebenarnya ini hanyalah pengulangan sejarah, sebagaimana kita melihat hal serupa dialami oleh pemimpin sekelas Paulus di Jemaat Korintus (1 Kor. 1:12). Artinya ini bukanlah hal baru tetapi selalu dibutuhkan hati yang baru untuk menyikapinya sehingga pekerjaan Tuhan terus berjalan dengan baik. GKRI Sumut kedepan membutuhkan seorang pemimpin yang memiliki integritas dan kapabilitas sehingga pelayanan wilayah Sumut semakin baik hari lepas hari.

B.      ISI

1.      Tipe-tipe kepemimpinan.

a.       Otoriter. Tipe kepemimpinan yang cenderung diktator atau memaksa bawahannya utuk melakukan kehendaknya (ay. 2). Contoh: Adolf Hitler.

b.      Demokratis. Kebalikan dari otoriter, bahwa ia selalu menerima pendapat atau saran dari setiap anggotanya untuk menentukan suatu keputusan bersama. Contoh: Mahatma Gandhi.

c.       Kharismatik. Pemimpin yang memiliki energi (daya tarik) yang luar biasa untuk mempengaruhi para pengikutnya. Contoh: Nelson Mandela.

d.      Paternalistik. Kepemimpinan yang selalu melindungi bawahannya, memiliki sifat maha tahu yang besar sehingga jarang memberi kesempatan kepada bawahannya untuk terlibat dalam pengambilan keputusan. Contoh: Guru model lama.

e.       Militeristik. Menerapkan sistem komando dalam menggerakkan bawahannya. Contoh: Soeharto, Kim Jong Un.

2.      Tipe kepemimpinan yang diharapkan untuk GKRI Sumut ke depan.

Dari kelima tipe kepemimpinan di atas tentu memiliki sisi positif dan negatif. Tentu kita butuh pemimpin yang kharismatik yang memiliki sikap demokratis yang selalu melindungi (memayungi) bawahannya dan tidak plin-plan (mudah berubah/tidak tegas) dan bisa menjadi komando yang baik. Dengan kata lain kita mengharapkan pemimpin MD Sumut ke depan memiliki karakter sesuai dengan anjuran Alkitab. Apa kata Rasul Petrus tentang seorang pemimpin?

a.       Menjadi teman bagi semua (ay. 1). Pertemanan takkan pernah dibatasi oleh jabatan, bahwa seorang jenderal akan duduk bersama seorang satpam dalam konteks berteman. Pemimpin harus bisa masuk kesemua lapisan. Artinya seorang pemimpin haruslah low profil.

b.      Tidak memaksakan kehendak dalam memimpin (ay. 2). Ketika yang dipimpin melaksanakan peritah maka seorang pemimpin perlu melihat apakah karena keterpaksaan atau dengan sukarela. 

c.       Jangan mencari keutungan pribadi (ay. 2). Ketika seorang memimpin dengan baik pasti ia beroleh keuntungan seperti pesan Tuhan kepada Yosua saat melanjutkan kepemimpinan Musa bahwa ia akan beutung (Yos. 1-7-8).  Tetapi pemimpin yang baik takkan pernah mencari keuntungan pribadi tetapi keuntungan (kepentingan) organisasi.

d.      Menjadi teladan (ay. 3). Yesus berkata bahwa Anak Manusia datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani. Bahwa Kristus telah menunjukkkan suatu teladan sebagai pemimpin.

e.       Redah hati (ay. 5). Bahwa seorang pemimpin harus belajar dari orang tua (orang yang punya pengalaman). Jokowi sebagai presiden suka sowan (meminta nasihat) kepada orang-orang yang berpengalaman dalam memimpin. Yesus berkata: Barangsiapa yang mau menjadi besar hendaklah ia menjadi pelayan (Mat. 20:26-27).

f.        Pribadi yang siaga (ay. 8). Bahwa seorang pemimpin harus selalu waspada dengan segala sesuatu yang bisa merongrong organisasi yang ia pimpin.

C.      PENUTUP

Tidak ada seorang pemimpin yang sempurna sebab ia manusia yang lemah dan terbatas. Tetapi saat seorang pemimpin selalu belajar dan berserah diri kepada pimpinan Tuhan maka ia akan diberikan hikmat dan kekuatan dalam melaksanakan kepemimpinanya. Jadi jika Tuhan mempercayakan kita untuk memimpin GKRI Sumut ke depan pimpinlah dengan takut akan Tuhan. Amin.