Thema : Kehadiran kaum pria minim dalam ibadah
Oleh : Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.
A.
PENDAHULUAN
Jika dilakukan suatu pengamatan seputar kehadiran jemaat di gereja
maka akan diperoleh data bahwa jumlah pria khususnya kaum bapak akan selalu
lebih sedikit dari kaum wanita (kaum ibu). Tentu tidak bisa dipungkiri bahwa
jumlah populasi wanita lebih besar dari pria saat ini. Tetapi dalam hal jumlah
kaum bapak dan ibu seharusnya sama. Sebab dalam sebuah keluarga Kristen
konsepnya jelas satu lelaki dan satu perempuan menjadi satu daging. Sehingga
idealnya jumlah kaum bapak dan ibu yang hadir dalam suatu ibadah seimbang.
Namun faktanya jumlah kaum bapak selalu lebih sedikit. Sementara tokoh di dalam
Alkitab baik para nabi, rasul, raja, dll. Selalu didominasi kaum pria. Bahkan
Allah saja digambarkan sebagai pribadi yang maskulin (bergender pria). Yesus
dalam kemanusiaanNya pun adalah seorang pria. Jadi harusnya seorang pria harus
lebih maksimal dalam hal ibadah tanpa mengesampingkan kaum wanita. Dalam hal
kepemimpinan pun Tuhan menunjuk kaum pria sebagai kepala (Imam) dalam sebuah
rumah tangga.
B.
ISI
1.
Mengapa
kehadiran kaum pria minim dalam ibadah?
a.
Karena
keliru dalam memahami makna tanggung jawab.
Bahwa seorang laki-laki harus berpeluh dalam menafkahi keluarga
(Kej. 2:17-19) adalah benar tetapi itu bukan berarti 7 hari dalam seminggu
digunakan untuk bekerja. Ingat bahwa berkat Tuhan yang menjadikan kaya
(tercukupi) bukan susah payah kita saat bekerja (Ams. 10:22). Saat seorang bapa
mencari kerajaan Allah (beribadah) dan mencari kebenaran (Yesus) maka semuanya
akan ditambahkan (Mat. 6:33).
b.
Karena akal
lebih dominan dari iman.
Pria bermain logika dan perasaan ada pada wanita. Menurut logika
jika setiap hari habis 2 kg beras maka sebulan harus 60 kg. Maka setiap hari
harus menghasilkan minimal 2 kg beras termasuk hari minggu. Tetapi saat iman
bekerja 5 roti dan 2 ikan (Mrk. 6:38) dapat mencukupi kebutuhan sebulan. Jadi
jangan gunakan logika matematika dalam perhitungan Tuhan sebab Tuhan punya cara
sendiri dan kita akan terkagum-kagum oleh berkatNya.
c.
Karena takut
dianggap sebagai lelaki feminim
Ada kesan dibenak para lelaki dianggap sebagai laki-laki yang
lemah (tidak keren) kalau rajin beribadah. Laki-laki yg keren adalah mereka
yang duduk di kafe, di kedai tuak, ditempat fitness. Laki-laki yang gagah
adalah mereka yang kuat secara fisik ditambah rokok ditangan. Jadi saat ada
seorang pria rajin beribadah maka kelompok ini akan bilang : “Udah kayak
pendeta kawan itu bah!”. Sehingga seorang pria menjadi malas sering-sering ke
gereja karena takut di ceritakan sama teman-temannya.
d.
Karena memandang
persekutuan sebagai kegiatan sosial.
Ada pemikiran bahwa mengikuti ibadah tak jauh beda dengan
mengikuti kegiatan STM atau sejenisnya. Bahwa dalam kegiatan sosial kehadiran
tidak perlu semua anggota keluarga hadir yang penting ada yang mewakili. Para
suami sering menyuruh isteri dan anak-anaknya untuk hadir dalam ibadah sehingga
seolah-olah itu mewakili kehadirannya.
Mungkin
masih ada alasan-alasan lain mengapa pria minim hadir dalam suatu ibadah,
tetapi apapun alasannya sesungguhnya itu terjadi karena para pria ini tidak
bertumbuh secara rohani.
2.
Akibat
minimnya kehadiran para pria dalam ibadah.
a.
Tidak cakap
dalam memimpin memimpin isteri.
Ketika Ayub hidup saleh dan takut akan Tuhan (Ayub 1:1) maka ia dapat
memimpin isterinya walau ada masalah yang begitu besar. Sementara seorang Simson
dan Ananias gagal dalam membangun keluarga karena tidak membangun persekutuan
dengan Tuhan.
b.
Tidak cakap
dalam memimpin anak-anak.
Salomo berkata bahwa: Seorang anak seperti anak panah ditangan
pahlawan demikianlah anak-anak pada masa mudanya (Maz. 127:4). Pahlawan dari
seorang anak adalah bapanya. Bahwa Daud sebagai bapanya selalu mengajarkan
Firman Tuhan kepada Salomo. Bagaiman seorang bapa mengajarkan Firman Tuhan jika
ia sendiri tidak mengerti?
c.
Cenderung
mengambil tidakan tanpa perhitungan.
Ketika Yusuf menghadapi masalah yang besar dalam perkawinannya
maka ia tidak terburu-buru memutuskan tetapi dengan penuh pertimbangan sampai
akhirnya datang pertolongan Tuhan (Mat. 1:20). Sementara Simson tanpa berpikir
panjang memutuskan perkawinannya dengan Delila perempuan Filistin penyembah
berhala hanya karena alasan suka dan malapetaka pun datang.
Mungkin masih ada akibat-akibat yang
lain, tetapi yang pasti minimnya kehadiran para pria dalam ibadah akan
mendatangkan akibat yang negatif dan hal terburuknya keluarganya takkan menjadi
bagian dari kerajaan sorga.
C.
PENUTUP
Tuhan menetapkan bahwa kaum prialah sebagai imam (pemimpin) di dalam
sebuah rumah tangga. Biasanya jika seorang pemimpin tidak hadir dalam suatu
organisasi maka para pegawai atau anggotanya pun akan bekerja seadanya saja.
Demikian juga seorang pria (bapa) ketika tidak hadir ditengah keluarga sebagai
seorang imam lewat kehadirannya dalam setiap persekutuan maka semua anggota
keluarganya juga takkan maksimal secara rohani. Marilah para pria (kaum bapa)
pimpinlah keluargamu untuk semakin bertumbuh di dalam Tuhan. Tuhan Yesus
memberkati. AMIN.
No comments:
Post a Comment