Friday, June 11, 2021

Kehadiran Kaum Pria Minim Dalam Ibadah

                      Thema            : Kehadiran kaum pria minim dalam ibadah 

                     Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.

A.      PENDAHULUAN

Jika dilakukan suatu pengamatan seputar kehadiran jemaat di gereja maka akan diperoleh data bahwa jumlah pria khususnya kaum bapak akan selalu lebih sedikit dari kaum wanita (kaum ibu). Tentu tidak bisa dipungkiri bahwa jumlah populasi wanita lebih besar dari pria saat ini. Tetapi dalam hal jumlah kaum bapak dan ibu seharusnya sama. Sebab dalam sebuah keluarga Kristen konsepnya jelas satu lelaki dan satu perempuan menjadi satu daging. Sehingga idealnya jumlah kaum bapak dan ibu yang hadir dalam suatu ibadah seimbang. Namun faktanya jumlah kaum bapak selalu lebih sedikit. Sementara tokoh di dalam Alkitab baik para nabi, rasul, raja, dll. Selalu didominasi kaum pria. Bahkan Allah saja digambarkan sebagai pribadi yang maskulin (bergender pria). Yesus dalam kemanusiaanNya pun adalah seorang pria. Jadi harusnya seorang pria harus lebih maksimal dalam hal ibadah tanpa mengesampingkan kaum wanita. Dalam hal kepemimpinan pun Tuhan menunjuk kaum pria sebagai kepala (Imam) dalam sebuah rumah tangga.

B.      ISI

1.      Mengapa kehadiran kaum pria minim dalam ibadah?

a.       Karena keliru dalam memahami makna tanggung jawab.

Bahwa seorang laki-laki harus berpeluh dalam menafkahi keluarga (Kej. 2:17-19) adalah benar tetapi itu bukan berarti 7 hari dalam seminggu digunakan untuk bekerja. Ingat bahwa berkat Tuhan yang menjadikan kaya (tercukupi) bukan susah payah kita saat bekerja (Ams. 10:22). Saat seorang bapa mencari kerajaan Allah (beribadah) dan mencari kebenaran (Yesus) maka semuanya akan ditambahkan (Mat. 6:33).

b.      Karena akal lebih dominan dari iman.

Pria bermain logika dan perasaan ada pada wanita. Menurut logika jika setiap hari habis 2 kg beras maka sebulan harus 60 kg. Maka setiap hari harus menghasilkan minimal 2 kg beras termasuk hari minggu. Tetapi saat iman bekerja 5 roti dan 2 ikan (Mrk. 6:38) dapat mencukupi kebutuhan sebulan. Jadi jangan gunakan logika matematika dalam perhitungan Tuhan sebab Tuhan punya cara sendiri dan kita akan terkagum-kagum oleh berkatNya.

c.       Karena takut dianggap sebagai lelaki feminim

Ada kesan dibenak para lelaki dianggap sebagai laki-laki yang lemah (tidak keren) kalau rajin beribadah. Laki-laki yg keren adalah mereka yang duduk di kafe, di kedai tuak, ditempat fitness. Laki-laki yang gagah adalah mereka yang kuat secara fisik ditambah rokok ditangan. Jadi saat ada seorang pria rajin beribadah maka kelompok ini akan bilang : “Udah kayak pendeta kawan itu bah!”. Sehingga seorang pria menjadi malas sering-sering ke gereja karena takut di ceritakan sama teman-temannya.

d.      Karena memandang persekutuan sebagai kegiatan sosial.

Ada pemikiran bahwa mengikuti ibadah tak jauh beda dengan mengikuti kegiatan STM atau sejenisnya. Bahwa dalam kegiatan sosial kehadiran tidak perlu semua anggota keluarga hadir yang penting ada yang mewakili. Para suami sering menyuruh isteri dan anak-anaknya untuk hadir dalam ibadah sehingga seolah-olah itu mewakili kehadirannya.  

            Mungkin masih ada alasan-alasan lain mengapa pria minim hadir dalam suatu ibadah, tetapi apapun alasannya sesungguhnya itu terjadi karena para pria ini tidak bertumbuh secara rohani.

2.      Akibat minimnya kehadiran para pria dalam ibadah.

a.       Tidak cakap dalam memimpin memimpin isteri.

Ketika Ayub hidup saleh dan takut akan Tuhan (Ayub 1:1) maka ia dapat memimpin isterinya walau ada masalah yang begitu besar. Sementara seorang Simson dan Ananias gagal dalam membangun keluarga karena tidak membangun persekutuan dengan Tuhan.

b.      Tidak cakap dalam memimpin anak-anak.

Salomo berkata bahwa: Seorang anak seperti anak panah ditangan pahlawan demikianlah anak-anak pada masa mudanya (Maz. 127:4). Pahlawan dari seorang anak adalah bapanya. Bahwa Daud sebagai bapanya selalu mengajarkan Firman Tuhan kepada Salomo. Bagaiman seorang bapa mengajarkan Firman Tuhan jika ia sendiri tidak mengerti?

c.       Cenderung mengambil tidakan tanpa perhitungan.

Ketika Yusuf menghadapi masalah yang besar dalam perkawinannya maka ia tidak terburu-buru memutuskan tetapi dengan penuh pertimbangan sampai akhirnya datang pertolongan Tuhan (Mat. 1:20). Sementara Simson tanpa berpikir panjang memutuskan perkawinannya dengan Delila perempuan Filistin penyembah berhala hanya karena alasan suka dan malapetaka pun datang.

            Mungkin masih ada akibat-akibat yang lain, tetapi yang pasti minimnya kehadiran para pria dalam ibadah akan mendatangkan akibat yang negatif dan hal terburuknya keluarganya takkan menjadi bagian dari kerajaan sorga.

C.      PENUTUP

Tuhan menetapkan bahwa kaum prialah sebagai imam (pemimpin) di dalam sebuah rumah tangga. Biasanya jika seorang pemimpin tidak hadir dalam suatu organisasi maka para pegawai atau anggotanya pun akan bekerja seadanya saja. Demikian juga seorang pria (bapa) ketika tidak hadir ditengah keluarga sebagai seorang imam lewat kehadirannya dalam setiap persekutuan maka semua anggota keluarganya juga takkan maksimal secara rohani. Marilah para pria (kaum bapa) pimpinlah keluargamu untuk semakin bertumbuh di dalam Tuhan. Tuhan Yesus memberkati. AMIN.

No comments:

Post a Comment