Thema : Mengatur Perekonomian Keluarga
Nats : Ibrani 13:5
Oleh : Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.
A.
PENDAHULUAN
Salah satu faktor yang mempengaruhi kebahagian sebuah keluarga
adalah saat perekonomian keluarga berjalan dengan lancar. Tentu kita tidak setuju
dengan pernyataan “Hepeng do na mengatur
negara on (Uang yang mengatur segalanya)”. Harus kita akui bahwa untuk
segala sesuatu membutuhkan benda yang namanya uang tetapi tidak semua hal bisa
dinilai dengan uang. Ada keluarga yang sumber penghasilannya besar namun sering
bermasalah bahkan terjadi keributan seputar keuangan keluarga. Sebaliknya ada
keluarga yang sumber penghasilannya biasa-biasa saja tetapi adem sampai akhir
bulan. Mengapa terjadi situasi yang bertolak belakang di antara kedua keluarga tersebut?
Tentu semua kembali pada pengaturan perekonomian yang dibuat oleh kedua
keluarga tersebut. Sebuah pepatah mengatakan “Besar pasak dari pada tiang”. Jika pengeluaran lebih besar dari
pada apa yang dihasilkan diawal bulan maka sudah barang tentu akan terjadi
defisit (minus) diakhir bulan. Mari belajar dari Firman Tuhan sehingga kita
bisa aman dari awal sampai akhir bulan.
B.
ISI
1.
Prinsip
praktis tentang pengaturan ekonomi keluarga.
a.
Belajar
mencukupkan diri (Ibr. 13:5). Menurut Adam Smith (Econom) manusia adalah mahluk
ekonomi yang cenderung tidak pernah merasa puas (cukup). Artinya saat suatu
keinginan tercapai maka akan ada keinginan yang lebih besar. Jadi kapankah
manusia merasa cukup? Ketika seseorang mampu bersyukur maka disanalah letak
rasa cukup. Bahwa kebahagiaan adalah kombinasi rasa cukup dan ucapan syukur.
b.
Belajar
hidup hemat (Ibr. 13:9). Gaya hidup manusia hari lepas hari semakin konsumtif
yang artinya menggunakan uang untuk hal-hal yang tidak terlalu penting. Hanya
karena kemalasan maka seseorang akan memesan makanan melalui Go-Food. Makanan
siap saji sesungguhnya bukan budaya kita tetapi hari ini dengan bangga banyak
orang melakukannya. Ingat ajaran leluhur kita “Hemat pangkal kaya”.
c.
Belajar
hidup sederhana (1 Tim. 6:8). “Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah”. Tentu
kata “asal” yang diucapkan Paulus maksudnya bukan asal-asalan (sembarangan)
tetapi mengarah kepada pola pikir yang sederhana. Bahwa sesungguhnya hidup ini
murah tapi tetapi gengsi yang membuat susah, hidup ini sederhana tetapi merk
yang membuat jadi bisa merana. Tuhan tidak menyuruh seorang isteri berpakaian
indah dan mahal tetapi berpakaian sederhana dan sopan (1 Tim. 2:9).
d.
Belajar
hidup menabung (Kej. 41:48-49). “Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit”.
Selama tujuh tahun masa kelimpahan Yusuf menabung (menyimpan) gandum dilumbung
sehingga tujuh tahun masa kesusahan (kekeringan) dapat ia atasi dengan baik.
Mari belajar untuk menyimpan gandum dilumbung.
e.
Bekerja
dengan giat (2 Tes. 3:10). Dengan tegas Paulus berkata bahwa seorang yang tak
mau bekerja tak layak untuk makan. Benar bahwa berkat datang dari Tuhan tapi firman
Tuhan berkata bahwa tangan yang malas dan lamban akan mendatangkan kemiskinan
(Ams. 10:4).
2.
Prinsip
teologis tentang pengaturan ekonomi keluarga.
a.
Menyakini
janji penyertaan Tuhan (Ibr. 13:5b). Tuhan takkan membiarkan dan meninggalkan
kita dalam lembah kesusahan saat kita berseru padaNya. Bahwa tidak akan pernah
orang benar dan keturunannya menjadi
peminta-minta (Maz. 37:5). Perlu diingat bahwa berkat Tuhan yang menjadikan
kaya (tercukupi perekonomian) susah payah tidak akan menambahinya (Ams. 10:22).
Artinya bahwa saat kita mencari kerajaan Allah (berdiam di rumah Tuhan) maka
disanalah berkat itu akan mengalir. Bahwa Allah sendiri pun bekerja selama 6
hari dan pada hari ke-7 Ia beristirahat dan menguduskan hari itu.
b.
Mengembalikan
sebagian berkat Tuhan kerumahNya (Mat. 22:21). Saat kita menerima berkat dari
Tuhan maka sudah selayaknya kita berterima kasih (bersyukur) kepada Tuhan
dengan jalan mengembalikan sebagian dari berkat itu untuk pekerjaan Tuhan.
Ingat Tuhan tidak membutuhkan uang kita tetapi untuk kelangsungan pekerjaan
Tuhan melalui gereja maka Tuhan meminta kita untuk mengambil bagian. Dan saat
kita mengerjakan bagian kita maka Ia akan memberkati kita dengan caraNya yang
luar biasa.
C.
PENUTUP
Karena perekonomian menjadi salah satu faktor penentu kebahagiaan
keluarga maka tatalah sebaik mungkin sesuai dengan firman Tuhan baik secara
praktis maupun teologis. Tentu ini tidak semudah membalik telapak tangan tetapi
sesuatu yang bisa diupayakan melalui suatu perjuangan bersama seluruh anggota
keluarga dan dengan tuntunan Tuhan sehingga kebahagiaan akan kita nikmati.
Tuhan Yesus memberkati. AMIN.
No comments:
Post a Comment