Wednesday, June 9, 2021

Mengatur Perekonomian Keluarga

 

Thema                 : Mengatur Perekonomian Keluarga

Nats                       : Ibrani 13:5

Oleh                      : Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.

 

 

A.      PENDAHULUAN

Salah satu faktor yang mempengaruhi kebahagian sebuah keluarga adalah saat perekonomian keluarga berjalan dengan lancar. Tentu kita tidak setuju dengan pernyataan “Hepeng do na mengatur negara on (Uang yang mengatur segalanya)”. Harus kita akui bahwa untuk segala sesuatu membutuhkan benda yang namanya uang tetapi tidak semua hal bisa dinilai dengan uang. Ada keluarga yang sumber penghasilannya besar namun sering bermasalah bahkan terjadi keributan seputar keuangan keluarga. Sebaliknya ada keluarga yang sumber penghasilannya biasa-biasa saja tetapi adem sampai akhir bulan. Mengapa terjadi situasi yang bertolak belakang di antara kedua keluarga tersebut? Tentu semua kembali pada pengaturan perekonomian yang dibuat oleh kedua keluarga tersebut. Sebuah pepatah mengatakan “Besar pasak dari pada tiang”. Jika pengeluaran lebih besar dari pada apa yang dihasilkan diawal bulan maka sudah barang tentu akan terjadi defisit (minus) diakhir bulan. Mari belajar dari Firman Tuhan sehingga kita bisa aman dari awal sampai akhir bulan.

B.      ISI

1.       Prinsip praktis tentang pengaturan ekonomi keluarga.

a.       Belajar mencukupkan diri (Ibr. 13:5). Menurut Adam Smith (Econom) manusia adalah mahluk ekonomi yang cenderung tidak pernah merasa puas (cukup). Artinya saat suatu keinginan tercapai maka akan ada keinginan yang lebih besar. Jadi kapankah manusia merasa cukup? Ketika seseorang mampu bersyukur maka disanalah letak rasa cukup. Bahwa kebahagiaan adalah kombinasi rasa cukup dan ucapan syukur.

b.       Belajar hidup hemat (Ibr. 13:9). Gaya hidup manusia hari lepas hari semakin konsumtif yang artinya menggunakan uang untuk hal-hal yang tidak terlalu penting. Hanya karena kemalasan maka seseorang akan memesan makanan melalui Go-Food. Makanan siap saji sesungguhnya bukan budaya kita tetapi hari ini dengan bangga banyak orang melakukannya. Ingat ajaran leluhur kita “Hemat pangkal kaya”.

c.       Belajar hidup sederhana (1 Tim. 6:8). “Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah”. Tentu kata “asal” yang diucapkan Paulus maksudnya bukan asal-asalan (sembarangan) tetapi mengarah kepada pola pikir yang sederhana. Bahwa sesungguhnya hidup ini murah tapi tetapi gengsi yang membuat susah, hidup ini sederhana tetapi merk yang membuat jadi bisa merana. Tuhan tidak menyuruh seorang isteri berpakaian indah dan mahal tetapi berpakaian sederhana dan sopan (1 Tim. 2:9).

d.       Belajar hidup menabung (Kej. 41:48-49). “Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit”. Selama tujuh tahun masa kelimpahan Yusuf menabung (menyimpan) gandum dilumbung sehingga tujuh tahun masa kesusahan (kekeringan) dapat ia atasi dengan baik. Mari belajar untuk menyimpan gandum dilumbung.

e.       Bekerja dengan giat (2 Tes. 3:10). Dengan tegas Paulus berkata bahwa seorang yang tak mau bekerja tak layak untuk makan. Benar bahwa berkat datang dari Tuhan tapi firman Tuhan berkata bahwa tangan yang malas dan lamban akan mendatangkan kemiskinan (Ams. 10:4).

2.       Prinsip teologis tentang pengaturan ekonomi keluarga.

a.       Menyakini janji penyertaan Tuhan (Ibr. 13:5b). Tuhan takkan membiarkan dan meninggalkan kita dalam lembah kesusahan saat kita berseru padaNya. Bahwa tidak akan pernah orang benar  dan keturunannya menjadi peminta-minta (Maz. 37:5). Perlu diingat bahwa berkat Tuhan yang menjadikan kaya (tercukupi perekonomian) susah payah tidak akan menambahinya (Ams. 10:22). Artinya bahwa saat kita mencari kerajaan Allah (berdiam di rumah Tuhan) maka disanalah berkat itu akan mengalir. Bahwa Allah sendiri pun bekerja selama 6 hari dan pada hari ke-7 Ia beristirahat dan menguduskan hari itu.

b.       Mengembalikan sebagian berkat Tuhan kerumahNya (Mat. 22:21). Saat kita menerima berkat dari Tuhan maka sudah selayaknya kita berterima kasih (bersyukur) kepada Tuhan dengan jalan mengembalikan sebagian dari berkat itu untuk pekerjaan Tuhan. Ingat Tuhan tidak membutuhkan uang kita tetapi untuk kelangsungan pekerjaan Tuhan melalui gereja maka Tuhan meminta kita untuk mengambil bagian. Dan saat kita mengerjakan bagian kita maka Ia akan memberkati kita dengan caraNya yang luar biasa.

C.       PENUTUP

Karena perekonomian menjadi salah satu faktor penentu kebahagiaan keluarga maka tatalah sebaik mungkin sesuai dengan firman Tuhan baik secara praktis maupun teologis. Tentu ini tidak semudah membalik telapak tangan tetapi sesuatu yang bisa diupayakan melalui suatu perjuangan bersama seluruh anggota keluarga dan dengan tuntunan Tuhan sehingga kebahagiaan akan kita nikmati. Tuhan Yesus memberkati. AMIN.

No comments:

Post a Comment