Tuesday, September 24, 2024

Memahami Allah dengan Benar

 

Thema            : Memahami Allah dengan Benar

Nats                : 2 Pet. 1:19-21

Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.

 

 

1.      Arti memahami Allah dengan benar

a.       Memahami Allah tanpa tafsiran sendiri.

“ialah bahwa nubuat-nubuat dalam kitab suci tidak boleh ditafsirkan sendiri” (ay. 20). Bahwa baik sebagai jemaat maupun hamba Tuhan tidak boleh sembarangan dalam menafsir ayat-ayat Alkitab sesuai selera sendiri.

b.      Memahami Allah sesuai dengan tuntunan Roh Kudus.

“tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah” (ay. 21). Bahwa pendidikan (baik teologi/sekuler) adalah sebagai alat dukung untuk memahami Tuhan, tetapi tanpa tuntunan Roh Kudus maka manusia akan keliru memahami Tuhan.

2.      Contoh memahami Allah dengan tidak benar.

a.       Hal-hal praktis

·      Mengapa Tuhan mengijinkan saya menderita?

Seseorang berkata: Kok Tuhan tidak menyembuhkan penyakit saya, kok Tuhan mengijinkan saya mengalami ini, dll. Jawabannya: Filipi 1:29.

·      Mengapa Tuhan memberkati orang-orang jahat? Bahkan mereka lebih diberkati dari saya yang selalu datang kepadaNya.

Jawabnya: Matius 5:45

·       Mengapa Tuhan melupakan saya?

Seseorang berkata: Sepertinya Tuhan lupa dengan saya, doa saya tidak dijawab-jawabNya. Jawabannya: 2 Pet. 3:9

·      Mengapa Tuhan menciptakan kejahatan?

Seseorang berkata: Tuhan yang baik kok menciptakan kejahatan ya? Membiarkan kejahatan ya? Jawabannya: Kej. 6:5-6 dan 2 Pet. 3:9.

b.      Hal-hal Teologis

·      Tentang dosa

Seorang anak berkata: “Kalau aku berbuat dosa masih orangtuaku yang menanggungnya kok”. Jawabnnya: Wahyu 20:12.

·      Tentang keselamatan

Banyak orang berkata: “Berbuat baiklah agar kita diselamatkan”. Bahkan dengan mengutip ayat : ”Kerjakanlah keselamatanmu “ (Fil. 2:12). Jawabanya:Ef. 2:8-9

·      Tentang baptisan.

Seseorang berkata: “Baptisan yang sah adalah baptisan selam”. Seolah-olah tanpa diselam orang tak akan selamat. Jawabannya: Matius 3:11

3.      Bagaimana cara agar bisa memahami Allah dengan benar?

a.       Memastikan bahwa yang kita dengar adalah suara Tuhan.

“Suara itu kami dengar dari sorga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus” (ay. 18).

b.      Mendengar firman yang diajarkan hamba Tuhan yang jelas.

“Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang disampaikan oleh para nabi” (ay. 19).

c.       Menjadikan Firman Tuhan sebagai hal yang utama dalam hidup.

“Yang terutama harus kamu ketahui, ialah nubuat-nubuat dalam kitab suci….”.

d.      Tunduk kepada kehendak Allah

“tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri” (ay. 20). “Sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia” (ay. 21).

e.       Peka dengan pimpinan Roh Kudus.

“Tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah”.

 

Monday, September 16, 2024

Hidup Yang Berguna

 

Thema            : Hidup Yang Berguna

Nats                : Fil. 1:11

Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.

 

 

1.      Arti hidup yang berguna.

a.       Secara Praktis

Hidup yang tidak merugikan orang lain. “Dan kalau dia sudah merugikan engkau ataupun berhutang padamu, tanggungkanlah semuanya itu kepadaku” (ay. 18). Bahwa Onesimus telah mencuri sesuatu saat bekerja di rumah Filemon.

b.      Secara Teologis

Hidup yang sudah mengalami perubahan oleh karena pertemuan dengan Kristus. “mengajukan permintaan kepadamu mengenai anakku yang kudapat selagi aku dalam penjara, yakni Onesimus” (ay. 10). Pertemuan Paulus dengan Onesimus di penjara membuat Onesimus bertobat dan menerima Yesus.

 

2.      Sikap hidup pribadi yang berguna

Baik Paulus, Filemon maupun Onesimus sebagai pribadi yang telah menerima Kristus menunjukkan sikap hidup yang berguna.

a.       Sikap Paulus:

·         Tetap setia memberitakan Injil walau dipenjara (ay. 9). Dan oleh pemberitaan itu Onesimus bertobat.

·         Mau menanggung beban orang lain. Paulus bersedia membayar kerugian Filemon yang disebabkan oleh Onesimus saat bekerja dirumahnya (ay. 18-19).

b.      Sikap Filemon:

·         Memaafkan dan menerima kembali Onesimus (ay. 15 dan 17). Artinya Filemon melupakan semua kesalahan Onesimus di masa lalu. Yusuf menerima dan memaafkan semua saudara-saudaranya yang telah berbuat jahat kepadanya di masa lalu.

·         Menjadikan Filemon sebagai saudara, bukan sebagai hamba (ay. 16). Jika sebelumnya Onesimus adalah budak, maka sekarang Filemon menjadikan ia sederajat dengannya.

·         Murah hati. Filemon bersedia menerima hamba-hamba Tuhan dirumanhya (ay. 22). Yusuf  mencukupi semua kebutuhan saudara-saudaranya saat datang ke tanah Mesir.

c.       Sikap Onesimus:

·         Memiliki hati yang melayani. “Sebenarnya aku mau menahan dia di sini sebagai gantimu untuk melayani aku selama aku dipenjarakan karena Injil” (ay. 13).

·         Menjadi hamba yang setia. “Ia kusuruh bersama-sama dengan Onesimus, saudara kita yang setia dan yang kekasih, seorang dari antaramu” (Kol. 4:9).

 

3.      Hasil dari hidup yang berguna.

a.       Damai sejahtera dari Tuhan akan senantiasa menyertai hidup kita (ay. 3). Filemon pasti merasakan kedamaian saat memafkan Onesimus. Onesimus pasti merasa damai saat ia melayani Tuhan dengan setia.

b.      Nama Tuhan dipermuliakan.

Paulus memuliakan Tuhan saat ia mendengar tentang kasih dan iman yang dimiliki oleh Filemon (ay. 4). Saat hidup kita berguna bagi orang lain, maka orang akan berkata: Terima kasih Tuhan, Engkau memberkati akau melalui dia.  

 

Friday, September 13, 2024

Mencari Tuhan

 

Thema            : Mencari Tuhan

Nats                : 2 Taw. 20:3-4

Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.

 

1.      Arti mencari Tuhan

a.       Datang kepada Tuhan karena sadar dengan kelemahan.

“Yosafat menjadi takut, lalu mengambil keputusan untuk mencari TUHAN (ay. 3). Yosafat sadar bahwa ia tidak sanggup menghadapi bani Moab dan bani Amon yang akan datang menyerang Yehuda.

b.      Datang kepada Tuhan untuk meminta pertolongan.

“Dan Yehuda berkumpul untuk meminta pertolongan dari pada TUHAN.  Mereka datang dari semua kota di Yehuda untuk mencari TUHAN” (ay. 4).

 

2.      Cara mencari Tuhan

a.       Diawali dengan suatu tekad.

Yosafat mengambil keputusan untuk mencari TUHAN (ay. 3). Artinya Yosafat memiliki tekad yang bulat,  hanya akan datang kepada Tuhan untuk memohon pertolongan (ay. 4). “Sebab Ezra telah bertekad untuk meneliti Taurat TUHAN dan melakukannya serta mengajar ketetapan dan peraturan di antara orang Israel” (Ez. 7:10).

b.      Berdiam dalam Rumah Tuhan.

“Kami akan berdiam di rumah ini, di hadapanMu, karena namaMu tinggal di rumah ini” (ay. 9). Daud berkata: “Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku” (Maz. 27:4).

c.       Menjadikan Tuhan sebagai fokus hidup.

“Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan, tetapi mata kami tertuju kepadaMu” (ay. 12). Daud berkata: “Tetapi kepada-Mulah, ya ALLAH, Tuhanku, mataku tertuju; pada-Mulah aku berlindung, jangan campakkan aku!” (Maz. 141:8).

d.      Senantiasa berdiri di hadapan Tuhan.

“Sementara itu seluruh Yehuda berdiri di hadapan TUHAN, juga segenap keluarga mereka dengan isteri dan anak-anak mereka” (ay. 13). Yosua berkata: “Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN” (Yos. 24:15).

 

3.      Hasil mencari Tuhan

a.       Tuhan hadir menolong kita.

“Janganlah kamu takut dan terkejut karena laskar yang besar ini, sebab bukan kamu yang akan berperang melainkan Allah” (ay. 15). Paulus berkata: “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? (Rm. 8:31).

b.      Tuhan memberikan kemenangan.

“Dan lihatlah bagaimana TUHAN memberikan kemenangan kepadamu” (ay. 17). Bukan umban dan batu yang menumbangkan Goliat, tetapi karena Daud datang di dalam nama TUHAN.

c.       Tuhan memberikan keberhasilan.

“Percayalah kepada TUHAN, Allahmu, dan kamu akan tetap teguh ! Percayalah kepada nabi-nabiNya, dan kamu akan berhasil ! (ay. 20).

d.      Hidup dipepenuhi dengan sukacita.

“Mereka kembali ke Yerusalem dengan sukacita, karena TUHAN telah membuat mereka bersukacita karena kekalahan musuh mereka” (ay. 27).

Monday, September 9, 2024

Berdoa dengan Iman

 

Thema            : Berdoa dengan Iman

Nats                : Kis. 16:25-26

Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.

 

 

1.      Arti berdoa dengan iman?

a.       Berdoa dengan keberanian walau dalam tekanan.

“Kepala penjara memasukkan mereka keruang penjara yang paling tengah dan membelenggu kaki mereka dengan pasungan yang kuat. Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan silas berdoa” (ay. 25-26).  Iman yang dimilki oleh Paulus dan Silas membuat mereka penuh dengan keberanian menyatakan doa-doanya, walaupun hidup dalam tekanan. Paulus berkata kepada orang Ibrani: Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia (Ibr. 4:16).

b.      Berdoa dengan hati yang tertuju kepada Allah.

“Tetapi kira-kira tengah malam  Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah“ (ay. 25). Bahwa tidak semua orang yang berdoa hatinya fokus kepada Allah. “Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat oran” (Mat. 6:5).

 

2.      Hasil berdoa dengan iman.

Yakobus berkata: Doa orang benar, bila dengan yakin di doakan, sangat besar kuasanya (Yak. 5:16b).

a.       Terjadi mujizat Tuhan

“Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua” (ay. 26). Banyak orang Kristen masih terbelenggu (keinginan daging, ajaran-ajaran tidak sehat, dll). Jika ingin terlepas, berdoalah dengan iman kepada Tuhan.

b.      Terjadi keselamatan bagi orang lain.

Kepala penjara  Filipi berkata: Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat? Jawab mereka: Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus, dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu (ay. 30-31). Berdoalah Yunus kepada TUHAN, Allahnya, dari dalam perut ikan itu. Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepadaMu, apa yang kunazarkan akan kubayar, keselamatan adalah dari TUHAN (Yun. 2:1 dan 9). Setelah itu Yunus pergi ke Niniwe dan terjadi pertobatan besar.

c.       Berkat Tuhan tercurah.

·         Lalu kepala penjara membawa mereka ke rumahnya dan menghidangkan makanan kepada mereka (ay. 34). Saat Paulus dan Silas fokus kepada perkara rohani (berdoa) maka Tuhan sediakan berkat jasmani.

·         Para pembesar melepaskan mereka dari penjara (ay. 36), bahkan meminta maaf serta bermohon supaya mereka meninggalkan kota itu (ay. 39). Manusia bisa merendahkan, tetapi Tuhan sanggup meninggikan.

 

Sunday, September 8, 2024

6 Dampak Positif jika Sidang Sinode Dilaksanakan di Sumatera Utara

 

Enam Dampak Positif jika Sidang Sinode XII GKRI Dilaksanakan di Sumatera Utara

 

1.      Membuktikan bahwa GKRI adalah gereja yang konsisten

Bahwa dalam SC (Steering Committee) Sidang XI Sinode GKRI Bidang Hukum memuat tentang Waktu dan Tempat pelaksanaan Sidang XII adalah: September 2025  di Sumatera Utara. Artinya ini bukan muncul secara tiba-tiba. Saya yang termasuk Hamba Tuhan baru di GKRI (walaupun sejak 1997 sudah jadi anak SM di GKRI IMA Langkat) sudah tahu tentang berita ini. Bahkan seharusnya Sidang Sinode XI  sudah dilaksanakan di Medan dimana panitia kala itu (Pdt. Hari Abraham) telah datang ke Medan untuk membicarakannya. Namun oleh karena Covid-19 maka akhirnya tidak jadi dilaksanakan di Medan Sumatera Utara. Jadi, jika hari ini dinyatakan Sumatera Utara sebagai tuan rumah,  maka ini bagian dari sikap konsisten kita menaati apa yang sudah ditetapkan sebelumnya di Sidang Sinode XI. Jadi, mari kita konsisten dengan berpegang teguh pada apa yang sudah kita tetapkan bersama. Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia (1 Kor. 15:58).

2.      Menjadikan Hamba Tuhan GKRI sebagai pelaku firman.

Dari mimbar-mimbar GKRI para Hamba Tuhan selalu berkata dengan tegas dan lantang : Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur (Fil. 4:6). Bahwa apa yang kita sampaikan di hadapan jemaat haruslah kita hidupi dan kita praktikan dalam kehidupan kita. Dan inilah saatnya kita lakukan firman yang sudah berulang kali kita sampaikan. Sebab khotbah terbaik bukanlah tentang bagaimana kita menyampaikannya, tetapi lebih kepada bagaimana kita melakukannya. Bahwa lima ikan dan dua roti tidak sekedar menjadi teori tetapi terbukti dalam hidup kita.

3.      Mendorong Hamba Tuhan GKRI untuk mengikuti pola kerja Yusuf.

“Demikianlah Yusuf menimbun gandum seperti pasir di laut, sangat banyak, sehingga orang berhenti menghitungnya, karena memang tidak terhitung” (Kej. 41:49). Kita menyadari bahwa GKRI bukanlah gereja yang besar dan secara finansial pun belumlah sekuat gereja-gereja lain. Oleh karena itu, baiklah kita menggunakan waktu sekitar 11 bulan ke depan untuk pelan-pelan menimbun gandum seperti Yusuf. Jika untuk hal-hal duniawi pun kita berusaha menghemat, maka tidakkah seharusnya untuk perkara Kerajaan Sorga kita lebih dari pada itu? Para pendahulu kita juga mengatakan “Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit”. Mengurangi porsi makan akan membuat tubuh kita lebih ringan dan lebih dari itu akan memperlancar pekerjaan Tuhan.  

4.      Mengarahkan kita untuk memahami konsep keseimbangan.

Rasul Paulus berkata: “Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan. Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan” (2 Kor. 13-14). GKRI bukanlah Jakata Sentris, tetapi Indonesia Sentris. Bahwa orang di Indonesia Tengah dan Timur pun suatu ketika akan merasakan menjadi tuan rumah Sidang Sinode selanjutnya. Jika kita membatalkan Sumatera Utara sebagai tuan rumah kali ini, maka kita mengalami kemunduran dan menjauh dari konsep keseimbangan tersebut. Oleh karena itu mari kita bergerak bersama, saling topang dalam doa dan dana, sehingga program ini terlaksana dengan baik.

5.      Mematahkan hal-hal negatif yang menyerang pikiran kita sebagai hamba Tuhan.

Paulus berkata: “Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!” (Rm. 12:21). Sejajar dengan itu kita bisa mengatakan: Janganlah kamu kalah dengan pikiran-pikiran negatif, tetapi kalahkanlah pikiran negatif dengan pikiran positif ! Dalam hal ini kita seharusnya sepakat dengan apa yang disampaikan oleh Ketua Sidang Sinode XII Pdt. DR. Sadjamudin A. Gumay, M.A., bahwa kita harus meneladani Yosua dan Kaleb yang tetap optimis beroleh kemenangan dan membuang jauh-jauh pemikiran sepuluh pengintai yang melemahkan semangat karena menyatakan kalah sebelum bertanding.

6.      Bersambung ….. (setelah selesai pelaksanaan Sidang Sinode XII). Tapi setidaknya yang lima ini sudah mampu menangkal serangan-serangan negatif yang mungkin ada di sekitar kita. Tuhan Yesus memberkati pelayanan kita bersama.