Monday, September 2, 2024

Jangan Menghakimi

 

Thema            : Jangan Menghakimi

Nats                : Kej 50:15-21

Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.

 

 

1.      Apakah arti menghakimi?

a.       Menurut KBBI: Mengadili atau berlaku sebagai hakim untuk memutuskan seseorang salah atau tidak.

b.      Menurut Alkitab: Membalaskan segala perbuatan yang jahat yang dilakukan oleh seseorang di masa lalu (ay. 15, Mat. 12:36).

 

2.      Mengapa orang percaya diminta jangan menghakimi orang lain?

a.       Karena menghakimi adalah hak Allah

Yusuf berkata: “Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah?” Yusuf sadar bahwa ia tak berhak menghakimi atau membalas kejahatan saudara-saudaranya. Yusuf tahu bahwa mengakimi adalah hak Allah. “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan (Rm. 12:19).

b.      Karena kejahatan orang lain pun bisa Tuhan pakai menjadi berkat bagi seseorang.

Yusuf berkata: “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar” (Kej. 20:50). Bahwa apapun yang terjadi dalam hidup orang percaya, semua ada dalam rancangan Tuhan. Termasuk kejahatan yang dilakukan orang lain adalah bagian dari rencana Tuhan, maka biarkan Tuhan yang berperkara. Jangan pernah mencampuri urusan Tuhan dalam merancang hidup kita. Haman ingin menjadi hakim atas Mordhekai dan ingin menyulakan dia pada tiang gantungan, tapi Tuhanlah Hakim yang adil dan akhirnya melalui Ratu Ester dan  Raja Ahasyweros, Haman disulakan pada tiang gantungan (Est. 7:10). Dan akhirnya semua harta kekayaan Haman berpindah kepada Mordhekai.

c.       Karena tugas kita adalah menghibur dan menenangkan hati  bukan menghakimi

“Demikianlah ia (Yusuf) menghiburkan mereka dan menenangkan hati mereka dengan perkataanya” (ay. 21). Mulut orang percaya akan mengeluarkan perkataan yang membuat orang beroleh kasih karunia (Ef. 4:29).

 

3.      Apakah perbedaan menasihati dengan menghakimi?

Orang percaya harus berhati-hati dalam memberikan nasihat karena bisa berakhir dengan menghakimi. Bisa jadi saat menasihati kita beralih menghakimi/menyalahkan dan orang yang dinasihati bisa merasa dihakimi. Apa perbedaan menasiahti dengan menghakimi?

a.       Menasihati disertai rasa empati, menghakimi disertai rasa emosi (marah)

Lalu menangislah Yusuf, ketika orang-orang berkata demikian kepadanya (ay. 17). Ketika Haman melihat bahwa Mordekhai tidak berlutut kepadanya, maka sangat panaslah hati Haman (Est. 3:5, 5:9).  

b.      Menasihati menghadirkan rasa nyaman , menghakimi menghadirkan tekanan.

Yusuf berkata: Janganlah takut (ay. 19 dan 21). Jadi Haman mencari ikhtiar memunahkan semua orang Yahudi, yakni bangsa Mordekhai itu (Est. 3:6).

c.       Menasihati diakhiri dengan solusi, menghakimi diakhiri dengan hukuman

Yusuf berkata: “Aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga” (ay. 21). Haman mengirim surat ke semua daerah agar orang Yahudi dipunahkan, dibunuh dan dibinasakan serta dirampas segala harta milik mereka (Est. 3:13).

No comments:

Post a Comment