Wednesday, October 23, 2024

Menakar Kepemimpinan GKRI 2025

 


A.      PENDAHULUAN

Dalam segala aspek kehidupan, kepemimpinan dan pemimpin merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan suatu organisasi, baik dalam dunia usaha maupun dalam dunia pendidikan, pemerintahan, politik, kesehatan, dan rohani. Kepemimpinan merupakan gagasan Allah dari kekekalan, demikian juga halnya ketika Ia menciptakan manusia (Kejadian 1:26). Bahwa Adam ditetapkan sebagai pemimpin untuk berkuasa atas segala ciptaan. Tentu berkuasa dalam hal ini tidak berarti bertindak secara otoriter atau sesuka hati tetapi lebih kepada mengelola segala ciptaan dengan sebaik mungkin. Dalam sejarah kepemimpinan gereja kita melihat berbagai tipe kepemimpinan dengan segala plus minusnya yang akhirnya mengantarkan gereja sampai hari ini. Dalam konteks lebih kecil kita bisa melihat perjalanan GKRI sejak berdiri tahun 1971 oleh Prof. DR. S. J. Sutjiono sampai hari ini. Ada riak-riak dalam setiap periode kepemimpinan yang terkadang menimbulkan gab atau kelompok diantara sesama hamba Tuhan. Sebenarnya ini hanyalah pengulangan sejarah masa lalu, sebagaimana kita melihat hal serupa dialami oleh pemimpin sekelas Paulus di Jemaat Korintus (1 Kor. 1:12). Artinya ini bukanlah hal baru, tetapi selalu dibutuhkan hati yang baru untuk menyikapinya, sehingga pekerjaan Tuhan terus berjalan dengan baik. GKRI ke depan membutuhkan seorang pemimpin yang memiliki integritas, kapasitas dan kapabilitas, sehingga perkembangan GKRI secara nasional semakin baik hari lepas hari.


B.      ISI

1.      Tipe-tipe kepemimpinan.

a.       Otoriter. Tipe kepemimpinan yang cenderung diktator atau memaksa bawahannya utuk melakukan kehendaknya (ay. 2). Contoh: Adolf Hitler.

b.      Demokratis. Kebalikan dari otoriter, bahwa ia selalu menerima pendapat atau saran dari setiap anggotanya untuk menentukan suatu keputusan bersama. Contoh: Mahatma Gandhi.

c.       Kharismatik. Pemimpin yang memiliki energi (daya tarik) yang luar biasa untuk mempengaruhi para pengikutnya. Contoh: Nelson Mandela.

d.      Paternalistik. Kepemimpinan yang selalu melindungi bawahannya, memiliki sifat maha tahu yang besar sehingga jarang memberi kesempatan kepada bawahannya untuk terlibat dalam pengambilan keputusan. Contoh: Guru model lama.

e.       Militeristik. Menerapkan sistem komando dalam menggerakkan bawahannya. Contoh: Soeharto, Kim Jong Un.

2.      Tipe kepemimpinan yang diharapkan untuk GKRI ke depan.

Dari kelima tipe kepemimpinan di atas tentu memiliki sisi positif dan negatif. Tentu kita butuh pemimpin yang kharismatik yang memiliki sikap demokratis yang selalu melindungi (memayungi) bawahannya dan tidak plin-plan (tegas dan konsisten) dan bisa menjadi komando yang baik. Dengan kata lain kita mengharapkan pemimpin sesuai dengan anjuran Alkitab. Apa kata Petrus tentang seorang pemimpin?

a.       Menjadi teman bagi semua (ay. 1). Pertemanan takkan pernah dibatasi oleh jabatan, bahwa seorang jenderal akan duduk bersama seorang satpam dalam konteks berteman. Pemimpin harus bisa masuk kesemua lapisan. Artinya seorang pemimpin haruslah low profil.

b.      Tidak memaksakan kehendak dalam memimpin (ay. 2). Ketika yang dipimpin melaksanakan perintah, maka seorang pemimpin perlu melihat, apakah karena keterpaksaan atau dengan sukarela.

c.       Jangan mencari keutungan pribadi (ay. 2). Ketika seorang memimpin dengan baik, pasti ia beroleh keuntungan. Tetapi pemimpin yang baik takkan pernah mencari keuntungan pribadi tetapi keuntungan (kepentingan) organisasi.

d.      Menjadi teladan (ay. 3). Yesus berkata bahwa Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani. Bahwa Kristus telah menunjukkkan suatu teladan sebagai pemimpin.

e.       Redah hati (ay. 5). Bahwa seorang pemimpin harus belajar dari orang tua (orang yang punya pengalaman). Terlepas dari pro dan kontra hari-hari ini, Jokowi dalam memulai kepemimpinannya suka sowan (meminta nasihat) kepada orang-orang yang berpengalaman dalam memimpin. Yesus berkata: Barangsiapa yang mau menjadi besar hendaklah ia menjadi pelayan (Mat. 20:26-27).

f.        Pribadi yang selalu waspada (ay. 8). Bahwa seorang pemimpin harus selalu waspada dengan segala sesuatu yang bisa merongrong organisasi yang ia pimpin. Bahkan seorang pemimpin harus waspada dengan segala godaan (harta, kekuasaan, seks). Pemimpin sekelas Daud pun jatuh oleh karena tidak waspada.


C.      PENUTUP

Tidak ada seorang pemimpin yang sempurna, sebab ia manusia yang lemah dan terbatas. Tetapi saat seorang pemimpin selalu belajar dan berserah diri kepada pimpinan Tuhan, maka ia akan diberikan hikmat dan kekuatan dalam melaksanakan kepemimpinanya. Jadi, jika Tuhan mempercayakan kita untuk memimpin GKRI ke depan, maka pimpinlah dengan takut akan Tuhan. Amin.


No comments:

Post a Comment