A.
PENDAHULUAN
Dalam
segala aspek kehidupan, kepemimpinan dan pemimpin merupakan faktor yang sangat
berpengaruh dalam keberhasilan suatu organisasi, baik dalam dunia usaha maupun
dalam dunia pendidikan, pemerintahan, politik, kesehatan, dan rohani.
Kepemimpinan merupakan gagasan Allah dari kekekalan, demikian juga halnya
ketika Ia menciptakan manusia (Kejadian 1:26). Bahwa Adam ditetapkan sebagai
pemimpin untuk berkuasa atas segala ciptaan. Tentu berkuasa dalam hal ini tidak
berarti bertindak secara otoriter atau sesuka hati tetapi lebih kepada
mengelola segala ciptaan dengan sebaik mungkin. Dalam sejarah kepemimpinan
gereja kita melihat berbagai tipe kepemimpinan dengan segala plus minusnya yang
akhirnya mengantarkan gereja sampai hari ini. Dalam konteks lebih kecil kita
bisa melihat perjalanan GKRI sejak berdiri tahun 1971 oleh Prof. DR. S. J.
Sutjiono sampai hari ini. Ada riak-riak dalam setiap periode kepemimpinan yang
terkadang menimbulkan gab atau kelompok diantara sesama hamba Tuhan. Sebenarnya
ini hanyalah pengulangan sejarah masa lalu, sebagaimana kita melihat hal serupa
dialami oleh pemimpin sekelas Paulus di Jemaat Korintus (1 Kor. 1:12). Artinya
ini bukanlah hal baru, tetapi selalu dibutuhkan hati yang baru untuk
menyikapinya, sehingga pekerjaan Tuhan terus berjalan dengan baik. GKRI ke depan
membutuhkan seorang pemimpin yang memiliki integritas, kapasitas dan
kapabilitas, sehingga perkembangan GKRI secara nasional semakin baik hari lepas
hari.
B.
ISI
1.
Tipe-tipe
kepemimpinan.
a.
Otoriter.
Tipe kepemimpinan yang cenderung diktator atau memaksa bawahannya utuk melakukan
kehendaknya (ay. 2). Contoh: Adolf Hitler.
b.
Demokratis. Kebalikan
dari otoriter, bahwa ia selalu menerima pendapat
atau saran dari setiap anggotanya untuk menentukan suatu keputusan bersama.
Contoh: Mahatma Gandhi.
c.
Kharismatik. Pemimpin yang memiliki
energi (daya tarik) yang luar biasa untuk mempengaruhi para pengikutnya.
Contoh: Nelson Mandela.
d.
Paternalistik.
Kepemimpinan yang selalu melindungi bawahannya, memiliki sifat maha tahu yang
besar sehingga jarang memberi kesempatan kepada bawahannya untuk terlibat dalam
pengambilan keputusan. Contoh: Guru model lama.
e.
Militeristik.
Menerapkan sistem komando dalam menggerakkan bawahannya. Contoh: Soeharto, Kim
Jong Un.
2.
Tipe
kepemimpinan yang diharapkan untuk GKRI ke depan.
Dari kelima tipe kepemimpinan di atas tentu memiliki sisi positif
dan negatif. Tentu kita butuh pemimpin yang kharismatik yang memiliki sikap
demokratis yang selalu melindungi (memayungi) bawahannya dan tidak plin-plan (tegas
dan konsisten) dan bisa menjadi komando yang baik. Dengan kata lain kita
mengharapkan pemimpin sesuai dengan anjuran Alkitab. Apa kata Petrus tentang
seorang pemimpin?
a.
Menjadi
teman bagi semua (ay. 1). Pertemanan takkan pernah dibatasi oleh jabatan, bahwa
seorang jenderal akan duduk bersama seorang satpam dalam konteks berteman.
Pemimpin harus bisa masuk kesemua lapisan. Artinya seorang pemimpin haruslah
low profil.
b.
Tidak
memaksakan kehendak dalam memimpin (ay. 2). Ketika yang dipimpin melaksanakan
perintah, maka seorang pemimpin perlu melihat, apakah karena keterpaksaan atau
dengan sukarela.
c.
Jangan
mencari keutungan pribadi (ay. 2). Ketika seorang memimpin dengan baik, pasti
ia beroleh keuntungan. Tetapi pemimpin yang baik takkan pernah mencari
keuntungan pribadi tetapi keuntungan (kepentingan) organisasi.
d.
Menjadi
teladan (ay. 3). Yesus berkata bahwa Anak Manusia datang bukan untuk dilayani,
tetapi untuk melayani. Bahwa Kristus telah menunjukkkan suatu teladan sebagai
pemimpin.
e.
Redah hati
(ay. 5). Bahwa seorang pemimpin harus belajar dari orang tua (orang yang punya
pengalaman). Terlepas dari pro dan kontra hari-hari ini, Jokowi dalam memulai kepemimpinannya suka sowan (meminta nasihat) kepada orang-orang yang berpengalaman
dalam memimpin. Yesus berkata: Barangsiapa yang mau menjadi besar hendaklah ia
menjadi pelayan (Mat. 20:26-27).
f.
Pribadi yang selalu waspada (ay. 8). Bahwa seorang pemimpin harus selalu waspada dengan segala
sesuatu yang bisa merongrong organisasi yang ia pimpin. Bahkan seorang pemimpin
harus waspada dengan segala godaan (harta, kekuasaan, seks). Pemimpin sekelas
Daud pun jatuh oleh karena tidak waspada.
C.
PENUTUP
Tidak ada seorang pemimpin yang sempurna, sebab ia manusia yang
lemah dan terbatas. Tetapi saat seorang pemimpin selalu belajar dan berserah
diri kepada pimpinan Tuhan, maka ia akan diberikan hikmat dan kekuatan dalam
melaksanakan kepemimpinanya. Jadi, jika Tuhan mempercayakan kita untuk memimpin
GKRI ke depan, maka pimpinlah dengan takut akan Tuhan. Amin.
No comments:
Post a Comment