Monday, October 28, 2024

ISTERI ATAU IBU?

Isteri atau Ibu?

Oleh: Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.


Suatu hari seorang laki-laki (Dodi) mendengar berita bahwa ibunya sedang sakit, tetapi satu jam ke depan ia pun harus menemani isterinya untuk operasi anak pertama mereka. Setelah berpikir sejenak, ia memutuskan untuk pergi melihat ibunya dan menitipkan isterinya kepada adik iparnya (Eka) untuk di bawa ke rumah sakit. Setelah setengah jam melaju dari rumahnya ia tiba di rumah ibunya. Dengan tergesa-gesa ia masuk ke rumah dan melihat ibunya sedang berbaring.

Ibu bagaimana keadaanmu, apa yang sakit bu? Hanya sedikit nyeri di dada jawab sang ibu. Sebelum anak tersebut bertanya lebih lanjut, si ibu yang bertanya: Bagaimana keadaan isterimu, bukankah seharusnya dia sudah waktunya melahirkan? Si anak menjawab: Ia bu, hari ini ia akan operasi di rumah sakit, tadi sudah saya minta Eka untuk menemaninya ke rumah sakit. Tiba-tiba ibunya bangun dari tempat tidurnya dan menghardik anaknya: Dodi…, sekrang juga pergi ke rumah sakit temani isterimu untuk operasi, cepaaatt ! Tapi, ibu jawab Dodi. Tidak ada tapi…tapi, segera pergi sekarang. Ibu, bagiamana aku meninggalkanmu yang sedang sakit? Jangan pikirkan ibu, ada ayahmu yang akan mengurus ibu dan itu memang tanggung jawabnya, ada abang dan adikmu juga akan datang bergantian menjenguk ibu. Tetapi isterimu disana butuh dirimu untuk menemani dan memberi semangat. Ingat Dodi, ia telah meninggalkan lelaki yang paling ia cintai, cinta pertamanya yaitu ayahnya untuk mengurus dirimu yang telah ia pilih sebagai suaminya, ia telah meninggalkan ibunya yang telah melahirkan dan merawat dia sejak bayi untuk menemani hari-harimu, dan hari ini ia rela perutnya di belah untuk menghadirkan buah cintamu ke tengah dunia ini, sanggupkah engkau membiarkan dia sendirian?

Ia, Dod. Benar yang dikatakan ibumu, pergilah urus isterimu. Dia sangat membutuhkan dirimu menemani dan memberi semangat sebelum masuk ruang operasi. Ayah yang bertanggung jawab terhadap ibumu, walaupun ayah juga tidak sekuat dulu, tapi masih bisa menjaga ibumu. Pergilah nak, kita sedang menghadapi situasi yang sama. Ayah harus fokus mengurus ibumu, demikian juga kamu fokuslah mengurus isterimu. Baik ayah, baik ibu, maafkan Dodi yang telah melakukan kekeliruan (memeluk sang ibu dan ayahnya sembari berpamitan).

Akhirnya Dodi melaju dengan kencang dan tiba di Rumah Sakit, disana Eka sedang mengurus berkas-berkas untuk persiapan operasi, sementara isterinya sudah masuk di ruang tunggu sebelum masuk ruang operasi. Singkat cerita operasi berjalan dengan baik, terlahirlah seorang putri cantik.

Ibu dan isteri memang bukanlah pilihan, tetapi seorang suami harus bijak menyikapinya dan tahu apa yang menjadi fokusnya ketika berani melangkah meninggalkan keluarganya (ayah dan ibunya) dan bersatu dengan isterinya. Bahwa ada satu hubungan yang lebih kuat dari hubungan darah, itulah kekuatan CINTA. Seorang perempuan dilahirkan ibunya (operasi) dengan biaya 8-15 juta, anak itu dirawat dari 0-5 tahun dengan biaya 10-20 juta, masuk TK-Perguruan Tinggi 80-500 juta, bahkan dicarikan pekerjaan dengan biaya 20-100 juta. Setelah ia bekerja datanglah seorang pria sederhana atas nama CINTA melamarnya dengan biaya 20-an juta. Dan dengan sukarela ayah ibunya melepas putrinya yang sangat ia cintai untuk mengurus laki-laki yang tak pernah ia kenal sebelumnya. Andaikata, si laki-laki lebih peduli ibunya dari pada isterinya, lebih mendengar ibunya dari pada isterinya, saat bepergian lebih memikirkan oleh-oleh untuk ibunya dari pada isterinya, bayangkan betapa sedihnya hati orang tua si wanita tersebut.

Hai laki-laki, ingatlah engkau telah memilihnya karena CINTA, maka cintailah dia dengan sepenuh hatimu, memang ia tidak sempurna seperti juga dirimu, tapi ia telah rela meninggalkan orang-orang yang ia cintai hanya untuk menemani hari-harimu sampai akhir nanti.

Cerita in terinspirasi karena percakapan penulis dengan beberapa rekannya, sebut saja si A, si B dan si C. Dimana ketiganya memiliki pandangan yang berbeda. Si A mengatakan harus mengutamakan ibu, karena ibu tak tergantikan (isteri bisa diganti). Si B mengatakan, saya lebih condong ke ibu, tapi tergantung situasilah katanya. Si C dengan yakin mengatakan, isteri adalah yang utama bagi saya, bahkan dari anak sekalipun, sebab ayah-ibuku akan kutinggalkan (saat aku berkeluarga), anak-anakku pun akan meningalkanku setelah mereka berkeluarga, dan hanya isterikulah yang akan tetap bersamaku sampai salah satu diantara kami menutup mata.

Sempat saya berpikir, apakah ada dogma atau ajaran agama yang menjadi dasar ketiga orang ini mengambil sikap tersebut (karena ketiga orang tersebut berbeda keyakinan, Islam, Kristen dan Hindu).

Bagaimana dengan pembaca sekalian, boleh memberi pandangan dengan bahasa yang baik.


 

No comments:

Post a Comment