Thursday, December 26, 2024

BERSYUKUR KARENA TAK PUNYA HATI


BERSYUKUR KARENA TAK PUNYA HATI 

Suatu hari seorang jemaat bersaksi dalam suatu ibadah.

Saya sangat bersyukur beroleh keselamatan setelah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam hidupku. Dan hal yang kedua yang paling saya syukuri setelah menerima Yesus adalah karena Dia membuat saya tidak lagi memiliki hati (diam sejenak). Jemaat yang sedang mendengar kesaksian pun hening (tadinya ada sedikit suara), mereka ingin segera mendengar lanjutan kesaksian ibu tersebut.

Ibu itu melanjutkan kesaksiannya. Dulu, setiap hari saya selalu sakit hati. Mendengar omongan tetangga saya sakit hati, di tempat bekerja saya selalu sakit hati, dengan orang-orang di gereja pun saya sakit hati. Bahkan saat hamba Tuhan berkhotbahpun membuat saya sakit hati. Sakit hati membuat hidup saya tidak pernah merasa bahagia, sepanjang hari saya selalu memikirkan apa yang dikatakan orang lain, padahal orang yang berbicara belum tentu mengatakan itu untuk saya.

Saya kadang sempat berpikir, mengapa saya harus sakit hati, khususnya jika ada hamba Tuhan yang agak keras dalam menyampaikan firman Tuhan. Jika memang firman itu mengarah kepada sesuatu yang salah dalam perbuatan saya, tidakkah seharusnya saya menerimanya sebagai sebuah nasihat untuk kebaikan? Dan kalau memang itu tidak mengarah kepada apa yang saya perbuat, tidakkah seharusnya itu saya abaikan saja? Tapi yang ada, saya selalu sakit hati mendengarnya, bahkan terkadang saya meninggalkan ruang ibadah saat khotbah atau langsung pulang setelah ibadah.

Bertahun-tahun saya merasakan pengalaman ini, bahkan di gereja-gereja sebelumnya dimana saya pernah mencoba menjadi jemaat disana. Saya hanya banyak diam saat berjumpa dengan orang-orang, bahkan saat mencoba berkomunikasi mulut dan wajah saya terasa berat. Saat orang lain berbicara, hati saya mengatakan “jangan-jangan mereka sedang membicarakan saya”, dan selanjutnya saya juga sakit hati dengan mereka.

Suatu malam, antara sadar atau tidak, saya mendengar suatu pesan ilahi: “Bodohlah yang menyatakan sakit hatinya seketika itu juga, tetapi bijak, yang mengabaikan cemooh” dan akhirnya saya tahu itu adalah perkataan Salomo dalam Amsal 12:16. Hati saya semakin sakit ketika pesan itu mengatakan saya BODOH ! Sepanjang malam saya tidak bisa tidur memikirkannya. Menjelang subuh, akhirnya mata saya terpejam dan dalam tidur saya, saya merasakan ada satu kedamaian yang sebelumnya belum pernah saya rasakan. Dan saat terbangun saya langsung berdoa: Terima kasih Tuhan atas rasa damai yang Engkau berikan, mulai hari ini saya tidak akan memiliki hati lagi untuk sakit hati. Semenjak saat itu saya tidak lagi memiliki hati yang bisa disakiti.

Jika dulu dari 100 perkataan membuat saya sakit hati 200 kali, maka hari ini dari 100 perkataan, satu pun belum tentu membuat hati saya terganggu. Jika ada perkataan orang lain yang yang sepertinya mengarah ke saya, maka saya anggap itu sebagai nasihat yang membangun atau mungkin saya abaikan kalau merasa tidak ada sesuatu yang berhubungan dengan saya. Jika ada khotbah yang agak keras maka saya langsung mengingat pesan Rasul Paulus: "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran" (2 Tim. 3:16). Sebab saya yakin bahwa pesan yang disampaikan oleh seorang hamba Tuhan pasti tujuannya agar pendengarnya (jemaat) mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Hanya saja karena iblis tidak senang orang berubah menjadi lebih baik, maka ia langsung memolesnya sehingga sebagian dari mereka yang mendengarnya merasa bahwa itu adalah sindiran atau penghakiman. Dan sayalah salah satu yang selama ini berhasil di pengaruhi olehnya sehinga selalu sakit hati.

Demikianlah kesaksian saya, kiranya kita semua yang mendengar beroleh pengalaman baru, untuk tidak lagi memiliki hati yang bisa disakiti oleh segala situasi. Amin.

Orang yang selalu sakit hati seumpama seseorang yang meminum racun, tetapi berharap orang lain yang akan mati.

Sakit hati adalah racun yang mematikan, ia akan membunuh hal-hal baik yang ada dalam diri manusia, sebelum ia bekerja sampai ke akar dan benar-benar mematikan, sadarlah dan segeralah berubah dan rasakan hidup yang lebih baik dengan tidak lagi memiliki hati.

Sunday, December 15, 2024

Sunday, December 8, 2024

Meneladani Tujuan Kelahiran Yesus Melalui PelayananNya

Thema            : Meneladani Tujuan Kelahiran Yesus Melalui PelayananNya

Nats                : 1 Pet. 2:9

Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.

 

“Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib”.

 

1.      Apakah tujuan kelahiran Yesus?

Kelahiran Yesus tidak sama dengan manusia secara umum, baik dalam hal proses dan tujuannya. Sebelum Yesus terlahir ke dunia Ia bersama Bapa di surga.

“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah (Yoh. 1:1). Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita (Yoh. 1:14)”. Apakah tujuan Firman itu menjadi manusia?

a.       Untuk memanggil manusia agar keluar dari kegelapan kepada terang (1 Pet. 2:9)

Bahwa setelah manusia jatuh ke dalam dosa manusia hidup dalam kegelapan. Jika manusia tidak keluar dari kegelapan, maka maut telah menanti. Dan Yesus datang untuk memanggil manusia agar keluar dari gelap menuju terang.

b.      Untuk meyelamatkan manusia dari dosa (Mat. 1:21)

Semua manusia telah tergadai di pasar dosa saat lebih memilih keinginan ibils. Jika tidak ada yang menebusnya, maka selamanya ia menjadi milik iblis. Dan Yesus lahir ke dunia untuk menebus hutang dosa tersebut.  

c.       Untuk memerdekakan manusia yang terjajah (Gal. 5:1)

Setelah Adam jatuh ke dalam dosa, maka semua manusia hidup terjajah oleh dosa. Manusia hidup di bawah kuasa dosa, manusia diikat dan dibelenggu oleh dosa. Yesus datang untuk untuk membuka belenggu dosa, sehingga manusia menjadi merdeka.

2.      Bagaimanakah pelayanan Yesus sesuai tujuan kelahiraNya?

a.       Yesus memanggil manusia dan menjadikan sebagai muridNya (Mat. 4:19).

Yesus terus berjalan dari desa ke kota, dari kota ke desa dan terus memanggil manusia untuk meninggalkan hidup yang lama dan mengikutNya. Apakah semua orang datang dan mengikutiNya? Orang Majus datang tapi Herodes menentang, para gembala senang tapi ahli taurat meradang.

b.      Yesus mendatangi manusia dan menawarkan keselamatan (Luk. 19:5, 9–10)

Yesus mendatangi kota dan desa dan terus menyampaikan berita keselamatan. Apakah semua mau mendengar berita itu? Di kota Yerikho seorang pegawai pajak menerima Yesus dirumahnya dan ia sekeluarga beroleh keselamatan. Di Yudea seorang pemuda yang menginginkan hidup yang kekal akhirnya meninggalkan Yesus dan lebih memilih hartanya (Mat. 19:16, 21–22)

c.       Yesus melepaskan manusia yang dibelenggu oleh kuasa Iblis (Luk. 8:27 dan 29).

Yesus terus berjalan bahkan naik turun kapal untuk melepaskan manusia yang terbelenggu kuasa iblis. Apakah semua manusia terlepas? Di Gerasa seberang Galilea seorang laki-laki yang dibelenggu setan akhirnya bebas dan merdeka. Tapi Yudas membiarkan hatinya dikuasai iblis sampai akhirnya mengianati Yesus.

3.      Apakah yang harus kita teladani dari tujuan kelahiran Yesus melalui pelayananNya?

Sebagai orang yang sudah dipanggil dari gelap kepada terang, maka mari teladani pelayanan Yesus dengan:

a.       Terus memberitakan perbuatan-perbuatan Tuhan yang besar (1 Pet. 2:9).

Selama 3,5 tahun Yesus melayani dengan terus memberitakan Injil dengan berbagai cara. Maka kini bagian kita untuk meneruskannya ke seluruh penjuru bumi.

b.      Rela menyangkal diri dan memikul salib (Mat. 16:24)

Selama 33,5 tahun Yesus yang adalah penguasa langit dan bumi rela dibuat lebih rendah dari malaikat (Ibr. 2:9). Bahkan diakhir hidupnya, setelah disiksa begitu berat, Yesus harus memikul salib yang beratnya sekitar 165 pon (83 kg) sejauh hampir 1 km dengan rute perbukitan. Saatnya kita teladani Yesus, mari sangkal diri pikul salib.

c.       Terus setia dan taat sampai akhir (Fil 2:8)

Selama melayani 3,5 Yesus mengalami berbagai tekanan. Ia di tolak saat memberitakan Injil, ia direndahkan, ia dihina, disiksa dan akhirnya di salibkan. Tetapi ia memilih taat dan setia sampai akhir. Mari kita juga setia sampai menutup mata.

Monday, December 2, 2024

Sembahlah Allah, Raja Yang Mahakuasa

Thema            : Sembahlah Allah, Raja Yang Mahakuasa

Nats                : Why. 19:6–10

Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.

 

A.      PENDAHULUAN

Sebuah syair lagu mengatakan : Andai Engkau datang kembali, jawaban apa yang kan kuberi. Jika dilihat dari sisi rohani, maka lagu ini merupakan ungkapan seorang percaya dalam menantikan kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Dia akan datang untuk membawa kita menikmati pesta pernikahan yang dalam penglihatan Yohanes di Pulau Patmos disebut Perjamuan Kawin Anak Domba. Bahwa kita orang-orang percaya adalah mempelai wanita dan Yesus Kristus sebagai mempelai Pria akan datang kembali dari Sorga untuk menjemput kita. Bagaimanakah kesiapan kita? Bagaimanakah sikap kita dalam menyembah Allah yang kita nanti-natikan itu. Adakah kita setia dan senantiasa berjaga-jaga?

B.      ISI

Bagaimanakah sikap penyembahan kita kepada Allah yang Mahakuasa sebagai mempelai Sorga?

1.      Menjadikan Dia Raja di dalam hidup kita (ay. 6)

Yesus adalah Raja dan kita adalah hambaNya. Seorang hamba tidak berkuasa atas dirinya, ia sepenuhnya milik Raja. Apapun yang diperintahkan Raja maka ia wajib melakukannya. Maka dalam masa penantian kedatangan Sang Raja bahkan saat Dia datang kembali, mulut kita harus terus berkata: Haleluya ! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.

2.      Menjadikan Dia sebagai sumber sukacita hidup kita (ay. 7a-b)

Jika seorang calon pengantin pria sedang pergi merantau untuk berjuang mencari sesuap nasi dan sebongkah berlian, maka pengantin wanita akan setia menunggunya. Dia akan tetap bersukacita dan berbahagia dalam penantiannya, sebab cinta diantara keduanya akan dipersatukan dalam pernikahan kudus. Yesus pergi ke rumah Bapa untuk menyediakan tempat yang indah bagi kita, dan Dia berjanji akan datang kembali (Yoh. 14:2-3). Maka janganlah kita terlalu fokus pada dunia ini, sebab dunia takkan mampu memberi kita sukacita yang sejati. Dunia adalah unsur kebahagian, tetapi bukan sumber kebahagiaan. Jadiakan Yesus sebagai pusat penyembahan, maka sukacita akan terjadi meski ditengah penderitaan.

3.      Senantiasa siap sedia sebagai mempelai wanita sorga  (ay. 7c-d)

Dalam penglihatan Yohanes di Pulau Patmos, Pesta Pekawinan Anak Domba itu telah tiba. Dalam hidup kita hari ini, peristiwa itu akan segera tiba. Kapan waktunya? Tentang hari itu seorang pun tidak tahu (Mat. 24:36). Jadi, mari kita siap sedia dan berjaga-jaga (Mat. 24:42-44).

4.      Senantiasa hidup dalam kebenaran (ay. 8).

Seorang pengantin pria yang sedang pergi berjuang akan sangat kecewa, jika saat ia pulang ternyata calon pengantinnya tidak setia. Kita sebagai pengantin Kristus harus terus setia menantikan kedatanganNya. Jangan pernah mendua hati, sebab Allah kita adalah cemburu (Kel. 34:14). Dan Allah akan menyesal melihat kita hidup dengan perbuatan yang jahat (Kej. 6:7). Maka marilah kita terus berjuang hidup benar dan senantiasa menjaga kekudusan.

5.      Senantiasa hidup menghamba (ay. 10)

Maria berkata: Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu (Luk. 1:38). Maria tahu bahwa dalam situasi sulit yang ia hadapi, perkataan Tuhan adalah ya dan amin (ay. 9). Tetapi faktanya banyak hamba Tuhan yang lupa diri, mengaku hamba tetapi memposisikan diri sebagai tuan. Mengaku hamba tetapi yang ingin terjadi adalah maunya sendiri, bukan maunya Tuhan.

C.      PENUTUP

Mari jadikah seluruh hidup kita sebagai penyembahan kepada Allah, Raja yang Mahakuasa. Dia mempelai pengantin sorga yang akan datang kembali memenuhi janjiNya. Membawa kita ketempat kebahagiaan yang tiada tara dan untuk selama-lamanya. Amin.