Monday, December 2, 2024

Sembahlah Allah, Raja Yang Mahakuasa

Thema            : Sembahlah Allah, Raja Yang Mahakuasa

Nats                : Why. 19:6–10

Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.

 

A.      PENDAHULUAN

Sebuah syair lagu mengatakan : Andai Engkau datang kembali, jawaban apa yang kan kuberi. Jika dilihat dari sisi rohani, maka lagu ini merupakan ungkapan seorang percaya dalam menantikan kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Dia akan datang untuk membawa kita menikmati pesta pernikahan yang dalam penglihatan Yohanes di Pulau Patmos disebut Perjamuan Kawin Anak Domba. Bahwa kita orang-orang percaya adalah mempelai wanita dan Yesus Kristus sebagai mempelai Pria akan datang kembali dari Sorga untuk menjemput kita. Bagaimanakah kesiapan kita? Bagaimanakah sikap kita dalam menyembah Allah yang kita nanti-natikan itu. Adakah kita setia dan senantiasa berjaga-jaga?

B.      ISI

Bagaimanakah sikap penyembahan kita kepada Allah yang Mahakuasa sebagai mempelai Sorga?

1.      Menjadikan Dia Raja di dalam hidup kita (ay. 6)

Yesus adalah Raja dan kita adalah hambaNya. Seorang hamba tidak berkuasa atas dirinya, ia sepenuhnya milik Raja. Apapun yang diperintahkan Raja maka ia wajib melakukannya. Maka dalam masa penantian kedatangan Sang Raja bahkan saat Dia datang kembali, mulut kita harus terus berkata: Haleluya ! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.

2.      Menjadikan Dia sebagai sumber sukacita hidup kita (ay. 7a-b)

Jika seorang calon pengantin pria sedang pergi merantau untuk berjuang mencari sesuap nasi dan sebongkah berlian, maka pengantin wanita akan setia menunggunya. Dia akan tetap bersukacita dan berbahagia dalam penantiannya, sebab cinta diantara keduanya akan dipersatukan dalam pernikahan kudus. Yesus pergi ke rumah Bapa untuk menyediakan tempat yang indah bagi kita, dan Dia berjanji akan datang kembali (Yoh. 14:2-3). Maka janganlah kita terlalu fokus pada dunia ini, sebab dunia takkan mampu memberi kita sukacita yang sejati. Dunia adalah unsur kebahagian, tetapi bukan sumber kebahagiaan. Jadiakan Yesus sebagai pusat penyembahan, maka sukacita akan terjadi meski ditengah penderitaan.

3.      Senantiasa siap sedia sebagai mempelai wanita sorga  (ay. 7c-d)

Dalam penglihatan Yohanes di Pulau Patmos, Pesta Pekawinan Anak Domba itu telah tiba. Dalam hidup kita hari ini, peristiwa itu akan segera tiba. Kapan waktunya? Tentang hari itu seorang pun tidak tahu (Mat. 24:36). Jadi, mari kita siap sedia dan berjaga-jaga (Mat. 24:42-44).

4.      Senantiasa hidup dalam kebenaran (ay. 8).

Seorang pengantin pria yang sedang pergi berjuang akan sangat kecewa, jika saat ia pulang ternyata calon pengantinnya tidak setia. Kita sebagai pengantin Kristus harus terus setia menantikan kedatanganNya. Jangan pernah mendua hati, sebab Allah kita adalah cemburu (Kel. 34:14). Dan Allah akan menyesal melihat kita hidup dengan perbuatan yang jahat (Kej. 6:7). Maka marilah kita terus berjuang hidup benar dan senantiasa menjaga kekudusan.

5.      Senantiasa hidup menghamba (ay. 10)

Maria berkata: Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu (Luk. 1:38). Maria tahu bahwa dalam situasi sulit yang ia hadapi, perkataan Tuhan adalah ya dan amin (ay. 9). Tetapi faktanya banyak hamba Tuhan yang lupa diri, mengaku hamba tetapi memposisikan diri sebagai tuan. Mengaku hamba tetapi yang ingin terjadi adalah maunya sendiri, bukan maunya Tuhan.

C.      PENUTUP

Mari jadikah seluruh hidup kita sebagai penyembahan kepada Allah, Raja yang Mahakuasa. Dia mempelai pengantin sorga yang akan datang kembali memenuhi janjiNya. Membawa kita ketempat kebahagiaan yang tiada tara dan untuk selama-lamanya. Amin.

No comments:

Post a Comment