Thema : Sembahlah Allah, Raja
Yang Mahakuasa
Nats : Why. 19:6–10
Oleh : Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.
A. PENDAHULUAN
Sebuah syair lagu mengatakan : Andai Engkau datang kembali,
jawaban apa yang kan kuberi. Jika dilihat dari sisi rohani, maka lagu ini
merupakan ungkapan seorang percaya dalam menantikan kedatangan Kristus yang
kedua kalinya. Dia akan datang untuk membawa kita menikmati pesta pernikahan
yang dalam penglihatan Yohanes di Pulau Patmos disebut Perjamuan Kawin Anak
Domba. Bahwa kita orang-orang percaya adalah mempelai wanita dan Yesus Kristus
sebagai mempelai Pria akan datang kembali dari Sorga untuk menjemput kita.
Bagaimanakah kesiapan kita? Bagaimanakah sikap kita dalam menyembah Allah yang
kita nanti-natikan itu. Adakah kita setia dan senantiasa berjaga-jaga?
B. ISI
Bagaimanakah sikap penyembahan kita kepada Allah yang Mahakuasa
sebagai mempelai Sorga?
1. Menjadikan Dia Raja di dalam hidup kita
(ay. 6)
Yesus adalah Raja dan
kita adalah hambaNya. Seorang hamba tidak berkuasa atas dirinya, ia sepenuhnya
milik Raja. Apapun yang diperintahkan Raja maka ia wajib melakukannya. Maka
dalam masa penantian kedatangan Sang Raja bahkan saat Dia datang kembali, mulut
kita harus terus berkata: Haleluya ! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa,
telah menjadi raja.
2. Menjadikan Dia sebagai sumber sukacita
hidup kita (ay. 7a-b)
Jika seorang calon pengantin
pria sedang pergi merantau untuk berjuang mencari sesuap nasi dan sebongkah
berlian, maka pengantin wanita akan setia menunggunya. Dia akan tetap
bersukacita dan berbahagia dalam penantiannya, sebab cinta diantara keduanya
akan dipersatukan dalam pernikahan kudus. Yesus pergi ke rumah Bapa untuk
menyediakan tempat yang indah bagi kita, dan Dia berjanji akan datang kembali
(Yoh. 14:2-3). Maka janganlah kita terlalu fokus pada dunia ini, sebab dunia
takkan mampu memberi kita sukacita yang sejati. Dunia adalah unsur kebahagian,
tetapi bukan sumber kebahagiaan. Jadiakan Yesus sebagai pusat penyembahan, maka
sukacita akan terjadi meski ditengah penderitaan.
3. Senantiasa siap sedia sebagai mempelai
wanita sorga (ay. 7c-d)
Dalam penglihatan
Yohanes di Pulau Patmos, Pesta Pekawinan Anak Domba itu telah tiba. Dalam hidup
kita hari ini, peristiwa itu akan segera tiba. Kapan waktunya? Tentang hari itu
seorang pun tidak tahu (Mat. 24:36). Jadi, mari kita siap sedia dan
berjaga-jaga (Mat. 24:42-44).
4. Senantiasa hidup dalam kebenaran (ay. 8).
Seorang pengantin pria
yang sedang pergi berjuang akan sangat kecewa, jika saat ia pulang ternyata
calon pengantinnya tidak setia. Kita sebagai pengantin Kristus harus terus
setia menantikan kedatanganNya. Jangan pernah mendua hati, sebab Allah kita adalah
cemburu (Kel. 34:14). Dan Allah akan menyesal melihat kita hidup dengan
perbuatan yang jahat (Kej. 6:7). Maka marilah kita terus berjuang hidup benar
dan senantiasa menjaga kekudusan.
5. Senantiasa hidup menghamba (ay. 10)
Maria berkata:
Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu (Luk.
1:38). Maria tahu bahwa dalam situasi sulit yang ia hadapi, perkataan Tuhan adalah
ya dan amin (ay. 9). Tetapi faktanya banyak hamba Tuhan yang lupa diri, mengaku
hamba tetapi memposisikan diri sebagai tuan. Mengaku hamba tetapi yang ingin terjadi
adalah maunya sendiri, bukan maunya Tuhan.
C. PENUTUP
Mari jadikah seluruh hidup kita sebagai penyembahan kepada
Allah, Raja yang Mahakuasa. Dia mempelai pengantin sorga yang akan datang
kembali memenuhi janjiNya. Membawa kita ketempat kebahagiaan yang tiada tara
dan untuk selama-lamanya. Amin.
No comments:
Post a Comment