Thursday, April 18, 2024

Pelayanan Yang Fokus

 

Thema            : Pelayanan Yang Fokus

Nats                : Kis. 6:1-7

Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.

 

1.      Apakah arti pelayanan yang fokus?

a.       Fokus artinya tindakan memusatkan perhatian terhadap sesuatu.

b.      Pelayanan yang fokus berarti suatu tindakan pelayanan yang dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Para rasul berkata: “dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan” (ay. 4). Bahwa dalam sebuah gereja (pelayanan) harus ditetapkan bagian masing-masing dan diharapkan fokus pada tugas yang sudah ditetapkan.

2.      Apakah saja fokus dalam sebuah pelayanan?

Yang menjadi fokus dalam sebuah pelayanan pastilah jiwa-jiwa (ay. 1). Setiap jiwa harus mendapat pelayanan yang maksimal ditengah-tengah sebuah persekutuan. Gereja sebagai organisasi memiliki 3 tugas utama yang sering disebut Tri Tugas Panggilan Gereja. Apakah itu?

a.       Koinonia (Persekutuan)

Koinonia berasal dari bahasa Yunani yaitu “Koinon”. Koinonein artinya bersekutu, Koinonos artinya teman (sekutu) dan Koinonia artinya persekutuan. Bahwa gereja merupakan persekutuan orang percaya. Pelayanan koinonia fokus pada bagian peribadahan yaitu doa dan pelayanan firman (ay. 4). Bahwa para rasul memiliki tanggung jawab untuk merancang dan mempersiapkan jalannya ibadah (persekutuan) dengan baik, sehingga seluruh jemaat bertumbuh dalam iman.

b.      Diakonia (Melayani)

Diakonia berasal dari bahasa Yunani yaitu “Diakoneo” yang artinya melayani. Melayani dalam hal ini bukan dalam arti melayani sebagai pengkhotbah, pemimpin pujian, pendoa syafaat, dll., tetapi lebih kepada melayani dalam hal sosial (ay. 1). Sering juga disebut pelayanan meja (ay. 2) yaitu mendengar dan menampung aspirasi jemaat yang membutuhkan perhatian dari gereja, mengadakan kujungan kepada jemaat, memperhatikan para janda dan anak-anak yatim (ay. 1b).

c.       Marturia (Bersaksi)

Marturia berasal dari bahasa Yunani yaitu “Martus atau Martur” yang berarti saksi. Saksi ini menyatakan apa yang telah ia lihat dan ketahui. Melalui kesaksian maka firman Allah semakin tersebar dan jumlah orang percaya semakin bertambah (ay. 7).  Dalam bahasa Inggris disebut “Martyr”  yang artinya seseorang yang membawa kesaksian melalui kematiannya. Stefanus adalah martir, ia terus bersaksi tentang Kristus sampai akhirnya ia di rajam batu sampai mati (Kis. 7:58-60).

3.      Bagaimanakah mempersiapkan pelayanan yang fokus?

Ketiga tugas paggilan gereja haruslah dilaksanakan dengan seimbang dan dikerjakan dengan fokus. Untuk itu diperlukan suatu persiapan dalam pelayanan yaitu:

a.       Mengadakan pertemuan sebelum pelayanan dimulai.

“Berhubung dengan itu keduabelas rasul itu memanggil semua murid berkumpul” (ay. 2). Mengapa mereka berkumpul? Tentu untuk membahas hal-hal terkait pelayanan yang akan dikerjakan.

b.      Menetapkan pelayan sesuai karunianya.

“Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan firman Allah untuk melayani meja” (ay. 2). Bahwa para rasul fokusnya adalah untuk doa dan pelayanan Firman (ay. 4). Sehingga akhirnya dipilihlah tujuh orang yang tepat untuk pelayanan sosial (ay. 3). Bahwa di tengah sebuah gereja idealnya ditetapkan pelayan sesuai dengan karunia yang ia miliki.

c.       Menetapkan pelayan yang memiliki karakter baik.

“pilihlah tujuh orang diantaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh  Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu” (ay. 3). Artinya penetapan janganlah sembarangan, baik bukan berarti tidak pernah melakukan kesalahan, tetapi yang dimaksudkan adalah orang yang sudah bertobat dan memiliki semangat untuk melayani Tuhan.

d.      Melibatkan jemaat dalam setiap keputusan yang diambil.

“Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat” (ay. 5). Walaupun keputusan bukan ditangan jemaat, tetapi semua jemaat harus terlibat dalam persiapan sebuah pelayanan yang baik. Akan selalu ada pro dan kontra ditengah jemaat tentang suatu keputusan dan jarang 100% dari jemaat akan setuju, tetapi itu tetap menjadi pertimbangan dan masukan bagi kemajuan pelayanan.

e.       Mendoakan tim pelayaan yang sudah ditetapkan.

“Lalu rasul-rasul itu pun berdoa dan meletakkan tangan diatas mereka” (ay. 6). Kita semua adalah manusia biasa yang butuh topangan agar tetap kuat mengerjakan pelayanan. Musa pun butuh topangan dari Harun dan Hur saat memimpin bangsa Israel berperang (Kej. 17:12).

 

4.      Hasil dari pelayanan yang fokus.

“Firman Allah semakin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah  banyak, juga sejumlah imam menyerahkan diri dan percaya” (ay. 7). Jika kita fokus dalam pelayanan, baik itu koinonia, diakonia dan marturia, maka akan berdampak bagi pertumbuhan jemaat baik secara kualitas maupun kuantitas.

 

 

Wednesday, April 17, 2024

Proses Pembentukan Iman

 

Thema            : Proses Pembentukan Iman

Nats                : Fil. 1:27

Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.

 

1.      Apakah arti proses pembentukan iman?

a.       Proses adalah urutan kejadian yang saling terkait dan secara bersama-sama mengubah masukan menjadi keluaran. Bagaimana seekor ulat berproses (berjuang) melalui beberapa tahapan sehingga akhirnya menjadi seekor kupu-kupu yang indah. Bahwa proses itu adalah suatu perjuangan sehingga menunju suatu hasil yang baik.

b.      Proses pembentukan iman berarti suatu perjuangan yang dilalui orang percaya dan diawali dengan mendengar berita injil (Fil. 1:27).  Kepada jemaaat di Roma Paulus berkata: Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus (Rm. 10:17)

 

2.      Bagaimanakah proses pembentukan iman?

Yakobus berkata bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong (Yak. 2:20). Bahkan lebih jauh dikatakan iman tanpa perbuatan adalah mati (Yak. 2:26). Hal ini menunjukkan bahwa iman itu bukan sesuatu yang instan tetapi suatu proses yang panjang yang dinyatakan melalui tindakan. Bagaimanakah proses iman seseorang terbentuk?

a.       Mau mendengar firman.

Kepada jemaat di Roma dan Filipi Paulus berkata bahwa iman timbul dari pendengaran akan firman atau berita Injil (Rm. 10:17, Fil. 1:27). Berfirmanlah Allah kepada Nuh (Kej. 6:13). Berfimanlah TUHAN kepada Abram (Kej. 12:1).

b.      Mempercayai firman.

“Sebab, kepada kamu dikaruniakan bukan untuk percaya saja kepada Kristus” (Fil. 1:29a). Saat TUHAN berfiman maka Abraham percaya saja walaupun itu sesuatu yang mustahil. “Lalu percayalah Abram kepada TUHAN” (Kej. 15:6).

c.       Melakukan firman

“Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus” (Fil. 1:27a). Saat seseorang melakukan firman yang telah didengar maka hidupnya akan berpadanan (selaras/sejalan) dengan Injil Kristus. “Lalu Nuh melakukan semuanya itu, tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya” (Kej. 6:22).   

 

3.      Contoh tindakan iman yang sudah mengalami proses ?

a.       Berdiri dengan teguh (Fil. 1:27)

Dari balik jeruji penjara Rasul Paulus menasihati jemaat di Filipi agar senantiasa teguh berdiri dalam iman. Bagi Paulus penjara adalah bagian dari proses iman, sebab penjara yang sesungguhnya adalah saat manusia hidup tanpa pengenalan akan Tuhan.

b.      Hidup dan mati untuk Tuhan (Fil. 1:20-21)

“Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku maupun oleh matiku”. Sebab bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Sebuah lagu “Mengikut Yesus Keputusanku” tercipta dari mulut seorang warga India bernama Nokseng yang menyaksikan dua anak dan isterinya di bunuh karena tidak mau menyangkal Yesus, bahkan ia sendiri akhirnya dibunuh oleh kepala suku sebuah kampung di India.

c.       Rela menderita untuk Tuhan (Fil. 1:29).

“melainkan juga untuk menderita bagi Dia”. Dalam perjalanan iman Paulus ia mengalami segudang penderitaan: dicambuk,  dipukul, didera, dilempari batu, kapal karam, diancam, kelaparan, tanpa pakaian, tidur tak nyaman (2 Kor. 11:24-27), dipenjara (Fil. 1:13). Tetapi dalam kesemuanya itu ia berkata: “Segala perkara dapat kutanggung….” (Fil. 4:13)

 

4.      Apakah hasil akhir proses iman yang mengalami pembentukan? Bermegah pada hari Kristus.

“sambil berpegang pada firman kehidupan, agar aku dapat bermegah pada hari Kristus, bahwa aku tidak percuma berlomba dan tidak percuma bersusah-susah”(Fi. 2:16). Mengapa bermegah? Karena nama kita tercantum dalam kitab kehidupan (Fil. 4:3). Bahkan Paulus berkata kepada Timotius bahwa telah tersedia mahkota kebenaran pada hari Tuhan (2 Tim. 4:8).

 

Wednesday, April 10, 2024

Berlindung Hanya Pada Allah

Thema            : Berlindung Hanya Pada Allah

Nats                : Maz. 5:1-13

Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.

 

 

1.      Apakah arti berlindung pada Allah?

a.       Menjadikan Allah sebagai tempat bernaung.

“Biarlah Engkau menaungi mereka” (ay. 21c). Bernaung berarti berada di bawah sesuatu untuk menghindari panas, hujan, dsb. Ketika bangsa Israel berjalan di padang gurun, Tuhan hadir sebagai tiang awan dan tiang api untuk menyertai mereka (Kel. 13:21)

b.      Menjadikan Allah sebagai perisai

“Engkau melindungi dia dengan kerelaanMu seperti perisai” (ay. 13b). Perisai adalah alat untuk melindungi diri pada masa peperangan dari serangan musuh. Samuel berkata: Adapun Allah, jalanNya sempurna; sabda TUHAN itu murni; Dia menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung padaNya (2 Sam. 22:31)

 

2.      Bagaimanakah cara Allah melindungi umatNya?

a.       Allah mendengar doa umatNya (ay. 2-4)

Sebuah pujian mengatakan “Dia hanya sejauh doa”. Artinya saat kita berseru, mengadu, dan menjerit dalam doa maka Allah akan mendengarkannya.

b.      Allah memberkati umatNya (ay. 8)

Sebuah pujian berkata “Aku diberkati, sepanjang hidupku diberkati”. Bahwa orang yang berlindung pada Tuhan akan diberkati sepanjang hidupnya. Bahkan berkat terbesarpun sudah Allah berikan. Apakah itu? Karya terbesar dalam hidupku, pengorbananMu yang s’lamatkanku.

c.       Allah memberikan sukacita kepada umatNya (ay. 12)

Sebuah pujian mengatakan “Sungai sukacitamu mengalir dalamku, oh Yes”. Saat kita mengikut Tuhan, maka sukacita akan senantiasa menyertai kita. Bukan karena tidak ada masalah. Rasul Paulus berkata kepada jemaat di Filipi “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan” (Fil. 4:4). Padahal saat itu ia sedang berada dalam penjara.

 

3.      Bagaimana sikap orang yang hanya berlindung pada Allah?

a.       Memulai hidup setiap hari di dalam doa (ay. 4a-b)

“TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku membentangkan isi hatiku kepadaMu”.

b.      Sabar menunggu jawaban doa (ay. 4c)

“dan aku menunggu-nunggu”. Doa yang kita sampaikan kepada Tuhan akan Tuhan jawab pada waktuNya. Abraham menantikan 25 tahun untuk memperoleh keturunan, bahkan untuk beroleh tanah perjanjian 400 tahun waktu dari Abraham sampai bangsa Israel tiba di Tanah Kanaan.

c.       Menjauhi kejahatan (ay. 5-7, 13)

Yesaya berkata bahwa tangan Tuhan tidak kurang panjang dan pendengaranNya tidak kurang tajam, tetapi kejahatan dan dosa kita yang akan menjadi penghalang berkat Tuhan bagi kita (Yes. 59:1-2).

d.      Senantiasa beribadah kepada Tuhan (ay. 8)

“aku masuk ke dalam rumahMu, sujud menyembah ke arah baitMu yang kudus”. Yosua berkata : “Aku dan seisi rumahku beribadah hanya kepada TUHAN” (Yos. 24:15).

e.       Senantiasa bersukacita (ay. 12).

Salomo berkata: Hati yang gembira membuat muka berseri-seri (Ams. 15:13), hati yang gembira adalah obat yang manjur (Ams. 17:22). Apapun masalahnya jadikah Yesus sebagai solusi hidup maka hati kita akan tenang.

 

Tenanglah kini hatiku Tuhan memimpin langkahku, ditiap saat dan kerja tetap kurasa tanganNya, Tuhanlah yang membimbingku tanganku dipegang teguh, hatiku berserah penuh tanganku dipegang teguh. Di malam yang gelap benar di taman indah dan segar di taufan dan di laut tenang tetap tanganku dipegang.

Friday, April 5, 2024

Prioritas Hidup Orang Percaya

 

Prioritas Hidup Orang Percaya

Oleh: Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.

 

Ishak memiliki 2 orang putera yaitu Esau bapa orang Edom dan Ishak bapa orang Israel. Sebagaimana Ismael dan Ishak bersaudara, tetapi Ishaklah yang ditetapkan sebagai penerus janji Allah kepada Abraham, demikian juga tentang Esau dan Yakub. Bahwa Yakublah yang ditetapkan Allah sebagai penerima janji Allah. Dalam hal ini Ribka memahami ketetapan Allah, sebab Allah berfirman kepadanya (Kej. 25:23). Sementara Ishak kurang peka dengan ketetapan Allah sehingga ia ingin memberkati Esau sebagai penerima berkat yang dijanjikan Allah kepada Abraham (Kej. 27:4). Tentu kita tidak sepakat dengan apa yang dilakukan Ribka yang menipu Ishak, demikian juga dengan sikap Yakub yang mengambil hak kesulungan Esau. Sebab Tuhan punya cara sendiri untuk menetapkan Yakub sebgai pewaris janji Allah kepada Abraham.

 

Terlepas dari polemik Ribka yang menipu Ishak, Ishak yang kurang peka dengan ketetapan Allah, Yakum mengambil hak keselungan Esau, sesungguhnya Esau tidak memiliki prioritas dalam hidupnya. Dengan kata lain fokus hidupnya bukan kepada hal yang utama. Ini terbukti dari beberapa sikap yang ia lakukan yaitu:

1.      Fokus hidupnya adalah pekerjaan

Apa pekerjaannya? (Kej. 25:27). Dia selalu fokus pada pekerjaannya sebagai pemburu di padang/hutan. Bekerja hingga lelah sepanjang hari (25:29). Sehingga tidak ada waktunya untuk duduk tenang di kemah. Sementara Yakub adalah seorang yang tenang dan banyak waktu berdiam di kemah (25:27). Petrus berkata bahwa orang yang tenang akan bisa berdoa dengan baik (1 Pet. 4:7)

2.      Fokus pada kebutuhan jasmani

Esau menukarkan hak kesulungannya hanya dengan semangkuk kacang merah dan sepotong roti (25:32). Sehingga Paulus dengan keras menegur orang-orang Ibrani agar tidak memiliki nafsu yang rendah seperti Esau (Ibr. 12:16). Sementara Ishak yang sudah berjerih lelah memasak bubur dan roti rela tak makan asalkan dapat hak kesulungan (25:34). 

3.      Menyepelekan hal-hal rohani.

Demikianlah Esau menyepelekan hak kesulungan itu (25:34). Ia juga sepele tentang berkat yang akan diterima dari Allah melalui orang tuanya. Tidak mau mencari tahu tentang berkat yang hanya berlaku untuk satu orang saja. Sehingga setelah ia tahu Yakub telah diberkati Ishak, maka berulang kali ia berkata: Ayah berikan lagi berkat yang lain kepadaku (26:34, 35 dan 38). Sementara Yakub serius dengan perkara rohani, sampai ia meminta Esau bersumpah tentang hak kesulungan itu (25:33). Dan ia belajar tentang janji Allah kepada Abraham, bahwa hanya berlaku untuk satu orang saja, sehingga ia menuruti semua perintah Ribka demi mendapat berkat itu.

 

Jadi, jika akhirnya melalui suatu proses “tipu muslihat” Yakub yang diberkati oleh Ishak, maka sesungguhnya dialah yang layak mendapatkan berkat itu. Karena ia tahu prioritas dan fokus hidupnya. Dalam hal ini kita tidak sedang mengatakan bahwa boleh melakukan cara yang salah dalam mendapatkan berkat. Tetapi lebih kepada prioritas hidup kita jangan mengikuti pola pikir Esau yang mengabaikan perkara rohani. Dan sekarang kita harus sungguh menyadari bahwa kitalah penerima janji Allah kepada Abraham melalui Yesus Kristus yang telah menebus hidup kita. Sehingga fokus hidup kita jelas. Jika untuk hal-hal dunia yang akan binasa pun kita bekerja sekeras-kerasnya, tidakkah kita harus lebih keras lagi bekerja untuk hal yang kekal? Mari terus beritakan Injil kepada setiap orang, agar mereka juga berhak menerima janji Abraham seperti kita. Tuhan Yesus memberkati.