Prioritas
Hidup Orang Percaya
Oleh:
Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.
Ishak
memiliki 2 orang putera yaitu Esau bapa orang Edom dan Ishak bapa orang Israel.
Sebagaimana Ismael dan Ishak bersaudara, tetapi Ishaklah yang ditetapkan
sebagai penerus janji Allah kepada Abraham, demikian juga tentang Esau dan
Yakub. Bahwa Yakublah yang ditetapkan Allah sebagai penerima janji Allah. Dalam
hal ini Ribka memahami ketetapan Allah, sebab Allah berfirman kepadanya (Kej.
25:23). Sementara Ishak kurang peka dengan ketetapan Allah sehingga ia ingin
memberkati Esau sebagai penerima berkat yang dijanjikan Allah kepada Abraham
(Kej. 27:4). Tentu kita tidak sepakat dengan apa yang dilakukan Ribka yang
menipu Ishak, demikian juga dengan sikap Yakub yang mengambil hak kesulungan
Esau. Sebab Tuhan punya cara sendiri untuk menetapkan Yakub sebgai pewaris
janji Allah kepada Abraham.
Terlepas
dari polemik Ribka yang menipu Ishak, Ishak yang kurang peka dengan ketetapan Allah,
Yakum mengambil hak keselungan Esau, sesungguhnya Esau tidak memiliki prioritas
dalam hidupnya. Dengan kata lain fokus hidupnya bukan kepada hal yang utama.
Ini terbukti dari beberapa sikap yang ia lakukan yaitu:
1.
Fokus
hidupnya adalah pekerjaan
Apa pekerjaannya? (Kej. 25:27).
Dia selalu fokus pada pekerjaannya sebagai pemburu di padang/hutan. Bekerja hingga
lelah sepanjang hari (25:29). Sehingga tidak ada waktunya untuk duduk tenang di
kemah. Sementara Yakub adalah seorang yang tenang dan banyak waktu berdiam di
kemah (25:27). Petrus berkata bahwa orang yang tenang akan bisa berdoa dengan
baik (1 Pet. 4:7)
2.
Fokus pada
kebutuhan jasmani
Esau menukarkan hak kesulungannya
hanya dengan semangkuk kacang merah dan sepotong roti (25:32). Sehingga Paulus
dengan keras menegur orang-orang Ibrani agar tidak memiliki nafsu yang rendah
seperti Esau (Ibr. 12:16). Sementara Ishak yang sudah berjerih lelah memasak
bubur dan roti rela tak makan asalkan dapat hak kesulungan (25:34).
3.
Menyepelekan
hal-hal rohani.
Demikianlah Esau menyepelekan hak
kesulungan itu (25:34). Ia juga sepele tentang berkat yang akan diterima dari
Allah melalui orang tuanya. Tidak mau mencari tahu tentang berkat yang hanya
berlaku untuk satu orang saja. Sehingga setelah ia tahu Yakub telah diberkati
Ishak, maka berulang kali ia berkata: Ayah berikan lagi berkat yang lain kepadaku
(26:34, 35 dan 38). Sementara Yakub serius dengan perkara rohani, sampai ia
meminta Esau bersumpah tentang hak kesulungan itu (25:33). Dan ia belajar
tentang janji Allah kepada Abraham, bahwa hanya berlaku untuk satu orang saja,
sehingga ia menuruti semua perintah Ribka demi mendapat berkat itu.
Jadi, jika
akhirnya melalui suatu proses “tipu muslihat” Yakub yang diberkati oleh Ishak,
maka sesungguhnya dialah yang layak mendapatkan berkat itu. Karena ia tahu
prioritas dan fokus hidupnya. Dalam hal ini kita tidak sedang mengatakan bahwa
boleh melakukan cara yang salah dalam mendapatkan berkat. Tetapi lebih kepada
prioritas hidup kita jangan mengikuti pola pikir Esau yang mengabaikan perkara
rohani. Dan sekarang kita harus sungguh menyadari bahwa kitalah penerima janji
Allah kepada Abraham melalui Yesus Kristus yang telah menebus hidup kita.
Sehingga fokus hidup kita jelas. Jika untuk hal-hal dunia yang akan binasa pun
kita bekerja sekeras-kerasnya, tidakkah kita harus lebih keras lagi bekerja
untuk hal yang kekal? Mari terus beritakan Injil kepada setiap orang, agar
mereka juga berhak menerima janji Abraham seperti kita. Tuhan Yesus memberkati.
No comments:
Post a Comment