Thursday, June 29, 2017

Meneladani Ayub

Thema             : Meneladani Ayub
Oleh                : Ev. Nelson Sembiring, S.Pd., M.Th©.
                       
A.   PENDAHULUAN
Ada pepatah mengatakan “Gajah mati meninggalkan gading” atau “Harimau mati belang” dan sejajar dengan itu dikatakan “Manusia mati meninggalkan nama”. Apakah arti pepatah itu? Sesuatu yang menjadi ingatan bagi orang lain tentang seseorang yang telah tiada, apakah kebaikannya maupun keburukannya. Tentu jika seseorang menyelesaikan perjalanan hidupnya dengan kebaikan  maka itu akan menjadi suatu teladan yang akan di kenang orang sepanjang masa. Ayub adalah salah satu dari sekian banyak tokoh yang memulai dan mengakhiri hidupnya dengan kehidupan rohani yang baik, sehingga banyak orang Kristen yang mengaggumi dia.

B.   ISI
Apakah sikap/cara hidup Ayub yang layak kita teladani?
1.      Hidup saleh dan jujur/takut akan Tuhan (Ayub 1:1)
Sebagai anggota di tengah-tengah masyarakat yang tidak mengenal Tuhan tidak mudah bagi Ayub untuk hidup saleh dan jujur.
2.      Sangat peduli dengan kerohanian anak-anaknya (Ayub 1:5)
Sebagai orang tua Ayub sangat peduli dengan kerohanian anak-anaknya, sebab ia tahu bahwa orang tua sangat bertanggung jawab dengan kerohanian anak-anak dan orang tua yang tidak mengajarkan Firman Tuhan/menyesatkan anak-anak akan mendapatkan hukuman dari Tuhan (Mat 18:6). Dan di tangan orangtua masa depan anak-anak sangat ditentukan (Maz. 127:3-4). Orangtua yg mengasihi anak-anaknya harus mendisiplin anak-anaknya saat melakukan kesalahan (Amsal23:13-14)
3.      Tidak pernah menyalahkan siapa pun (Tuhan) dalam setiap masalah yang ia hadapi (Ayub 1:21-22). Sebagai seorang hamba yang taat sepertinya wajar jika Ayub mempertanyakan kesetiaan Tuhan dalam hidupnya. Masalah yang begitu besar seharusnya membuat Ayub bertanya, Tuhan mengapa Engkau sekejam ini terhadapku padahal aku hidup sesuai dengan kehendakmu?
4.      Bersikap tegas sebagai suami (Ayub 2:10)
Sebagai seorang suami/isteri dalam suatu rumah tangga kita harus memiliki sikap yang tegas untuk perkara-perkara rohani. Sebab oleh karena ketidaktegasan Adam dan Abraham terhadap isteri merekalah perjalanan hidup umat manusia semakin berliku-liku. Apalagi jika kedua-duanya sepakat untuk mengecewakan Tuhan maka akan dating malapetaka dalam keluarga (Ananias dan Safira, KPR 5:1-2)
5.      Tidak membenci ketiga sahabatnya Elifaz, Bildad dan Zofar yang menudunhya melakukan dosa sehingga Tuhan menghukumnya (Ayub 18, 20 dan 22; Ayug 26:1-4).
6.      Tetap percaya bahwa Tuhan punya rencana yang baik dalam hidupnya (Ayub 42:2)

C.   KESIMPULAN

Tidak mudah untuk memiliki iman yang sekelas dengan Ayub tetapi saat kita terus belajar Firman Tuhan maka setidaknya kita dapat bertahan dalam menghadapi situasi-situasi yang terkadang tidak mudah untuk kita jalani. Biarlah kita meneladani Ayub dalam menghadapi setiap permasalahan yang Tuhan izinkan untuk kita alami dalam kehidupan ini. Tuhan Yesus memberkati. AMIN.

1 comment: