Thema : Meneladani Ayub
Oleh : Ev. Nelson Sembiring, S.Pd.,
M.Th©.
A.
PENDAHULUAN
Ada pepatah mengatakan “Gajah
mati meninggalkan gading” atau “Harimau
mati belang” dan sejajar dengan itu dikatakan “Manusia mati meninggalkan nama”. Apakah arti pepatah itu? Sesuatu
yang menjadi ingatan bagi orang lain tentang seseorang yang telah tiada, apakah
kebaikannya maupun keburukannya. Tentu jika seseorang menyelesaikan perjalanan
hidupnya dengan kebaikan maka itu akan
menjadi suatu teladan yang akan di kenang orang sepanjang masa. Ayub adalah
salah satu dari sekian banyak tokoh yang memulai dan mengakhiri hidupnya dengan
kehidupan rohani yang baik, sehingga banyak orang Kristen yang mengaggumi dia.
B.
ISI
Apakah
sikap/cara hidup Ayub yang layak kita teladani?
1.
Hidup saleh dan jujur/takut akan Tuhan (Ayub
1:1)
Sebagai anggota di tengah-tengah masyarakat yang tidak
mengenal Tuhan tidak mudah bagi Ayub untuk hidup saleh dan jujur.
2.
Sangat peduli dengan kerohanian anak-anaknya
(Ayub 1:5)
Sebagai orang tua Ayub sangat peduli dengan kerohanian
anak-anaknya, sebab ia tahu bahwa orang tua sangat bertanggung jawab dengan
kerohanian anak-anak dan orang tua yang tidak mengajarkan Firman
Tuhan/menyesatkan anak-anak akan mendapatkan hukuman dari Tuhan (Mat 18:6). Dan
di tangan orangtua masa depan anak-anak sangat ditentukan (Maz. 127:3-4). Orangtua
yg mengasihi anak-anaknya harus mendisiplin anak-anaknya saat melakukan
kesalahan (Amsal23:13-14)
3.
Tidak pernah menyalahkan siapa pun (Tuhan) dalam
setiap masalah yang ia hadapi (Ayub 1:21-22). Sebagai seorang hamba yang taat
sepertinya wajar jika Ayub mempertanyakan kesetiaan Tuhan dalam hidupnya.
Masalah yang begitu besar seharusnya membuat Ayub bertanya, Tuhan mengapa
Engkau sekejam ini terhadapku padahal aku hidup sesuai dengan kehendakmu?
4.
Bersikap tegas sebagai suami (Ayub 2:10)
Sebagai seorang suami/isteri dalam suatu rumah tangga kita
harus memiliki sikap yang tegas untuk perkara-perkara rohani. Sebab oleh karena
ketidaktegasan Adam dan Abraham terhadap isteri merekalah perjalanan hidup umat
manusia semakin berliku-liku. Apalagi jika kedua-duanya sepakat untuk
mengecewakan Tuhan maka akan dating malapetaka dalam keluarga (Ananias dan
Safira, KPR 5:1-2)
5.
Tidak membenci ketiga sahabatnya Elifaz, Bildad
dan Zofar yang menudunhya melakukan dosa sehingga Tuhan menghukumnya (Ayub 18,
20 dan 22; Ayug 26:1-4).
6.
Tetap percaya bahwa Tuhan punya rencana yang
baik dalam hidupnya (Ayub 42:2)
C.
KESIMPULAN
Tidak mudah untuk memiliki iman yang sekelas dengan Ayub
tetapi saat kita terus belajar Firman Tuhan maka setidaknya kita dapat bertahan
dalam menghadapi situasi-situasi yang terkadang tidak mudah untuk kita jalani.
Biarlah kita meneladani Ayub dalam menghadapi setiap permasalahan yang Tuhan
izinkan untuk kita alami dalam kehidupan ini. Tuhan Yesus memberkati. AMIN.
Ayub adalah pahlawan iman.
ReplyDelete