Thursday, May 2, 2019

Doktrin GKRI Tentang Allah


Thema             : Doktrin GKRI Tentang Allah
Nats                 : Yoh. 20:28
Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.
A.    PENDAHULUAN
Berbicara tentang Allah bukan perkara sukar atau mudah, sebab seberapa fasihpun seseorang mengolah kata untuk menyampaikan berita tentang Allah jika Allah sendiri tidak berbicara kepadanya maka berita yang ia sampaikan tidak akan bermanfaat atau berlalu begitu saja. Sebaliknya sesederhana apapun bahasa seseorang berbicara tentang Allah jika Allah berkenan kepadanya maka beritanya akan membawa dampak bagi orang yang mendengarnya. Ini berarti bahwa seseorang yang ingin berbicara tentang Allah hendaklah ia berbicara sejauh Allah berbicara kepadanya. Allah berbicara melalui firmanNya, oleh karena itu seseorang yang ingin berbicara tentang Allah harus menjadikan Alkitab sebagai sumber utama. Sebagai umat Allah melalui wadah GKRI, maka kita harus memiliki pemahaman yang benar tentang Allah yang kita sembah. Mari belajar tentang Allah sejauh mana Ia mengizinkan kita untuk mengenalnya dalam bahasa manusia.
B.     ISI
GKRI sebagai satu gereja beraliran Injili selalu mengembalikan segala sesuatu kepada apa yang dikatakan dalam Alkitab. Artinya, bahwa segala ajaran (doktrin) yang di ajarkan selalu bersumber dari Alkitab sebagai satu-satunya wahyu Allah (2 Tim. 3:16). Bagaimanakah ajaran GKRI tentang Allah?
1.      Nama/panggilan untuk Allah dalam PL.
a.       El, Eloah : Allah yang perkasa (Kej. 7:1, Yes. 9:6), Elohim : Allah Pencipta, Perkasa dan Kuat (Kej. 17:7, Yer. 31:33). Bentuk Jamak dari Eloah yang mendukung doktrin Tritunggal (Kej. 1). El Shaddai : Allah Yang Mahakuat, Pelindung Yakub (Kej. 49:24), EL ELYON: “Paling Tinggi” (Ul 26:19), EL ROI: “Allah yang Melihat” (Kej 16:13), EL-OLAM: “Allah Kekal” (Maz 90:1-3), EL-GIBHOR: “Allah yang Perkasa” (Yes 9:6).
b.      YHWH/YAHWEH/JEHOVAH : TUHAN (Ul. 6:4, Dan. 9:14), secara tegas, merupakan satu-satunya nama yang pantas untuk Allah. Terjemahan dalam Alkitab bahasa Inggris “LORD”/“TUHAN”. Untuk sebutan YAHWEH banyak digunakan seperti: YAHWEH-JIREH: “TUHAN menyediakan” (Kej 22:14), YAHWEH-RAPHA: “Tuhan Yang Menyembuhkan” (Kel 15:26), YAHWEH-NISSI: “Tuhanlah panji-panjiku” (Kel 17:15), YAHWEH-M'KADDESH: "Tuhan yang Menguduskan" (Im 20:8), YAHWEH-SHALOM: “TUHAN itu keselamatan” (Hak 6:24), YAHWEH-ELOHIM: “TUHAN Allah” (Kej 2:4), Tuhan diatas segala Tuhan, YAHWEH-TSIDKENU: “TUHAN keadilan kita” (Yer 33:16), YAHWEH-ROHI: “TUHAN adalah gembalaku” (Maz 23:1), YAHWEH-SHAMMAH: “TUHAN hadir disitu” (Yeh 48:35), YAHWEH-SABAOTH: “TUHAN semesta alam” (Yes 1:24),
c.       Adonai : Tuhan (Kej. 15:12) digunakan untuk menyebut YHWH, yang oleh bangsa Yahudi dianggap terlalu suci untuk diucapkan oleh manusia berdosa.
2.      Nama/panggilan untuk Allah dalam PB
a.       "Theos" ( Mrk. 5:7), merupakan nama Allah dalam Perjanjian Baru (Yunani) yang mempunyai bentuk setara dengan nama Allah dalam Perjanjian Lama "El", "Elohim", dan "Elyon" (Ibrani).
b.      “Kurios/Kyrios (Mat. 8:6)merupakan nama Allah dalam Perjanjian Baru (Yunani) yang setara dengan nama Allah dalam Perjanjian Lama “YHWH”
c.       Bapa/Pater. Allah juga disebut dengan nama "Bapa" dalam Perjanjian Baru. Nama "Bapa" dipakai untuk menunjuk Keilahian. Dalam Perjanjian Lama, kata ini dihubungkan dengan sifat hubungan antara Allah dan Bangsa Israel.
3.      Yesus adalah Tuhan dan Allah
a.       Yesus adalah ALLAH
Dalam kegiatan-kegiatan ibadah, KKR, dll. sering seorang pembawa acara bertanya :”Siapa nama Allah kita? Maka serentak jemaat menjawab: YESUS, dan pembawa acara berkata: AMIN. Sekilas sepertinya tidaka ada sesuatu yang keliru dalam hal ini. Tetapi jika kita kaji lebih jauh, maka ada kekeliruan di dalamnya. Yesus bukanlah nama Allah. Nama Allah adalah “YAHWEH” (Ul. 6:4)
dx'(a, Ÿhw"ïhy> WnyheÞl{a/ hw"ïhy> lae_r"f.yI [m;Þv.. Jadi Apakah Yesus bukan Allah? Yesus itu nama siapa?
·      Sebagai Firman Allah, Yesus adalah Allah (Yoh. 1:1)
“Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” (Yoh. 1:1). Jadi sebagai Firman Allah, Yesus sudah ada sebelum dunia ini dijadikan. Sebab Oleh Firman-lah segala sesuatu dijadikan (Kej. 1:1-3, Maz. 33:6a).
·      Firman yang bersama-sama dengan Allah turun ke dunia menjadi manusia (Yoh. 1:14). Ketika ia lahir sebagai manusia ia dinamai Yesus. Malaikat Tuhan datang dalam mimpi Yusuf  dan berkata: “Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." (Mat. 1:21). Jadi, Yesus adalah nama Firman Allah yang telah menjadi manusia.
b.      Adakah perbedaan Allah dengan Tuhan? Secara umum itu dianggap sama yang artinya: Pencipta Alam semesta. Namun secara tata bahasa memiliki perbedaan makna:
·         Allah artinya “Yang disembah”. Maka kita sering berkata: “Allah yang kami sembah di dalam nama Tuhan Yesus”
·         Tuhan artinya “Yang berkuasa”. Yesus berkata dalam Matius 8:28 ”Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.
Yesus adalah Tuhan artinya Dialah yang berkuasa atas atas segala sesuatu. (Tuan di atas segala tuan). Jadi Tuhan adalah suatu jabatan yang diberikan kepada Yesus. Siapakah yang memberikan? “Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus." (KPR 2:36). Jabatan Tuhan (yang berkuasa) dan Kristus (yang diurapi) diberikan oleh Allah kepada Yesus didalam kemanusiaanNya yang dimuliakan.
C.     KESIMPULAN
Mari terus belajar semakin mengenal Allah, Allah memang lintas ruang dan waktu tetapi Allah bekerja dalam ruang dan waktu. Allah bekerja dalam hati orang yang datang kepadaNya, mari sediakan hati kita untuk terus belajar semakin mengenalnya. Belajar tentang Allah tidak harus menunggu kita sampai masuk sekolah teologi. Setiap saat kita dapat belajar tentang Dia. AMIN.

Doktrin GKRI Tentang Alkitab


Thema             : Doktrin GKRI Tentang Alkitab
Nats                 : 2 Tim. 3:10-17
Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.
A.      PENDAHULUAN
Seorang pengamat politik bernama Rocky Gerung membuat sebuah pernyataan yang kontroversial dengan mengatakan bahwa “Kitab Suci Adalah Fiksi”. Memang dia tidak secara spesifik menyebutkan kitab suci agama mana, apakah Al-Qur’an, Alkitab, Tripitaka, atau Weda. Namun, sebagai seorang yang secara identitas beragama Kristen, maka kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa bagi Rocky Gerung “Alkitab adalah suatu karya fiksi”. Apakah arti fiksi? Menurut KBBI Fiksi artinya : Cerita rekaan (Novel, roman, dll); rekaan, khayalan, tidak berdasarkan kenyataan; pernyataan yang hanya berdasarkan khayalan atau pikiran. Oleh karena pernyataan Rocky Gerung tersebut, saat ini dia sedang dituntut dihadapan hukum. Ternyata jauh sebelum pernyataan Rocky Gerung, seorang tokoh bernama Thomas Paine melakukan hal yang sama. Di tahun 1887 Thomas Paine yang adalah seorang imigran ke Amerika mencapai puncak kemasyhurannya karena karya-karnya tulisnya yang luar biasa. Tetapi semua berakhir dengan tragis ketika ia menulis sebuah buku berjudul “The Age of Reason” yang di dalamnya meramalkan tentang kehancuran Alkitab dengan mengukapkan bahwa Alkitab sebagai mitos dan legenda belaka. Tulisan itu membuat semua penggemarnya menjauhinya bahkan melawannya sampai akhir hidupnya. Bagaimana dengan kita sebagai orang percaya yang berada dalam wadah GKRI??
B.       ISI
GKRI sebagai satu gereja beraliran Injili selalu mengembalikan segala sesuatu kepada apa yang dikatakan dalam Alkitab. Artinya, bahwa segala ajaran (doktrin) yang di ajarkan selalu bersumber dari Alkitab sebagai satu-satunya wahyu Allah (2 Tim. 3:16). Bagaimanakah ajaran GKRI tentang Alkitab?
1.      Nama-nama lain dari Alkitab: Hukum Taurat (Ul. 1:5), Taurat TUHAN (Maz. 1:2), Kitab Suci (Mat. 21:421), Perintah Allah (Mat. 15:3), Firman Allah (Bil. 24:15-16), Segala Tulisan (2 Tim. 3:16), Kitab Para Nabi (Mat. 5:17).  Semua nama ini dapat kita gunakan untuk menunjuk kepada Alkitab, namun secara umum kita selalu menyebutnya ALKITAB.
2.      Asal Usul Alkitab
a.        Sumber : Dari Allah sendiri (2 Tim. 3:16, 2 Pet. 1:20-21), kita meyakini jumlah kitab yang di wahyukan Allah (setelah dibuat sistem kanon) ada sebanyak 66 kitab (39 PL dan 27 PB). Artinya jika kemudian ada ajaran yang menambahkannya maka kita memastikan itu bukan bersumber dari Allah.
b.      Penulis : Para Nabi dan Rasul, setelah para nabi dan rasul menulis kitab suci maka tidak ada lagi yang mendapatkan wahyu untuk menulis kitab suci walaupun ada keyakinan bahwa Paus (pimpinan umat Khatolik) juga mendapatkan wahyu dari Allah.
c.       Bahan: Kertas Papirus (berasal dari satu jenis tanaman dipinggir-pinggir sungai dan danau di wilayah Mesir dan Syria). Sedangkan Alat tulisnya pena buluh (dari tanaman Junncur Maritimus) dan pena besi (stillus)
3.      Sikap terhadap Alkitab.
a.       Memegangnya sebagai suatu kebenaran (2 Tim. 3:14). Artinya, walaupu ada pihak yang mencoba mengaburkan tentang keberadaan Alkitab, kita tetap berpegang bahwa Alkiktab adalah kebenaran.
b.      Selalu belajar semakin mengenal Alkitab bahkan mengenalkannya kepada anak-anak kita sejak ia masih kecil (2 Tim. 3:14).
c.       Tidak menafsirkannya secara sembarangan tanpa tuntunan Roh Kudus (2 Pet. 1:20-21)
d.      Tidak menambah dan mengurangi isi Alkitab (Wahyu 22:18-19). Sebab akan mendatangkan malapetaka bagi orang yang menambah dan menguranginya seperti Rocky Gerung dan Thomas Paine.
4.      Manfaat Alkitab bagi orang Percaya.
Bagi orang percaya Alkitab adalah sumber dari segala sumber ilmu untuk menuntun kehidupan di dunia ini. Tapi secara rinci Paulus berkata kepada Timotius bahwa Alkitab bermanfaat untuk:
a.       Memberi hikmat (ay. 14)
b.      Menuntun kepada keselamatan (ay. 14)
c.       Mengajar (ay. 16)
d.      Menyatakan kesalahan (ay. 16)
e.       Memperbaiki kelakuan (ay. 16)
f.       Mendidik orang dalam kebenaran (ay. 16)
g.      Memperlengkapi untuk berbuat baik (ay. 17)
C.       KESIMPULAN
Alkitab adalah kebenaran sejati, seberapa besarpun kekuatan yang ingin menggagalkan kebenarannya akan menemui kehancuran. Seberapa banyakpun orang mengatakan kesalahannya takkan pernah merubah kebenaran yang terkandung di dalamnya. Mari berpegang teguh pada Alkitab sebagai Firman Allah yang menyelamatkan.

Kuatir, Bolehkah??


Thema             : Kuatir, Bolehkah??
Nats                 : Matius 6 : 25 – 33
Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.

A.      PENDAHULUAN
Dapat dipastikan bahwa semua orang pernah mengalami perasaan kuatir. Perasaan kuatir adalah sesuatu yang alamiah dan manusiawi tetapi tidak berarti bahwa itu sesuatu yang biasa-biasa namun sebaliknya sangat mengganggu kehidupan setiap orang. Sebagai orang percaya “pernah kuatir” adalah sesuatu yang dapat dimaklumi, tetapi jika “terus-menerus kuatir” maka ada hal yang perlu di perbaiki. Mengapa perlu diperbaiki?? Sebab rasa kuatir secara terus-menerus akan merusak sendi-sendi kehidupan rohani seorang Kristen. Betapa tidak baiknya hati yang selalu dipenuhi rasa kuatir sehingga Tuhan Yesus mengingatkan dalam perikop ini sebanyak 4 kali agar kita “Jangan kuatir” (ay. 25, 31, dan 34). Bahkan sejajar dengan rasa kuatir yaitu takut, di dalam seluruh Alkitab terdapat 365 kali kalimat “Jangan Takut”. Ini artinya bahwa setiap hari selama satu tahun Tuhan mengingatkan kita supaya jangan takut menjalani kehidupan ini. Jadi, bolehkah kuatir?? Kita tidak dapat melarang hati ini untuk tidak kuatir saat berada pada situasi sulit tetapi kita memiliki pilihan untuk berpegang pada janji Tuhan yang berkata “Janganlah kamu kuatir”, artinya Tuhan yg berperkara atas hidup kita.
B.       ISI
1.      Arti kuatir.
Menurut KBBI kuatir adalah takut (gelisah, cemas) thd suatu hal yang belum diketahui dengan pasti. Kata kauatir dalam bahasa YUNANI adalah "MERIMNAO", artinya "menarik ke dua arah yang berlawanan". Di kala kita kuatirseakan-akan kita ditarik ke arah 2 kutub yang berseberangan,  satu ke arah pengharapan dan satu lagi ke arah ketakutan.
2.      Hal yang sering dikuatirkan
a.       Kebutuhan hidup (ay. 25 dan 31) yaitu meliputi: makan/minum dan pakaian atau dalam bahasa sosial kita kenal dengan istilah “sandang, pangan dan papan”.
b.      Masa depan atau hari esok (ay. 34). Kita semua ingin memiliki masa depan yang baik, tetapi mengkuatirkan hari esok sama dengan menghilangkan kebahagiaan hari ini dan menambah suram masa depan. Ingat janji Tuhan dalam Yer. 29:11 tentang masa depan yang penuh harapan.
3.      Mengapa seseorang kuatir
a.       Tidak memahami cara kerja Tuhan (ay. 26, 28 dan 29). Dalam ayat-ayat ini dijelaskan bahwa tumbuhan dan hewan pun Tuhan pelihara, apalagi kita (manusia) yang nyawaNya sendiri pun Ia berikan untuk kita. Tapi sering kita gagal memahami cara Tuhan memelihara hidup kita.
b.      Kurang percaya (ay. 30). Mudah mulut kita mengangkat pujian: Aku percaya, Tuhanku ajaib Kau turun tangan memulihkanku ... Tapi menjalani realitanya tidak semudah menyanyikan lagu itu. Amsal 3:5 berkata: Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu .....
c.       Tidak/kurang mengenal Allah (ay. 32). Kita tahu nama Tuhan kita, dimana Ia dilahirkan, siapa nama ibuNya, dsb. Tapi sesungguhnya banyak diantara kita yang tidak mengenal Dia. Sehingga muridNya sendiri berkata: Orang apakah Dia ini sehingga angin dan danau pun taat kepadaNya? (Mat. 8:27).
4.      Solusi mengatasi kekuatiran
a.       Dengarkan nasehat Tuhan Yesus yang berkata “Jangan Kuatir” (ay. 25, 31, dan 34). Andaikata seorang presiden berkata kepada kita: Jangan kuatir tentang semua kebutuhanmu dan juga masa depanmu, maka pasti kita merasa nyaman. Tidakkah Tuhan Yesus melebihi presiden?
b.      Mengutamakan perkara rohani (ay. 33). Tuhan ingin kita mengutamakan sumber berkatnya bukan berkatnya. Sebab, ketika seseorang lebih fokus kepada berkat dari pada sumbernya maka selalu berakhir dengan masalah, tetapi saat seseorang lebih fokus kepada sumber berkatnya maka ia dapat menikmati berkat itu bahkan menjadi berkat bagi orang lain.
c.       Berpikir sederhana/simpel (ay. 34b). Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari bukan berarti tidak memikirkan hari esok, tetapi meyakini hari esok ada dalam genggaman Tuhan yang menjadikan hari esok untuk kita jalani.
C.       KESIMPULAN
Mari carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya akan ditambahkan kepada kita. Salomo berkata: “Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya” (Amsal 10:22). Jadikan rasa kuatir sebagai bukti ketidakmampuan dan kebergantungan kita sepenuhnya kepada Tuhan Sang Pemilik kehidupan kita. Tuhan Yesus memberkati. AMIN.

Teologi GKRI Tentang Turunnya Roh Kudus


                                                Thema             : Teologi GKRI Tentang Turunnya Roh Kudus
                                                Nats                 : KPR 2:1-4
                                                Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.
A.      PENDAHULUAN
Kematian, kebangkitan, kenaikan Kristus ke sorga dan turunnya Roh Kudus adalah serangkaian peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan ke-Kristen-an, dimana peristiwa ini terjadi dalam waktu yang sangat berdekatan. Dalam serangkaian peristiwa ini kita dapat melihat bahwa Allah yang kita sembah tidak pernah lalai dengan janjiNya (2 Pet. 3:9). Dia berjanji kepada para murid bahwa pada hari yang ke-3 Dia akan bangkit dan itu terbukti. Dia juga berjanji kepada para murid bahwa setelah Ia naik ke sorga maka ia akan meminta kepada Bapa untuk mengirim Roh Kudus sebagai penolong bagi para murid (Yoh. 14:16-17). Dan tepat pada hari Pentakosta Yesus menepati janjiNya dimana Roh Kudus turun memenuhi para murid (KPR 2:2). Dan satu janjiNya yang terakhir bahwa Ia akan datang kembali (Why. 22:20). Biarlah dalam menanti kedatanganNya kita tetap berpegang pada kebenaran, itulah Firman Tuhan yang menjadi tolak ukur kehidupan kita dalam wadah GKRI yang Tuhan anugerahkan bagi kita. Apakah yang dikatakan Alkitab tentang Turunnya Roh Kudus?    
B.       ISI
1.   Sekilas pertanyaan dan pernyataan seputar Roh Kudus dari kalangan non Kristen.
a.    Dari kalangan Muslim: Siapakah yang dijanjikan Nabi Isa (Yesus) ketika Ia akan terangkat ke sorga?
Menurut mereka bahwa yang dijanjikan oleh Yesus adalah seorang nabi. Kata “Penolong” (Yoh. 14:16) yang dalam bahasa Yunani disebut “Parakletos” yang artinya “Penghibur/Penolong” oleh mereka huruf vokalnya : a, a, e, o diganti dengan e, i, i, o sehingga menjadi “Periklitos” yang artinya “terpuji/yang termasyur” dan kata terpuji dalam bahasa Arab disebut “Ahmad/Mahmud/Muhammad” sehingga dengan yakin mereka mengatakan bahwa yang dijanjikan Yesus itu adalah seorang nabi dan dialah nabi terakhir yaitu Nabi Muhammad.
Jawaban: Bahasa Ibrani dan Arab adalah bahasa serumpun, dibaca dari kanan ke kiri dan huruf vocal tidak terselip dalam sebuah kata sehingga bunyinya dapat berubah-ubah sesuai konteks. Kalau diambil dalam Bahasa Indonesia misalnya: CWK (bisa di baca “cowok, cewek, cuwek”). Sementara kata dalam Bahasa Yunani (bahasa PB) semua vocal harus ditulis dan membacanya dari kiri ke kanan sehingga kata “Paraketos” tidak dapat ditulis “Periklitos”, dan setelah diteliti sekalipun tidak ditemui kata “Periklitos” di kitab Injil, semuanya menggunakan kata “Parakletos”. Sehingga apa yang dikatakan kaum Muslim menjadi keliru.
b.   Dari kalangan Saksi Yehua: Roh Kudus bukan pribadi, ia hanya tenaga penggerak dan bukan Allah.
Jawaban: Di dalam Allah yang Tunggal/Esa (Ul. 6:4) ada Bapa, Firman dan Roh. Dalam Kej. 1:28 : “Baiklah Kita menjadikan manusia…..”. Kata Kita menunjuk pada Kej. 1:1–3 : Pada mulanya Allah, …..Roh Allah,….. ber-Firman-lah Allah…. Jadi Roh Kudus adalah Roh Allah yang memberi hidup (nafas) kepada setiap makhluk yang diciptakan Allah melalui firmanNya. Kata “Allah” menunjuk pada pribadi Bapa shingga kita panggil Allah Bapa, Kata “Roh” menunjuk kepada Roh Kudus (Roh Allah) dan kata “Firman” menunjuk kepada Firman Allah yang menjadi manusia dalam pribadi Yesus Kristus (Yoh. 1:14). Jadi jika “Roh Allah/Roh Kudus” bukan Allah maka Allah tidak memiliki Roh, demikian juga jika menurut saksi Yehua Yesus (Firman) bukan Allah, Dia hanya ciptaan Allah maka Firman yang mana lagi yang menciptakan Yesus yang adalah Firman itu sendiri. Jadi Roh Kudus adalah Roh Allah yang tak lain Allah itu sendiri.
2.    Kapan dan dimanakah Roh Kudus Turun?
a.       Kapan Roh kudus turun??
Berbicara waktu sesungguhnya Allah adalah pribadi lintas ruang dan waktu (1000 bagi manusia 1 hari bagiNya). Namun dalam hitungan manusia maka dicatat bahwa Roh Kudus dicurahkan/turun pada hari Pentakosta (Yunani “Pentekoste” artinya “kelimapuluh”). Artinya bahwa Roh Kudus turun 50 hari setelah Paskah (Kebangkitan Kristus). Dalam konteks masa kini dapat kita katakan bahwa Roh Kudus turun saat seseorang membuka hatinya dan percaya kepada Yesus.
b.      Dimana Roh Kudus turun??
Alkitab mencatat: Waktu itu di Yerusalem.......(ay.5). Ketika turun bunyi itu ..... (ay. 6). Jadi Roh Kudus turun di Yerusalem memenuhi para rasul. Dalam konteks masa kini dapat kita katakan bahwa Roh Kudus turun bukan lagi di Yerusalem tetapi di dalam hati setiap orang yang percaya bahwa Yesus adalah Tuhan.
3.     Tujuan Turunnya Roh Kudus.
a.       Membaptis orang-orang percaya/para murid (KPR 1:5, Mrk. 16:16). Bahwa benar secara praktis kita dibaptis dengan air tetapi sesungguhnya secara teologis kita dibaptis oleh Roh Kudus, tanpa kehadiran Roh Kudus dalam hati maka baptisan takkan memiliki arti. Dan kita semua satu baptisan (Ef. 4:5).
b.      Memenuhi hati orang percaya sehingga memiliki talenta untuk melayani Tuhan (KPR 2:4). Dalam konteks ini talenta yang dimaksudkan adalah mampu berkata-kata dengan bahasa lidah (glosolalia) atau sering kita sebut bahasa Roh. Dalam konteks masa kini sering ini menjadi salah kaprah, bahwa setiap orang percaya Roh Kudus tinggal dihatinya adalah benar tetapi bahwa semua harus berbahasa roh adalah suatu kekeliruan. Bahkan Paulus berkata, aku memiliki kemampuan berbahasa roh melebihi kamu semua tetapi aku lebih suka menggunakan bahasa akal budi/seknolalia (1 Kor. 14:18-19).
c.       Menambah semangat para murid untuk bertekun memberitakan Injil (KPR 2:42). Semangat para murid sempat kendor (down) pasca kematian Kristus tetapi kembali berapi-api ketika Dia bangkit terlebih ketika Roh kudus yang dijanjikan turun atas mereka.
C.       KESIMPULAN
Roh Kudus telah turun di masa lalu kepada para rasul sehingga mereka dengan penuh kuasa memberitakan Ijnjil Kristus. Sebagai orang percaya di masa kini kita harus tunduk kepada kehendak Roh Kudus yang telah turun dan tinggal di hati kita. Biarlah semangat para rasul juga mewarnai kehidupan rohani kita. Amin.

Tuhan Kok Mati ?


Thema             : Tuhan Kok Mati ?
Nats                 : 1 Kor. 11:26
Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.


A.      PENDAHULUAN
Semua makhluk hidup yang ada di dunia akan mengalami satu peristiwa yang disebut kematian. Sehingga kematian seseorang adalah suatu hal yang biasa karena sudah menjadi ketetapan Tuhan (Ibr. 9:27). Bagaimana jika Tuhan yang mati?? Tuhan adalah penguasa atas segala isi dunia termasuk berkuasa atas hidup dan mati. Hal ini menimbulkan suatu pertanyaan besar baik di kalangan Kristen terlebih non Kristen, “Tuhan Kok Mati?”. Jika orang non Kristen yang bertanya tentang itu adalah sesuatu yang wajar, sebab yang mereka pahami bahwa Tuhan itu adalah pribadi yang transenden (jauh) dan tidak dapat dikenal. Sebaliknya jika orang Kristen yang menanyakan hal itu maka ini menunjukkan bahwa ia masih belum dewasa secara iman Kristen. Artinya, bahwa orang Kristen tersebut belum memahami dengan baik siapa Tuhan yang ia imani. Sehingga, ketika ada orang yang mempertanyakan hal itu kepadanya maka ia tidak mampu menjawab imannya sendiri, bahkan lebih buruk dari itu, ia meragukan apa yang ia imani sehingga tidak tertutup kemungkinan ia akan berpindah keyakinan. Mari kita belajar tentang peristiwa kematian Tuhan Yesus.
B.       ISI
1.      Bisakah Tuhan Mati?
Tuhan artinya yang berkuasa, berkuasa dalam hal ini bukan semata berkuasa atas sesuatu tetapi berkuasa atas segalanya (Mat. 28:18). Jadi kok Tuhan yang berkuasa di bumi dan di sorga bisa mati? Alkitab mencatat bahwa Yesus adalah manusia:
a.       Yoh. 1:14 : “Firman itu telah menjadi manusia, ...” Siapakah “Firman” ? Firman adalah gelar keilahian Yesus, bahwa ia adalah Firman Allah yang adalah Allah itu sendiri (Yoh. 1:1). Sebelum ia menjadi manusia pun Ia sudah ada bersama dengan Allah dan segala sesuatu dijadikan oleh Firman Allah.
b.      Ibr. 2:9: “Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, ...”. Lebih rendah dari Tuhan adalah malaikat, lebih rendah dari malaikat adalah manusia.
Jadi, jika Yesus adalah manusia seperti kita maka ketika Ia mengalami kematian tidak ada suatu keanehan. Tapi Ia kan Allah/Tuhan? Benar Ia adalah Tuhan/Allah tetapi yang mati adalah kemanusiaanNya (1 Pet. 3:18 “...Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, ...”). Jadi Tuhan tidak bisa mati, yang mati adalah kemanusiaan Yesus tetapi keilahianNya tetap kekal bersama Allah.
2.      Misteri Kematian Yesus
Walaupun kematian Yesus sama dengan kematian manusia secara umum (karena disiksa, kehabisan darah, dll), namun sangat tidak seimbang bila dibandingkan dengan manusia termasuk dengan tokoh agama manapun juga dengan para nabi dan rasul. Mengapa??
a.       KematianNya sudah diberitakan baik dalam PL dan PB sebelum kematianNya.
·      Yunus berada 3 hari 3 malam di dalam perut ikan (Yun. 1:17) dan itu memberitakan tentang Yesus yang berada 3 hari 3 malam di dalam kubur sebelum bangkit (Mat. 12:40).
·      Yesus sendiri memberitahukan tentang kematianNya kepada murid-murid (Mat. 17:22-23).
·      Yesus juga memberitahukan kematianNya kepada imam-imam kepala (Mrk. 14:58)
b.      KematianNya menjadi keselamatan bagi manusia. Semua orang yang mati tidak berkaitan dengan kehidupan orang lain, tetapi Yesus mati untuk kehidupan manusia.
·      TubuhNya yg terpecah dan darahNya yang tertumpah utk keampunan manusia (Mat. 26:26-28).
·      Kristus telah mati utuk segala dosa manusia (Rm. 5:6-8)
·      Salib memperdamaikan kita dengan Bapa di sorga (Kol. 1:20)
c.       KematianNya hanya Sesaat. Semua yang telah mencapai ajalnya maka selesailah sudah kehidupannya di dunia ini. Tetapi Yesus bangkit dan hidup kembali sebelum Ia kembali ke sorga. Alkitab mencatat bahwa Yesus bangkit pada hari minggu (Mat. 28:6). Dan kebangkitan ini menjadi momen yang sangat luar biasa bagi para rasul sehingga mereka yang sebelumnya tercerai berai kembali bersatu padu untuk memberitakan kebenaran (Injil Kristus) hingga saat ini kita juga menjadi pengikutNya.
C.       KESIMPULAN
Bagi orang percaya seharusnya tidak lagi bertanya “Tuhan Kok Mati?”, tetapi jauh lebih penting bertanya dalam hati “Kok Tuhan mau mati bagiku yang hina ini?”, sehingga dengan memaknai pertanyaan ini membuat kita sadar bahwa Kristus telah mati bagi kita sehingga kita harus hidup bagi Dia. Amin.