Thema : Kuatir, Bolehkah??
Nats : Matius 6 : 25 – 33
Oleh : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd.,
M. Th.
A.
PENDAHULUAN
Dapat dipastikan bahwa semua orang
pernah mengalami perasaan kuatir. Perasaan kuatir adalah sesuatu yang alamiah
dan manusiawi tetapi tidak berarti bahwa itu sesuatu yang biasa-biasa namun
sebaliknya sangat mengganggu kehidupan setiap orang. Sebagai orang percaya
“pernah kuatir” adalah sesuatu yang dapat dimaklumi, tetapi jika “terus-menerus
kuatir” maka ada hal yang perlu di perbaiki. Mengapa perlu diperbaiki?? Sebab
rasa kuatir secara terus-menerus akan merusak sendi-sendi kehidupan rohani
seorang Kristen. Betapa tidak baiknya hati yang selalu dipenuhi rasa kuatir
sehingga Tuhan Yesus mengingatkan dalam perikop ini sebanyak 4 kali agar kita
“Jangan kuatir” (ay. 25, 31, dan 34). Bahkan sejajar dengan rasa kuatir yaitu
takut, di dalam seluruh Alkitab terdapat 365 kali kalimat “Jangan Takut”. Ini
artinya bahwa setiap hari selama satu tahun Tuhan mengingatkan kita supaya
jangan takut menjalani kehidupan ini. Jadi, bolehkah kuatir?? Kita tidak dapat
melarang hati ini untuk tidak kuatir saat berada pada situasi sulit tetapi kita
memiliki pilihan untuk berpegang pada janji Tuhan yang berkata “Janganlah kamu
kuatir”, artinya Tuhan yg berperkara atas hidup kita.
B.
ISI
1.
Arti
kuatir.
Menurut KBBI kuatir adalah takut (gelisah, cemas) thd suatu hal
yang belum diketahui dengan pasti. Kata kauatir dalam bahasa YUNANI adalah "MERIMNAO",
artinya "menarik ke dua arah yang berlawanan". Di kala kita kuatir, seakan-akan kita
ditarik
ke arah 2 kutub yang
berseberangan, satu ke arah pengharapan dan satu lagi ke arah ketakutan.
2.
Hal
yang sering dikuatirkan
a.
Kebutuhan
hidup (ay. 25 dan 31) yaitu meliputi: makan/minum dan pakaian atau dalam bahasa
sosial kita kenal dengan istilah “sandang, pangan dan papan”.
b.
Masa
depan atau hari esok (ay. 34). Kita semua ingin memiliki masa depan yang baik,
tetapi mengkuatirkan hari esok sama dengan menghilangkan kebahagiaan hari ini dan
menambah suram masa depan. Ingat janji Tuhan dalam Yer. 29:11 tentang masa
depan yang penuh harapan.
3.
Mengapa
seseorang kuatir
a.
Tidak
memahami cara kerja Tuhan (ay. 26, 28 dan 29). Dalam ayat-ayat ini dijelaskan
bahwa tumbuhan dan hewan pun Tuhan pelihara, apalagi kita (manusia) yang
nyawaNya sendiri pun Ia berikan untuk kita. Tapi sering kita gagal memahami
cara Tuhan memelihara hidup kita.
b.
Kurang
percaya (ay. 30). Mudah mulut kita mengangkat pujian: Aku percaya, Tuhanku
ajaib Kau turun tangan memulihkanku ... Tapi menjalani realitanya tidak semudah
menyanyikan lagu itu. Amsal 3:5 berkata: Percayalah kepada Tuhan dengan segenap
hatimu .....
c.
Tidak/kurang
mengenal Allah (ay. 32). Kita tahu nama Tuhan kita, dimana Ia dilahirkan, siapa
nama ibuNya, dsb. Tapi sesungguhnya banyak diantara kita yang tidak mengenal
Dia. Sehingga muridNya sendiri berkata: Orang apakah Dia ini sehingga angin dan
danau pun taat kepadaNya? (Mat. 8:27).
4.
Solusi
mengatasi kekuatiran
a.
Dengarkan
nasehat Tuhan Yesus yang berkata “Jangan Kuatir” (ay. 25, 31, dan 34).
Andaikata seorang presiden berkata kepada kita: Jangan kuatir tentang semua
kebutuhanmu dan juga masa depanmu, maka pasti kita merasa nyaman. Tidakkah
Tuhan Yesus melebihi presiden?
b.
Mengutamakan
perkara rohani (ay. 33). Tuhan ingin kita mengutamakan sumber berkatnya bukan
berkatnya. Sebab, ketika seseorang lebih fokus kepada berkat dari pada
sumbernya maka selalu berakhir dengan masalah, tetapi saat seseorang lebih
fokus kepada sumber berkatnya maka ia dapat menikmati berkat itu bahkan menjadi
berkat bagi orang lain.
c.
Berpikir
sederhana/simpel (ay. 34b). Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari bukan
berarti tidak memikirkan hari esok, tetapi meyakini hari esok ada dalam
genggaman Tuhan yang menjadikan hari esok untuk kita jalani.
C.
KESIMPULAN
Mari carilah dahulu Kerajaan Allah dan
kebenarannya, maka semuanya akan ditambahkan kepada kita. Salomo berkata:
“Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya”
(Amsal 10:22). Jadikan rasa kuatir sebagai bukti ketidakmampuan dan
kebergantungan kita sepenuhnya kepada Tuhan Sang Pemilik kehidupan kita. Tuhan
Yesus memberkati. AMIN.
No comments:
Post a Comment