Thursday, June 6, 2019

Menjadi Pribadi Yang Menyerupai Kristus


Thema                 : Menjadi Pribadi Yang Menyerupai Kristus
Nats                       : 1 Yoh. 2:1-6
Oleh                      : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.
A.        PENDAHULUAN
Sebuah pepatah berkata ”Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”. Ungkapan ini mengandung arti bahwa seorang anak mewarisi karakter orangtuanya baik secara fisik maupun psikis. Sehingga sering kita mendengar penyataan seseorang: “ Kamu pasti anak si anu” atau “Sama kau kayak bapakmu/mamakmu”. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum manusia akan mewariskan karakter (sifat) yang ia miliki kepada keturunannya. Ungkapan yang senanda bahkan jauh lebih sempurna di disampaikan oleh Matius bahwa: “Dari buahnya sebuah pohon di kenal” (Mat. 12:33). Artinya bahwa tidak mungkin pohon jeruk menghasilkan buah apel dan sebaliknya. Buah masih mungkin jatuh jauh dari pohonnya (diterbangkan angin atau terbawa air), artinya sifat atau karakter dari seorang ayah/ibu berbeda dengan anaknya (mungkin oleh karena pendidikan atau pengenalan akan Tuhan). Tetapi satu yang pasti bahwa dengan melihat buahnya kita akan langsung tahu (kenal) pohonnya. Ketika kita menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:12) maka seharusnya kita menjadi serupa dengan Bapa yang kita kenal dalam pribadi Yesus Kristus. Bagaimanakah pribadi yang menyerupai Kristus?
B.        ISI
1.       Apakah Arti menyerupai Kristus?
a.       Dalam KBBI salah satu makna serupa digambarkan dengan “anak kembar”. Artinya bahwa antara dua anak kembar secara umum sama 90-an persen secara fisik.
b.       Serupa dengan kristus berarti bahwa orang percaya merupakan gambaran Kristus. Rasul Paulus memakai istilah “kamu adalah surat Kristus” (2 Kor. 3:3). Artinya bahwa melalui hidup kita orang bisa mengenal Yesus Kristus Tuhan kita. Tentu untuk menjadi sama persis dengan Kristus kita tidak akan pernah bisa sebab kita manusia yang terbatas sedangkan Ia Allah yang tak terbatas. Sehingga Rasul Paulus sendiri berkata: “... maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, .... “ (2 Kor. 3:18) dan Yohanes mengatakan: “... hidup sama seperti Kristus telah hidup”. (1 Yoh. 2:6).
c.       Serupa dengan Kristus bukan berbicara jasmani (fisik) melainkan secara rohani (spiritual). Secara fisik sangat kecil kemungkinan kita menyerupaiNya, sebab dalam kemanusiaanNya Ia adalah seorang Yahudi sementara kita Indonesia yang tentu sangat jauh berbeda. Namun secara Rohani maka sebagai orang percaya kita akan terus dibaharui (diubah) semakin menyerupai Dia.
2.       Proses Hidup Untuk Menyerupai Kristus.
Menjadi pribadi yang serupa denga Kristus bukanlah suatu proses yang instan, tetapi merupakan suatu progres yang berlangsung secara kontiniu (terus-menerus) sampai kita kembali kepadaNya. Rasul Paulus mengatakan: ”Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya”. (Fil. 3:10). Untuk mengenal dan semakin mengenal Kristus diperlukan waktu yang sangat panjang. Semakin kita mengenal maka kita akan semakin tahu apa yang Dia mau untuk kita lakukan di dalam hidup ini sehingga akhirnya kita akan semakin menyerupai Dia.
3.       Bagaimanakah Cara Hidup Orang Dalam Proses Semakin Menyerupai Kristus?
a.       Tidak menjadi hamba Dosa (1 Yoh. 2:1). Artinya bahwa sebagai orang percaya harus berkata “No” terhadap dosa. Tetapi jika kita “jatuh” mari bangun kembali dan minta ampun kepada Kristus yang akan memberi kedamaian bagi kita.
b.       Belajar semakin mengenal Kristus (1 Yoh. 2:3-4). Bahwa semakin kita mengenal Dia maka kita semakin taat kepada perintahNya adalah suatu kepastian sebab jika tidak demikian maka sesungguhnya kita tidak mengenal Dia atau setidaknya tidak sungguh-sungguh mengenal Dia.
c.       Tinggal di dalam Kristus (1 Yoh. 2:5-6). Bahwa orang yang ada di dalam Kristus maka hidup seperti Kristus telah hidup adalah suatu kewajiban (keharusan) bukan suatu alternatif (pilihan) disaat memungkinkan. Contoh: Bahwa orang yang hidup dalam Dia atau dalam terang (ay. 9-11) maka harus/wajib mengasihi saudaranya jika tidak demikian maka ia sesungguhnya berada dalam kegelapan. Pernah membenci adalah manusiawi tetapi selalu membenci adalah setan.
d.       Tidak mengasihi dunia (1 Yoh. 2:15). Orang yang mengasihi dunia dan segala isinya akan selalu terjebak dalam dosa, semakin jauh dari pengenalan akan Kristus dan cenderung hidup dalam kegelapan sehingga proses menyerupai Kristus takkan pernah tercapai. Dan inilah bukti bahwa dia bukan milik Kristus (bukan orang percaya).
4.       Hasil Bagi Orang Yang Hidup Menyerupai Kristus.
Kristus adalah Allah yang adil (ay. 1), bahwa setiap jerih lelah kita dalam mengikut Dia tidak akan sia-sia (1 Kor. 15:58). Artinya saat kita terus belajar semakin menyerupai Kristus maka kita akan diberkati baik untuk hidup saat ini maupun hidup yang akan datang (Mat. 19:29, 1 Yoh. 2:17).
C.         KESIMPULAN
Hidup menyerupai Kristus adalah suatu proses yang berlangsung selama kita hidup di dunia ini. Tetapi dalam proses tersebut harus terjadi suatu progres. Sebab jika sebuah pisau yang terus diasah maka akan semakin tajam. Demikian seorang yang percaya yang terus belajar semakin mengenal Kristus maka kerohaniannya akan semakin tajam sehingga dapat membedakan kehendak Allah atau bukan. Tuhan Yesus memberkati. AMIN.

Sunday, June 2, 2019

Respon Terhadap Panggilan Allah


Thema                        : Respon Terhadap Panggilan Allah
Nats                : Keluaran 4:10-17
Oleh                      : Pdt. Nelson Sembiring, S, Pd., M. Th.

A.        PENDAHULUAN
Setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda ketika memenuhi panggilan Tuhan dalam hidupnya. Semua orang yang keluar dari kegelapan menuju terangnya yang ajaib disebut sebagai orang yang telah memenuhi panggilan Tuhan (1 Pet. 2:9). Dan setiap orang yang terpanggil tersebut berkewajiban mewartakan tentang kasih Tuhan. Dalam memenuhi panggilan tersebut, setiap orang memiliki respon yang berbeda-beda. Ada yang benar-benar siap seperti Yesaya sehingga ia berkata: “Ini aku, utuslah aku!”(Yes. 6:8), ada yang berusaha lari dari panggilan Tuhan seperti Yunus (Yun. 1:3), dan ada juga yang melakukan tawar-menawar dengan panggilan Tuhan dengan berbagai alasan seperti Musa ketika dipanggil Tuhan untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir menuju tanah perjanjian. Pada kesempatan ini kita akan belajar dari tokoh yang terakhir disebutkan yaitu Musa. Bagaimanakah Musa dalam memenuhi panggilan Tuhan? Mari kita akan belajar bersama.

B.        ISI
1.      Respon Musa dengan panggilan Tuhan
·      Kurang siap dengan panggilan Tuhan. Mengapa ia kurang siap?
Ø Merasa tidak mampu untuk berbicara (ay. 10). Hal seperti ini menjadi alasan kebanyakan orang untuk tidak dilibatkan dalam suatu pekerjaan Tuhan (pelayanan).
Ø Merasa tidak pantas/patut (ay. 13). Hal ini juga sering menjadi alasan banyak orang enggan terlibat melakukan suatu pelayanan. Berbicara pantas (layak) atau tidak, sesungguhnya tidak ada seorangpun yang layak jika bukan Tuhan yang melayakkannya, sebab semua kita adalah manusia berdosa.
·      Pergi memenuhi panggilan Tuhan (ay. 20). Setelah melalui diskusi yang panjang akhirnya Musa memutuskan untuk memenuhi panggilan Tuhan. Artinya butuh suatu proses (belajar) dalam memenuhi panggilan tersebut.
2.      Hal yang perlu diteladani dari seorang Musa
·      Sadar dengan keterbatasannya (ay. 10 dan 13). Walaupun mungkin dianggap sebagai bentuk kekurangsiapan, tetapi jika dilihat dari sisi yang positif maka pengakuan Musa tersebut adalah sesuatu yang baik. Lebih baik merasa kurang mampu dari pada sok mampu (sok tahu) tentang segala sesuatu. Dengan pengakuan tersebut akhirnya ia mendapat suatu motivasi dan dorongan dari Tuhan. Dalam konteks saat ini, kita akan mendapat dukungan dari orang lain yang memiliki pengalaman yang lebih dari kita.
·      Menggunakan perlengkapan yang disuruh Tuhan (ay. 17 dan 20). Sering sekali kita melupakan pesan Tuhan dalam melakukan suatu pelayanan. Bahkan sering sekali kita tidak menggunakan karunia/talenta yang Tuhan berikan kepada kita. Bahkan ada yang menjadikannya sebagai lahan komersil.
3.      Hal yang perlu disadari dalam penggilan Musa dalam konteks saat ini.
·      Tuhan tidak pernah keliru dalam memanggil seseorang. Walaupun Musa merasa tidak mampu tetapi Tuhan jauh lebih tahu dan terbukti Musa berhasil memimpin bangsa Israel keluar dari negeri perbudakan. Jadi, jangan pernah ragu dengan panggilan Tuhan dalam hidup kita, Dia yang akan bertanggung jawab dalam segala kelemahan kita.
·      Tuhan menyediakan jalan keluar (pertolongan) dalam keterbatasan kita. Tuhan menempatkan Harun sebagai juru bicara Musa kepada bangsa Israel (ay. 14-17). Artinya bahwa Tuhan meminta kita untuk bekerja dalam tim sebab tidak ada yang supermen tetapi supertim. Jangan jadikan kelemahan kita untuk tidak melakukan pekerjaan Tuhan sebab kita punya tim.

C.        KESIMPULAN
Mari penuhi panggilan Tuhan dalam hidup kita, Tuhan tidak bertanya apa yang kita miliki (karunia atau kemampuan), tetapi Tuhan hanya menginginkan kesiapan hati kita untuk melakukan kehendaknya. Ketika kita bertanggung jawab dalam perkara-perkara sederhana (kecil) maka Tuhan akan percayakan perkara-perkara besar dalam hidup kita. Kita semua orang biasa, tetapi Tuhan punya cara untuk memakai kita secara luar biasa. Tuhan Yesus memberkati. AMIN.

Bileam dan Keledainya


Thema                 : Bileam dan Keledainya
Nats                       : Bil. 22:33
Oleh                      : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.
A.        PENDAHULUAN
Apakah semua orang yang menerima dan memperkatakan firman Allah adalah Hamba Allah? Dalam PL kita sering membaca frasa “Berfirmanlah Allah kepada...., Datanglah firman Tuhan kepada...” . Secara umum tokoh yang menerima dan memperkatakan firman tersebut adalah seorang hamba Allah (nabi). Bagaimanakah dengan seorang tokoh yang bernama Bileam? Dalam Bilangan 22:12 “Lalu berfirmanlah Allah kepada Bileam: "Janganlah engkau pergi bersama-sama dengan mereka, janganlah engkau mengutuk bangsa itu, sebab mereka telah diberkati." Apakah dia seorang yang percaya? Apakah dia seorang hamba Allah?  Mengapa ini menjadi hal yang penting untuk dipahami? Sebab dalam konteks masa kini banyak kita lihat orang yang memperkatakan firman dan seolah bertindak sebagai hamba Tuhan tetapi sesungguhnya bukan seorang hamba Tuhan yang sebenarnya.
B.        ISI
a.       Apakah Bileam seorang Nabi Allah?
Tidak banyak  catatan tentang kenabian seorang Bileam. Satu ayat yang mencatatnya adalah 2 Pet.2:16.  Namun Alkitab mencatat hal positif tentang dia sehingga jabatan nabi memang pantas disandangnya. Misalnya:
1.       Meminta petunjuk dari Tuhan dalam mengambil tindakan (Bil. 22:8). Sementara Yunus  yang adalah seorang nabi mencoba lari dari panggilan Allah.
2.       Menjadi jalan berkat bagi Israel. Pada Bil. 23 sebuah perikop dengan judul “Bileam memberkati Israel”. Bahkan Nabi Mikha membuat suatu perbandingan perbuatan Balak (Raja Moab) yang jahat dan perbuatan Bileam yang mendatangkan berkat bagi Israel (Mikha 6:5)
3.       Roh Allah berkenan atas Bileam (Bil. 24:2). Roh yang menghinggapi Bileam tentulah sama dengan roh yang memenuhi Daud, Samuel, dan tokoh lain di dalam PL. Artinya bahwa dalam hal ini Bileam sejajar dengan tokoh-tokoh tersebut.
Melihat hal-hal di atas maka tiada keraguan bagi kita untuk mengatakan bahwa Bileam adalah seorang nabi.
b.       Apakah Bileam seorang hamba Allah?
Tidak ada ayat yang mencatat tentang Bileam sebagai hamba Allah, sebagaimana Musa disebut abdi Allah (Ul. 33:1) atau juga Maria (Luk. 1:38). Namun, dari beberapa hal negatif yang dicatat oleh Alkitab membuat kita ragu apakah Bileam adalah hamba Tuhan atau hamba uang. Misalnya:
1.       Bileam tergiur dengan uang (Bil. 22:16-17). Kedatangan utusan Balak yang kedua kalinya dengan iming-iming upah besar membuat Bileam melakukan tawar-menawar dengan Tuhan. Terlepas dari rencana yang ingin dinyatakan Tuhan melalui Bileam, sesungguhnya Bileam silau dengan upah yang ditawarkan. Hal ini juga diungkapkan dalam 2 Pet. 2:15-16, Yud. 1:11 dan Wahyu 2:14 bahwa ia menyesatkan dan disesatkan oleh karena kecintaannya pada harta duniawi.
2.       Mata hati Bileam tertutupi oleh upah yang ditawarkan Balak. Sehingga keledai yang ia tunggangi lebih peka dengan kehadiran Tuhan dari pada ia sendiri (Bil. 22:33). Uang hampir saja mengantarkan Bileam saat itu pada kematian, dan itulah yang juga dialami Yudas Iskariot. Begitu ngerinya ketika seseorang mencintai uang sehingga Paulus berkata bahwa akar segala kejahatan adalah cinta uang (1 Tim. 6:10)
3.       Memanfaatkan Balak untuk mendapatkan keuntungan (Wahyu 2:14). Bileam sadar bahwa tak mungkin baginya untuk melawan Tuhan dengan mengutuk bangsa Israel, sehingga ia membuat bangsa Israel sendiri yang mendatangkan murka Allah dengan memanfaatkan Balak dan bangsa Moab sendiri (Bil. 25:1-5).
Melihat hal-hal ini kita akan menyimpulkan bahwa Bileam bukanlah hamba Allah tetapi hamba uang sehingga kita akan semakin ragu dengan kenabian seorang Bileam.
c.       Bileam dalam konteks masa kini.
Terlepas dari nabi atau tidaknya, hamba Tuhan atau tidaknya seorang Bileam, dalam konteks kekinian sebagai hamba Tuhan kita perlu:
1.       Peka dengan suara Tuhan, cukuplah Bileam ditegur oleh seekor binatang (keledai). Sebab sesungguhnya kita lebih dari segala ciptaan. Tetapi janganlah menganggap remeh jika teguran datang dari pihak yang kita anggap kecil, sebab Tuhan punya cara untuk menyatakan kehendakNya.
2.       Berhati-hati terhadap benda yang namanya uang. Sebab hamba Tuhan juga manusia biasa yang memiliki kebutuhan dan dengan uanglah kita mencukupkan kebutuhan tersebut. Mengurangi porsi makan jauh lebih baik dari pada menurukan standar kebenaran demi sesuap nasi.
3.       Behati-hatilah dalam mencari rekan sekerja dalam mengembangkan pekerjaan Tuhan. Memang kebenaran takkan pernah bisa dikalahkan tetapi kejahatan yang diorganisir dengan baik bisa menghambat pekerjaan Tuhan. Dan pekerjaan Tuhan sering terganggu bukan karena orang jauh tetapi orang yang dekat kita.
4.       Jangan pernah berusaha untuk menjadi kaya melalui pekerjaan Tuhan, sebab menjadi kaya bukan tujuan melayani Tuhan. Tetapi berkelimpahan dalam hidup adalah janji Tuhan kepada kita (Mat. 6:33)
C.         KESIMPULAN
Menjadi hamba Tuhan bukanlah pekerjaan, sebab pekerjaan memiliki masa pensiun bahkan ada pengajuan pensiun dini. Menjadi hamba Tuhan adalah panggilan hidup sehingga sampai mata ini menutup kita tetap menjadi hambaNya. Jauhlah kiranya sikap Bileam dari kehidupan kita sebagai hamabaNya. Ketika kita jujur pun Tuhan akan memberkati kita maka untuk apa kita berlaku curang. Terus maju melayani Tuhan. Amin. GBU.

Dapatkah Orang Percaya Dirasuki Setan ??


Thema                  : Dapatkah Orang Percaya Dirasuki Setan??
Nats                      : Lukas 8:26-36
Oleh                      : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.


A.        PENDAHULUAN
Sebuah acara televisi berjudul “Dunia Lain” menayangkan sebuah tontonan dimana orang-orang berhubungan dengan dunia mistis. Seseorang akan ditempatkan pada suatu tempat yang dianggap angker dan akan dipantau seberapa lama ia bertahan dengan serangan-serangan “setan” yang menghuni tempat tersebut. Selain acara televisi ini, kita juga sering mendengar kabar di masyarakat tentang “rumah berhantu” dimana jika ada orang-orang yang tinggal di sana maka akan ada anggota keluarga yang mengalami peristiwa aneh, misalnya “penghuni” rumah tersebut merasuki anggota keluarga yang tinggal di situ. Melihat fenomena ini maka akan timbul pertanyaan-pertanyaan. Benarkah ada “dunia lain” atau “rumah berhantu”? Bagaimanakah jika orang percaya ikut acara “dunia lain” atau tinggal di “rumah berhantu” ? Apakah orang percaya tersebut juga akan mengalami peristiwa mistis (dirasuki) oleh setan tersebut? Mari kita belajar dari firman Tuhan agar kita tahu apa yang dikatakan Alkitab tentang orang percaya dan setan.
B.        ISI
1.       Adakah setan??
Secara kasat mata keberadaan setan tidak akan terdeteksi oleh manusia. Bahkan secara ilmu pengetahuan keberadaan setan tidak dapat dibuktikan. Ini mengapa ada kelompok yang tidak mengakui keberadaan setan di dunia ini yaitu orang-orang atheis dan komunis. Mereka tidak percaya tentang adanya setan sebagaimana juga mereka tidak percaya adanya Tuhan. Apakah yang dikatakan Alkitab tentang keberadaan setan?
a.       Setan memiliki pemimpin (penghulu) yaitu Beelzebul (Mat. 12:24).
b.       Setan memiliki kuasa (kekuatan) mengendalikan manusia (Luk. 8:29).
c.       Setan adalah pribadi yang memiliki nama (Luk. 8:30)
d.   Setan tidak memiliki daging dan tulang (Luk. 24:39). Artinya setan itu adalah roh.

Jadi, setan itu benar-benar ada walau tidak tampak mata tetapi ia ada seperti angin yang berhembus.
2.       Apakah setan sama dengan iblis?
Kata setan dan ibils banyak ditemukan di dalam Alkitab. Apakah keduanya sama?
a.       Iblis dan setan tidak terbagi (Luk. 11:18). Artinya bahwa Iblis dan setan adalah pribadi yang sama.
b.       Iblis atau setan itu adalah pribadi yang sama dan menyesatkan dunia (Why. 12:9).
Jadi, setan atau iblis adalah pribadi yang sama. Namun dalam manifestasainya (perwujudannya) tergantung pada budaya suatu tempat sehingga ada yang memanggilnya: Jin, hantu, vampire, dsb. Yang pasti bahwa pribadi dibelakang semua perwujudan itu adalah iblis atau setan yang dikomandoi oleh bos besarnya Lucifer.
3.       Dimanakah setan berada?
Setan selalu diidentikkan dengan tempat yang gelap. Dimanakah setan berada?
a.       Di pekuburan (Mat. 8:28). Tetapi jangan pernah berpikir bahwa setan yang ada dikuburan adalah setan (hantu) dari orang-orang mati yang dikubur.
b.       Di rumah (Mrk. 7:29-30). Rumah perempuan Yunani (Siro-Fenesia). Tetapi jangan pernah berpikir bahwa rumah berhantu karena pernah ada seseorang bunuh diri di dalamnya.
c.       Tempat-tempat yang sunyi (Luk. 8:29). Tetapi bukan berarti ditempat ramai ia tidak ada.
d.       Di dalam rumah ibadah (Luk. 4:33). Jangan pernah berpikir bahwa rumah ibadah terbebas dari iblis.
e.       Di sekeliling kita (1 Pet. 5:8). Artinya iblis ada dimana pun kita berada.
4.       Dapatkah orang percaya dirasuki setan?
Setan tidak takut kepada manusia, ia hanya takut kepada Allah (Yak. 2:19).  Sehingga:
a.        Jika ada orang yang tidak percaya tidak takut pada setan maka dia adalah bagian dari setan itu sendiri. Sebab setan memiliki antek-antek atau pengikut. Misalnya: dukun, petenung, dll.
b.       Jika ada orang yang mengaku percaya tetapi dirasuki setan maka ia bukan orang percaya atau tidak sungguh-sungguh percaya. Jadi Seseorang bisa dirasuk setan jika ia belum percaya/diselamatkan (Luk. 8:36)
c.       Orang percaya tidak dapat dirasuki setan bahkan bisa mengusir setan karena Allah yang memberi kuasa (Luk. 9:1).  Sebab kuasa Tuhan melebihi segala kuasa di dunia ini (1 Yoh. 4:4).
d.       Jika ada orang percaya yang melakukan keinginan setan (berbuat dosa) maka bukan berarti dia sedang dirasuki setan tetapi dia dipengaruhi oleh setan (1 Pet.5:8). Misalnya:
·         Yudas Iskariot (Luk. 22:3), iblis memakai uang untuk memikat hati Yudas.
·         Petrus (Mat. 16:23), iblis memakai perasaan Petrus untuk mengarahkan pikirannya jauh dari kebenaran.
        Cat: Jangan selalu mengkambinghitamkan setan setiap kita melakukan yang jahat di mata Tuhan. Sebab keinginan daging sering membuat kita jatuh ke dalam dosa. Misalnya: Daud, Simson, Ananias/Safira, dll.
C.         KESIMPULAN
Jadi, jika benar seseorang telah percaya dengan sungguh-sungguh maka bisa dipastikan bahwa dia tidak bisa dirasuki oleh setan. Sebab roh yang ada pada orang percaya lebih besar kuasanya dari segala roh yang ada di dunia ini. Tetapi, bukan berarti orang percaya bebas dari intimidasi setan. Ia akan tetap berusaha untuk mempengaruhi orang percaya untuk berbuat yang jahat di mata Tuhan sehingga menghambat pekerjaan Tuhan di muka bumi ini.

Dapatkah Roh Kudus Keluar Dari Orang Percaya ??


Thema                         : Dapatkah Roh Kudus Keluar Dari Orang Percaya  ??
Nats                 : Efesus 1:13
Oleh                 : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.


A.       PENDAHULUAN
Dalam suatu perjanjian, sebagai bukti fisik yang dijadikan pegangan oleh kedua pihak yang berjanji maka dibuatlah surat perjanjian yang ditandatangani oleh kedua belah pihak. Untuk menguatkan kedudukan surat tersebut maka dibubuhkanlah benda yang bernama meterai. Dengan adanya meterai maka surat tersebut sah dan tidak dapat dibatalkan oleh salah satu pihak. Surat tersebut juga dapat menjadi bukti yang sangat kuat di hadapan hukum. Jika manusia saja sebagai ciptaan dapat membuat suatu aturan yang konsisten maka Allah sebagai pencipta jauh mengatasi itu semua. Roh Kudus sebagai pribadi ketiga dari Esa-Tri  atau Tritunggal yang mendiami hati setiap orang percaya adalah pribadi yang konsisten. Artinya, bahwa ketika Ia hadir di dalam hati seseorang maka Ia akan menetap sampai selama-lamanya. Tidak dapat dipungkiri bahwa ada pemahaman yang beranggapan bahwa ada kalanya Roh Kudus meninggalkan orang percaya disaat orang tersebut jatuh kedalam dosa. Bagaimanakah pemahaman kita dalam wadah GKRI tentang hal ini? Mari uji segala sesuatu dengan alat ukur yang tepat yaitu Alkitab Firman Allah yang diwahyukan oleh Allah sendiri melalui para nabi dan Rasul.
B.       ISI
1.      Kapankah Roh Kudus hadir dihati seseorang?
Sebuah lelucon mempertanyakan “Manakah duluan telur atau ayam?” Beraneka ragam jawaban dilontarkan untuk hal ini, baik yang sifatnya lelucon, ilmiah dan juga teologis. Pertanyaan yang bernada sama yang akan kita jawab adalah “Manakah duluan percaya atau Roh Kudus masuk ke dalam hati?” Dengan alasan masing-masing maka ada memilih yang pertama dan kedua.
a.       Percaya – Roh Kudus masuk ke hati
Alasan: Bahwa orang percayalah yang menerima Allah (Roh Kudus) didalam hatiNya (Yoh. 1:12)
b.      Roh Kudus masuk ke hati – Percaya  
Alasan: Bahwa Roh Kuduslah yang membuat seseorang menjadi percaya, bahwa Dialah yang memimpin seseorang menjadi anak Allah (Rm. 8:16).
Dengan tidak membenarkan yang satu dan menyalahkan yang lain maka kita bisa mengatakan bahwa antara percaya dan hadirnya Roh Kudus di dalam hati seseorang adalah peristiwa yang terjadi secara bersamaan dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Hal ini sesuai dengan ayat yang berrkata: “ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus” (Ef. 1:13). Pernyataan ini bisa kita bandingkan dengan “ketika bendera dinaikkan kelompok paduan suara menyanyikan lagu kebangsaan dan perseta upacara menghormat bendera”. Menaikkan bendera, bernyanyi dan penghormatan terjadi secara bersamaan. Hal yang sama juga bahwa percaya dan Roh Kudus hadir (dimeteraikan) di hati seseorang terjadi pada saat yang sama.
2.      Dapatkah Roh Kudus keluar dari hati orang percaya?
Semua hal dapat dilakukan oleh Allah (Roh Kudus) sebab Ia adalah Maha Kuasa. Jadi apakah Ia dapat keluar dari hati orang percaya? Jawabannya: TIDAK. Mengapa?
a.       Karena Ia tidak dapat menyangkali diriNya (2 Tim. 2:13). Bahwa Ia setia terhadap semua ketetapanNya. Dalam hal ini, bahwa ketika kita percaya dan dimeteraikan dengan Roh Kudus maka itu sekali untuk selamanya.
b.      Karena kasihNya menjadi pengikat yang tak terpisahkan (Rm. 8:35–39). Bahwa manusia terbatas mengasihiNya adalah benar tapi kasiNya tidak terbatas dan menerima kita tanpa syarat.
c.       Tidak ada yang dapat membatalkan kesetiaan Allah (Rm. 3:3-4a). Bahwa kelemahan dan ketidaksetiaan kita tidak membuat Allah membatalkan kesetiaanNya terhadap kita dengan meninggalkan (keluar) dari hidup kita.
Jadi jelas bahwa Roh Kudus yang telah mendiami hati orang percaya sifatnya kekal (untuk selamanya).
3.      Mengapa Orang yang telah menerima Roh Kudus masih berbuat dosa?
Secara posisi, seorang yang telah percaya dan menerima Roh Kudus bukanlah orang berdosa lagi (tidak berseteru dengan Allah, Ef. 2:17-18). Tetapi secara praktis orang percaya masih berbuat dosa (kesalahan) tetapi dosa tersebut tidak lagi mendatangkan maut/kematian (1 Yoh. 5:16-17). Artinya bahwa kendatipun Roh Kudus berdiam di hati orang percaya masih ada kemungkinan orang tersebut berbuat dosa. Mengapa demikian?
a.       Karena kurang berdoa (Mat. 26:41). Ketika berdoa maka roh kita akan berpadu dengan Roh Kudus (Rm. 8:15-16)
b.      Karena kurang waspada (1 Pet. 5:8). Iblis akan mengambil kesempatan saat kita tidak waspada (Ef. 4:26-27)
c.       Karena kurang membaca Firman Tuhan. Ketika Yesus dicobai iblis, Ia selalu berkata: Ada tertulis... (Mat. 4:4, 6 dan 10). Artinya dengan membaca Firman Tuhan maka kita akan tahu kebenaran.
d.      Karena kurang bersekutu/beribadah (Ibr. 10:25). Dengan tekun beribadah maka Roh Kudus akan menuntun kita pada ajaran yang benar (1 Tim. 4:1, 7-8).
e.       Kurang melayani Tuhan (Rm. 12:11). Ketika melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh maka kita akan dipenuhi oleh Roh Kudus.
Jika di simpulkan mengapa orang percaya masih berbuat dosa, maka jawabannya karena lebih menuruti keinginan daging (Gal. 5:17). Oleh karena itu orang percaya harus hidup dipimpin oleh Roh Kudus (Gal. 5:16).
C.       KESIMPULAN
Roh Kudus adalah Allah yang konsisten sehingga ketika Ia hadir di dalam hati seseorang maka Ia akan menetap sampai selamanya. Tetapi Roh Kudus tidak akan menjadikan kita seperti robot, tetapi kitalah yang harus benar-benar rindu untuk dipimpin oleh Roh sehingga kita hidup menuruti keinginanNya. Marilah kita hidup di bawah pimpinan Roh Kudus sehingga keinginan daging kita semakin dimatikan hari lepas hari. Tuhan Yesus memberkati. AMIN.