Sunday, June 2, 2019

Bileam dan Keledainya


Thema                 : Bileam dan Keledainya
Nats                       : Bil. 22:33
Oleh                      : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.
A.        PENDAHULUAN
Apakah semua orang yang menerima dan memperkatakan firman Allah adalah Hamba Allah? Dalam PL kita sering membaca frasa “Berfirmanlah Allah kepada...., Datanglah firman Tuhan kepada...” . Secara umum tokoh yang menerima dan memperkatakan firman tersebut adalah seorang hamba Allah (nabi). Bagaimanakah dengan seorang tokoh yang bernama Bileam? Dalam Bilangan 22:12 “Lalu berfirmanlah Allah kepada Bileam: "Janganlah engkau pergi bersama-sama dengan mereka, janganlah engkau mengutuk bangsa itu, sebab mereka telah diberkati." Apakah dia seorang yang percaya? Apakah dia seorang hamba Allah?  Mengapa ini menjadi hal yang penting untuk dipahami? Sebab dalam konteks masa kini banyak kita lihat orang yang memperkatakan firman dan seolah bertindak sebagai hamba Tuhan tetapi sesungguhnya bukan seorang hamba Tuhan yang sebenarnya.
B.        ISI
a.       Apakah Bileam seorang Nabi Allah?
Tidak banyak  catatan tentang kenabian seorang Bileam. Satu ayat yang mencatatnya adalah 2 Pet.2:16.  Namun Alkitab mencatat hal positif tentang dia sehingga jabatan nabi memang pantas disandangnya. Misalnya:
1.       Meminta petunjuk dari Tuhan dalam mengambil tindakan (Bil. 22:8). Sementara Yunus  yang adalah seorang nabi mencoba lari dari panggilan Allah.
2.       Menjadi jalan berkat bagi Israel. Pada Bil. 23 sebuah perikop dengan judul “Bileam memberkati Israel”. Bahkan Nabi Mikha membuat suatu perbandingan perbuatan Balak (Raja Moab) yang jahat dan perbuatan Bileam yang mendatangkan berkat bagi Israel (Mikha 6:5)
3.       Roh Allah berkenan atas Bileam (Bil. 24:2). Roh yang menghinggapi Bileam tentulah sama dengan roh yang memenuhi Daud, Samuel, dan tokoh lain di dalam PL. Artinya bahwa dalam hal ini Bileam sejajar dengan tokoh-tokoh tersebut.
Melihat hal-hal di atas maka tiada keraguan bagi kita untuk mengatakan bahwa Bileam adalah seorang nabi.
b.       Apakah Bileam seorang hamba Allah?
Tidak ada ayat yang mencatat tentang Bileam sebagai hamba Allah, sebagaimana Musa disebut abdi Allah (Ul. 33:1) atau juga Maria (Luk. 1:38). Namun, dari beberapa hal negatif yang dicatat oleh Alkitab membuat kita ragu apakah Bileam adalah hamba Tuhan atau hamba uang. Misalnya:
1.       Bileam tergiur dengan uang (Bil. 22:16-17). Kedatangan utusan Balak yang kedua kalinya dengan iming-iming upah besar membuat Bileam melakukan tawar-menawar dengan Tuhan. Terlepas dari rencana yang ingin dinyatakan Tuhan melalui Bileam, sesungguhnya Bileam silau dengan upah yang ditawarkan. Hal ini juga diungkapkan dalam 2 Pet. 2:15-16, Yud. 1:11 dan Wahyu 2:14 bahwa ia menyesatkan dan disesatkan oleh karena kecintaannya pada harta duniawi.
2.       Mata hati Bileam tertutupi oleh upah yang ditawarkan Balak. Sehingga keledai yang ia tunggangi lebih peka dengan kehadiran Tuhan dari pada ia sendiri (Bil. 22:33). Uang hampir saja mengantarkan Bileam saat itu pada kematian, dan itulah yang juga dialami Yudas Iskariot. Begitu ngerinya ketika seseorang mencintai uang sehingga Paulus berkata bahwa akar segala kejahatan adalah cinta uang (1 Tim. 6:10)
3.       Memanfaatkan Balak untuk mendapatkan keuntungan (Wahyu 2:14). Bileam sadar bahwa tak mungkin baginya untuk melawan Tuhan dengan mengutuk bangsa Israel, sehingga ia membuat bangsa Israel sendiri yang mendatangkan murka Allah dengan memanfaatkan Balak dan bangsa Moab sendiri (Bil. 25:1-5).
Melihat hal-hal ini kita akan menyimpulkan bahwa Bileam bukanlah hamba Allah tetapi hamba uang sehingga kita akan semakin ragu dengan kenabian seorang Bileam.
c.       Bileam dalam konteks masa kini.
Terlepas dari nabi atau tidaknya, hamba Tuhan atau tidaknya seorang Bileam, dalam konteks kekinian sebagai hamba Tuhan kita perlu:
1.       Peka dengan suara Tuhan, cukuplah Bileam ditegur oleh seekor binatang (keledai). Sebab sesungguhnya kita lebih dari segala ciptaan. Tetapi janganlah menganggap remeh jika teguran datang dari pihak yang kita anggap kecil, sebab Tuhan punya cara untuk menyatakan kehendakNya.
2.       Berhati-hati terhadap benda yang namanya uang. Sebab hamba Tuhan juga manusia biasa yang memiliki kebutuhan dan dengan uanglah kita mencukupkan kebutuhan tersebut. Mengurangi porsi makan jauh lebih baik dari pada menurukan standar kebenaran demi sesuap nasi.
3.       Behati-hatilah dalam mencari rekan sekerja dalam mengembangkan pekerjaan Tuhan. Memang kebenaran takkan pernah bisa dikalahkan tetapi kejahatan yang diorganisir dengan baik bisa menghambat pekerjaan Tuhan. Dan pekerjaan Tuhan sering terganggu bukan karena orang jauh tetapi orang yang dekat kita.
4.       Jangan pernah berusaha untuk menjadi kaya melalui pekerjaan Tuhan, sebab menjadi kaya bukan tujuan melayani Tuhan. Tetapi berkelimpahan dalam hidup adalah janji Tuhan kepada kita (Mat. 6:33)
C.         KESIMPULAN
Menjadi hamba Tuhan bukanlah pekerjaan, sebab pekerjaan memiliki masa pensiun bahkan ada pengajuan pensiun dini. Menjadi hamba Tuhan adalah panggilan hidup sehingga sampai mata ini menutup kita tetap menjadi hambaNya. Jauhlah kiranya sikap Bileam dari kehidupan kita sebagai hamabaNya. Ketika kita jujur pun Tuhan akan memberkati kita maka untuk apa kita berlaku curang. Terus maju melayani Tuhan. Amin. GBU.

No comments:

Post a Comment