Thema :
Bileam dan Keledainya
Nats :
Bil. 22:33
Oleh :
Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.
A.
PENDAHULUAN
Apakah semua
orang yang menerima dan memperkatakan firman Allah adalah Hamba Allah? Dalam PL
kita sering membaca frasa “Berfirmanlah
Allah kepada...., Datanglah firman Tuhan kepada...” . Secara umum tokoh
yang menerima dan memperkatakan firman tersebut adalah seorang hamba Allah
(nabi). Bagaimanakah dengan seorang tokoh yang bernama Bileam? Dalam Bilangan
22:12 “Lalu
berfirmanlah Allah kepada Bileam: "Janganlah engkau pergi bersama-sama
dengan mereka, janganlah engkau mengutuk bangsa itu, sebab mereka telah
diberkati." Apakah dia seorang yang percaya?
Apakah dia seorang hamba Allah? Mengapa
ini menjadi hal yang penting untuk dipahami? Sebab dalam konteks masa kini
banyak kita lihat orang yang memperkatakan firman dan seolah bertindak sebagai
hamba Tuhan tetapi sesungguhnya bukan seorang hamba Tuhan yang sebenarnya.
B.
ISI
a.
Apakah
Bileam seorang Nabi Allah?
Tidak banyak
catatan tentang kenabian seorang Bileam.
Satu ayat yang mencatatnya adalah 2 Pet.2:16. Namun Alkitab mencatat hal positif tentang dia
sehingga jabatan nabi memang pantas disandangnya. Misalnya:
1.
Meminta
petunjuk dari Tuhan dalam mengambil tindakan (Bil. 22:8). Sementara Yunus yang adalah seorang nabi mencoba lari dari
panggilan Allah.
2.
Menjadi jalan
berkat bagi Israel. Pada Bil. 23 sebuah perikop dengan judul “Bileam memberkati Israel”. Bahkan Nabi
Mikha membuat suatu perbandingan perbuatan Balak (Raja Moab) yang jahat dan
perbuatan Bileam yang mendatangkan berkat bagi Israel (Mikha 6:5)
3.
Roh Allah
berkenan atas Bileam (Bil. 24:2). Roh yang menghinggapi Bileam tentulah sama
dengan roh yang memenuhi Daud, Samuel, dan tokoh lain di dalam PL. Artinya
bahwa dalam hal ini Bileam sejajar dengan tokoh-tokoh tersebut.
Melihat hal-hal di atas maka tiada keraguan
bagi kita untuk mengatakan bahwa Bileam adalah seorang nabi.
b.
Apakah
Bileam seorang hamba Allah?
Tidak ada
ayat yang mencatat tentang Bileam sebagai hamba Allah, sebagaimana Musa disebut
abdi Allah (Ul. 33:1) atau juga Maria (Luk. 1:38). Namun, dari beberapa hal
negatif yang dicatat oleh Alkitab membuat kita ragu apakah Bileam adalah hamba
Tuhan atau hamba uang. Misalnya:
1.
Bileam
tergiur dengan uang (Bil. 22:16-17). Kedatangan utusan Balak yang kedua kalinya
dengan iming-iming upah besar membuat Bileam melakukan tawar-menawar dengan
Tuhan. Terlepas dari rencana yang ingin dinyatakan Tuhan melalui Bileam,
sesungguhnya Bileam silau dengan upah yang ditawarkan. Hal ini juga diungkapkan
dalam 2 Pet. 2:15-16, Yud. 1:11 dan Wahyu 2:14 bahwa ia menyesatkan dan
disesatkan oleh karena kecintaannya pada harta duniawi.
2.
Mata hati
Bileam tertutupi oleh upah yang ditawarkan Balak. Sehingga keledai yang ia
tunggangi lebih peka dengan kehadiran Tuhan dari pada ia sendiri (Bil. 22:33).
Uang hampir saja mengantarkan Bileam saat itu pada kematian, dan itulah yang
juga dialami Yudas Iskariot. Begitu ngerinya ketika seseorang mencintai uang
sehingga Paulus berkata bahwa akar segala kejahatan adalah cinta uang (1 Tim.
6:10)
3.
Memanfaatkan
Balak untuk mendapatkan keuntungan (Wahyu 2:14). Bileam sadar bahwa tak mungkin
baginya untuk melawan Tuhan dengan mengutuk bangsa Israel, sehingga ia membuat
bangsa Israel sendiri yang mendatangkan murka Allah dengan memanfaatkan Balak
dan bangsa Moab sendiri (Bil. 25:1-5).
Melihat hal-hal ini kita akan menyimpulkan
bahwa Bileam bukanlah hamba Allah tetapi hamba uang sehingga kita akan semakin
ragu dengan kenabian seorang Bileam.
c.
Bileam dalam
konteks masa kini.
Terlepas
dari nabi atau tidaknya, hamba Tuhan atau tidaknya seorang Bileam, dalam
konteks kekinian sebagai hamba Tuhan kita perlu:
1.
Peka dengan
suara Tuhan, cukuplah Bileam ditegur oleh seekor binatang (keledai). Sebab
sesungguhnya kita lebih dari segala ciptaan. Tetapi janganlah menganggap remeh
jika teguran datang dari pihak yang kita anggap kecil, sebab Tuhan punya cara
untuk menyatakan kehendakNya.
2.
Berhati-hati
terhadap benda yang namanya uang. Sebab hamba Tuhan juga manusia biasa yang
memiliki kebutuhan dan dengan uanglah kita mencukupkan kebutuhan tersebut.
Mengurangi porsi makan jauh lebih baik dari pada menurukan standar kebenaran
demi sesuap nasi.
3.
Behati-hatilah
dalam mencari rekan sekerja dalam mengembangkan pekerjaan Tuhan. Memang kebenaran
takkan pernah bisa dikalahkan tetapi kejahatan yang diorganisir dengan baik
bisa menghambat pekerjaan Tuhan. Dan pekerjaan Tuhan sering terganggu bukan
karena orang jauh tetapi orang yang dekat kita.
4.
Jangan
pernah berusaha untuk menjadi kaya melalui pekerjaan Tuhan, sebab menjadi kaya
bukan tujuan melayani Tuhan. Tetapi berkelimpahan dalam hidup adalah janji
Tuhan kepada kita (Mat. 6:33)
C.
KESIMPULAN
Menjadi
hamba Tuhan bukanlah pekerjaan, sebab pekerjaan memiliki masa pensiun bahkan
ada pengajuan pensiun dini. Menjadi hamba Tuhan adalah panggilan hidup sehingga
sampai mata ini menutup kita tetap menjadi hambaNya. Jauhlah kiranya sikap
Bileam dari kehidupan kita sebagai hamabaNya. Ketika kita jujur pun Tuhan akan
memberkati kita maka untuk apa kita berlaku curang. Terus maju melayani Tuhan.
Amin. GBU.
No comments:
Post a Comment