Thursday, November 28, 2024
Friday, November 22, 2024
Kedatangan Yesus Membawa Perubahan
Thema : Kedatangan Yesus
Membawa Perubahan
Nats : Mat. 2:1-12
Oleh : Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.
1. Apakah arti perubahan?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), perubahan
berarti keadaan yang berubah atau peralihan keadaan sebelumnya.
2. Apakah bentuk perubahan yang terjadi pada
manusia secara umum?
a. Perubahan secara jasmani.
Bahwa manusia
mengalami perubahan secara fisik dari bayi menjadi anak-anak, remaja, dewasa
dan lansia. Dan secara umum manusia mengalami perubahan ini.
b. Perubahan secara rohani.
Bahwa manusia yang
mengalami pertemuan dengan Tuhan Yesus dan menerima sebagai Juruselamat
hidupnya, maka hidupnya akan mengalami perubahan. Perubahan itu akan terlihat
dari cara hidupnya setelah ia menerima Yesus atau dilahirkan kembali.
3. Apakah maksud kedatangan Yesus membawa
perubahan?
Kedatangan Yesus tentu tidak bertujuan untuk mengubah manusia
secara jasmani. Sebab secara jasmani manusia tetap bertumbuh dari bayi sampai
lansia tanpa Yesus. Kedatangan Yesus bertujuan untuk mengubah manusia secara
rohani. Paulus berkata : Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan
menjadi hamba kebenaran (Rm. 6:18).
4. Cara hidup manusia yang menolak kedatangan
Yesus
a. Herodes : Seorang Raja Romawi keturunan Yahudi
yang berkuasa di Tanah Yudea (ay. 1)
·
Munafik :
lain di mulut lain dihati (ay. 8)
·
Iri hati :
Merasa tersaingi sebagai raja (ay. 3, 13)
·
Pemarah
dan kejam (ay. 13)
b. Imam Kepala/Ahli Taurat : Tokoh-tokoh agama
Yahudi yang tahu isi Perjanjian Lama termasuk tentang nubuatan kelahiran Yesus
(ay. 5-6).
·
Belajar
Firman tapi tak beriman
·
Menolak Yesus
sebagai Tuhan
5. Cara hidup manusia yang menerima kedatangan
Yesus
a. Orang Majus
·
Siapakah
orang Majus?
Ø Orang berpendidikan, Ahli perbintangan/astrologi
(ay. 2)
Ø Orang beragama (Persia/Dewa-dewa/Zoroaster)
Ø Orang Kaya (ay. 11)
·
Sikap
orang Majus setelah bertemu Yesus.
Ø Sungguh-sungguh dalam mencari Tuhan (ay.
1-2)
Ø Bersukacita (ay. 10)
Ø Murah hati (ay. 11)
Ø Taat dengan perintah Tuhan (ay. 12)
b. Kita semua
Bagaimanakah sikap
kita sebelum dan setelah kedatangan Yesus dalam hidup kita?
Monday, November 18, 2024
Memandang Dengan Cara Allah
Thema : Memandang Dengan Cara Allah
Nats : 1 Sam 16:7
Oleh : Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.
1.
Apakah arti memandang dengan cara Allah?
Memandang dengan cara Allah berarti melihat
sesuatu bukan dengan cara manusia yang penuh keterbatasan. “Bukan yang dilihat
manusia yang dilihat Allah, manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi
TUHAN melihat hati” (1 Sam. 16:17).
2.
Bagaimana cara Allah memandang manusia?
a. Memandang dengan cinta (Yoh. 3:16)
Tuhan
murka terhadap dosa manusia, tetapi cinta Tuhan lebih besar dari murkaNya.
Sehingga manusia yang harusnya dihukum mendapat pengampunan.
b. Memandang manusia tanpa membeda-bedakan (Ef. 6:9)
"Ingatlah,
bahwa Tuhan mereka dan Tuhan kamu ada di sorga dan Ia tidak memandang
muka". “TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap
segala yang dijadikan-Nya". (Maz. 145:9).
c. Memandang dengan belas kasih (Yoh. 6:5)
”Ketika
Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak
berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: ”Di manakah
kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?”. Berulang kali Injil mencatat
hati Yesus tergerak oleh belas kasih (Mat. 9:36, 14:14, 15:32, 18:27, 20:34,
Mrk. 1:14, 8:2, Luk. 7:13).
d. Memandang dengan penuh kesabaran (Maz. 145:8).
Sebanyak
10 ayat alkitab berkata bahwa Allah itu panjang sabar. Salah satunya dari
pengakuan Daud: “TUHAN itu pengasih, penyayang, panjang sabar dan besar kasih
setiaNya”.
3.
Contoh Pribadi yang memandang dengan cara
Allah untuk diteladani.
a. Yusuf
Oleh
karena cinta Yusuf, maka ia mencium semua saudaranya dengan mesra dan menangis,
ia tak mengingat kejahatan saudaranya dimasa lalu (Kej. 45:15).
b. Paulus
Paulus tidak
pernah membedakan orang berdasarkan suku dan status (1 Kor. 9:20-22), berdasarkan
gender (Gal. 3:28).
c. Orang Samaria
Orang
Samaria tergerak hatinya oleh belas kasihan saat melihat seorang Yahudi yang
jatuh ke tangan penyamun dan dianiaya (Luk. 10:33). Sementara orang Yahudi pun
(Imam/Ahli Taurat dan Lewi) tidak peduli.
d. Ayub
Mesin
pencari Google mencatat 6 tokoh sabar di Alkitab yaitu:
·
Ayub (sabar menderita)
·
Abraham (sabar menantikan anak, 25 tahun)
·
Yusuf (sabar diperlakukan tidak adil)
·
Musa (sabar memimpin Israel walau sering
tak dianggap, 40 tahun di Padang Gurun)
·
Hana (sabar saat direndahkan Penina, sabar
menantikan kelahiran anak)
·
Daud (sabar mendapat perlakuan yang jahat
dari Saul)
4. Mampukah kita melakukannya?
“Sesungguhnya, setiap orang yang percaya
kepada-Ku akan melakukan semua pekerjaan yang telah Aku lakukan. Bahkan,
mereka akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi karena
Aku pergi kepada Bapa". (Yoh. 14:12).
Monday, November 11, 2024
Kemurnian Iman
Thema : Kemurnian Iman
Nats : 1 Ptr 1:7
Oleh : Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.
1. Apakah arti kemurnian iman?
Kemurnian iman adalah nilai iman yang dimiliki oleh seseorang
yang diperoleh melaui suatu ujian.
“Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian
imanmu — yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji
kemurniannya dengan api — sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan
kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.
2. Bagaimana proses mencapai kemurnian iman?
a. Diawali dengan kelahiran kembali (ay. 3)
Terpujilah Allah dan
Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmatNya yang besar telah
melahirkan kita kembali …”. Kata kelahiran kembali pada ayat ini dalam teks aslinya
adalah anagennesa dari akar kata anagennao yang artinya kelahiran
baru, dilahirkan kembali (new birth, born again). Anagennao lebih tepat
diartikan sebagai dilahirkan dari atas.
b. Mengalami dukacita dan pencobaan (ay. 6)
“…, sekalipun sekarang
ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.
Pencobaan dalam hal bukanlah datang
dari keinginan daging, tetapi dari pihak
lain. Petrus menulis surat ini kepada orang-orang pendatang yang tersebar di
Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia (ay. 1). Sebagai pendatang
mereka menghadapi situasi sulit, ditentang, dimusuhi bahkan dianiaya. Iman Ayub
semakin dimurnikan melalui penderitaan yang datang dari iblis oleh seizin Tuhan.
c. Berjuang hidup benar ( 2:11-12).
“… supaya sebagai
pendatang dan perantau kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging
yang berjuang
melawan jiwa. Milikilah cara hidup yang baik …”. Bahwa iman
yang kita miliki harus nyata melalui perbuatan saat kita hidup. Sebab iman
tanpa perbuatan adalah mati (Yak. 2:26).
3. Gaya hidup orang yang mencapai kemurnian
iman
a. Tetap bersukacita (ay. 6 dan 8)
“Bergembiralah akan
hal itu”. Oleh karena apakah kita bergembira? “menantikan keselamatan yang
telah tersedia untuk dinyatakan pada akhir zaman” (ay. 5). “Sangap kal kalak
adi dosa-dosana ialemi dingen salah lepakna isasapken” (Maz. 32:1).
b. Semangat dalam melayani (ay. 12)
“Kepada mereka telah
dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri sendiri, tetapi melayani kamu”.
Bahwa para nabi (ay. 10) diutus oleh Tuhan untuk melayani manusia.
c. Terus memberitakan Injil (ay. 9)
“dengan perantaraan
mereka (para nabi), yang oleh Roh Kudus yang diutus dari sorga, menyampaikan
berita Injil kepada kamu”.
d. Hidup dalam ketaatan dan kekudusan (ay.
14).
“Hiduplah sebagai
anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu
kebodohanmu”. “Tetapi hendaklah kamu kudus dalam seluruh hidupmu”. Menjadi
pribadi yang taat dan kudus adalah suatu perjuangan sampai akhir kehidupan.
e. Hidup dalam kasih (22).
“sehingga kamu dapat
mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu
sungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hati”.
Monday, November 4, 2024
Sumber dan Unsur Kebahagiaan
Thema : Sumber dan Unsur
Kebahagiaan
Nats : Mat. 6:33
Oleh : Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.
1. PENDAHULUAN
Banyak orang Kristen yang merasa kehidupannya kurang bahkan
tidak berbahagia. Tidak jarang suami istri memilih untuk diam satu dengan yang
lain, hidup berjauhan, bahkan lebih lagi ada yang memilih mengakhiri hubungan
(bercerai), walaupun itu jelas merupakan hal yang sangat dibenci oleh Tuhan. Anak-anak
merasa tidak nyaman dengan orang tua. Memang tidak mudah untuk membangun sebuah
keluarga yang berbahagia dan harmonis, itu adalah perjuangan seumur hidup. Selintas
kita melihat keluarga-keluarga Kristen baik-baik saja atau dengan kata lain
berbahagia. Tapi fakta yang sesungguhnya sering kali berbanding terbalik. Istri
tidak merasa bahagia, suami juga merasa kecewa bahkan anak-anak merasa tidak nyaman
ditengah keluarga. Hal ini tejadi karena banyak orang Kristen tidak memahami
sumber dan unsur kebahagiaan dalam hidupnya. Mari kita belajar memahami hal
tersebut !
2. ISI
a. Apakah arti dan perbedaan sumber dan unsur
kebahagiaan?
· Dalam KBBI sumber artinya: tempat
keluarnya, asal sesuatu. Sumber kebahagiaan berarti tempat, asal atau sesuatu
yang mendatangkan rasa bahagia dalam kehidupan manusia.
· Dalam KBBI unsur artinya: bagian, anggota,
elemen, faktor. Unsur kebahagiaan berarti hal-hal yang merupakan bagian atau faktor
yang mendukung sehingga seseorang merasa bahagia.
· Sumber kebahagiaan orang percaya hanya satu,
tetapi unsur kebahagiaan meliputi banyak hal.
b. Apakah sumber kebahagiaan orang percaya?
Carilah dahulu
Kerajaan Allah dan kenenarannya. Sumber kebahagiaan orang percaya adalah Allah.
· Yeremia berkata : “Mengenal Allah adalah
kebahagiaan manusia” (Yer. 9:23-24). Maka Paulus berkata: “Yang ku kehendaki
ialah mengenal Dia” (Fil. 3:10).
· Daud berkata: “Berbahagialah orang yang diampuni
pelanggarannya, yang dosanya ditutupi” (Maz. 32:1). “Hanya dekat Allah saja aku
tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku” (Maz. 62:2).
· Lukas berkata: “Yang berbahagia ialah
mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya” (Luk. 11:28).
· Yohanes berkata : “Berbahagialah ia yang membacakan
dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang
ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat” (Why. 1:3)
c. Apakah unsur kebahagiaan orang percaya?
Beberapa unsur kebahagiaan antara lain:
· Keluarga
Ø Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya
tidak akan kekurangan keuntungan. Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak
berbuat jahat sepanjang umurnya (Amsal 31:11-12). Lebih baik tinggal di sotoh
rumah daripada tinggal bersama perempuan yang suka bertengkar adalah (Amsal
21:9)
Ø Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan
janganlah berlaku kasar terhadap dia (Kol. 3:19).
Ø Anak yang bijak mendatangkan sukacita
kepada ayahnya, tetapi anak yang bebal adalah kedukaan bagi ibunya (Amsal 10:1)
· Pekerjaan
Ketika orang percaya
memiliki pekerjaan sebagai sumber perekonomian keluarga, maka akan terpenuhi
kebutuhan hidup (makanan, pakaian dan tempat tinggal), sehingga membuat
bertambah kebahagiaan. Rasul Paulus pun tetap bekerja sebagai pengusaha tenda
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Kis. 18:13). Bahkan ia menegaskan tentang
pentingnya pekerjaan dengan berkata: “Seorang yang tak mau bekerja janganlah ia
makan” (2 Tes. 3:10).
· Masa depan
“Janganlah kuatir akan
hari esok” (Mat. 6:34). Ayat ini menggambarkan betapa hari esok itu menjadi hal
yang penting untuk beroleh kebahagiaan. Banyak orang membuat asuransi untuk
masa depannya. Orang belajar sampai ke negeri Cina untuk mendapat pendidikan
yang baik untuk masa depan yang lebih baik.
· Kesehatan
“Di situ ada seorang
yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit” (Yoh. 5:5). Betapa orang
lumpuh itu sangat mengharapkan kesembuhan, sehingga tak bosan ia menunggu
sampai begitu lama. Dan saat Yesus menyembuhkannya ia sangat bersukacita.
d. Apakah saat unsur belum terpenuhi
kebahagiaan orang percaya hilang?
·
Yusuf
tetap bertahan dan tetap bersukacita dalam Tuhan ketika keluarganya
(saudaranya) menyakitinya.
·
Ayub tetap
bertahan dan tak pernah menyalahkan keadaan walaupun anaknya, hartanya, kesehatannya
sirna, bahkan isteri dan sahabat-sahabatnya pun tak peduli.
·
Paulus penyakitan,
kelaparan, didera, terombang-ambing, hampir karam dilautan dan dimasukkan kepejara,
namun ia berkata: “Bersukacitalah, sekali lagi kukatakan bersukacitalah !”
3. PENUTUP
Mari jadikan Tuhan sebagai sumber kebahagiaan, sehingga saat
unsur kebahagiaan belum terpenuhi kita akan tetap sanggup bertahan dan tidak
menyalahkan siapapun. Unsur kebahagiaan ada pasang surutnya, ada gelombangnya.
Tetapi saat sumber kebahagiaan kita adalah TUHAN, maka bisa dipastikan
kebahagiaan takkan pernah hilang dari hidup kita. AMIN.