Bolehkah
memindahkan tulang belulang leluhur?
Kejadian
50:24-25
By:
Pdt. Nelson Sembiring, M. Th.
Dikalangan
masyarakat Batak (Toba, Karo,dll) ada suatu kegiatan adat yang disebut Mangokal
Holi (Toba) atau Ngampeken
Tulan-tulan (Karo). Kegiatan ini jauh dilakukan sebelum masyarakat
Batak mengenal agama. Ini merupakan warisan dari leluhur secara turun-temurun.
Bagaimanakah pemahaman orang dengan kegiatan ini setelah masuknya pengaruh
Kekristenan? Tanpa menyebut nama gereja,
bahwa ada sebagian gereja benar-benar menolak dan sama sekali tidak
menerima kegiatan ini. Tetapi sebagian yang lain tetap menerima bahkan sama
sekali tidak mempermasalahkan kegiatan ini. Dalam situasi ini maka sebagai
orang percaya kita harus menyikapi hal ini dengan bijak. Sehingga kita tidak
terkesan eksklusif dengan benar-benar menolak tetapi juga tidak serta merta
menyetujui semua ritual yang dilakukan dalam kegiatan ini.
Orang yang
menyetujui kegiatan ini mendasarkan ayat Alkitab dalam Kejadian 50:24-25 dimana
pada masa tuanya Yusuf berpesan kepada keturunannya agar kelak ketika meninggalkan
Mesir jangan lupa membawa tulang-belulangnya ke Tanah perjanjian. Sehingga ini
menjadi dasar yang kuat bagi mereka untuk melakukannya tanpa memperhatikan alasan-alasan
mengapa itu dilakukan. Dikalangan masyarakat batak kegiatan ini sering sekali
membawa dampak negatif. Misalnya: menghabiskan dana yang besar (puluhan bahkan
ratusan juta) dan dalam kegiatan ini sering sekali terjadi sinkretisme (percampuran
keyakinan). Dimana orang-orang Kristen yang terlibat di dalam kegiatan ini akan
ikut-ikutan melakukan ritual berkaitan dengan arwah (roh) dari leluhur yang
tulang-belualngnya di gali tersebut. Jadi, jika kegiatan ini dilakukan dengan
mengorbankan dana besar dan pergeseran iman kita maka tentu ini perlu
dihindari.
Apakah
maksud pesan Yusuf pada keturunannya? Bahwa Mesir bukanlah tanah mereka. Sehingga
sangat wajar jika ia berpesan agar tulang-tulangnya di bawa saat pulang ke
tanah Kanaan. Iman Yusuf yang bertahan adalah
dalam janji Allah bahwa Kanaan akan menjadi tanah air umatnya (Kej 13:12-15; 26:3; 28:13). Oleh karena itu ia meminta agar
tulang-tulangnya dibawa ke tanah yang dijanjikan itu. Empat ratus tahun
kemudian, ketika orang Israel meninggalkan Mesir untuk pergi ke Kanaan mereka
membawa tulang-tulang Yusuf (Kel 13:19; Yos 24:32; bd. Ibr 11:22). Demikian pula, semua orang percaya tahu bahwa masa depan
mereka tidak terdapat di dunia ini, tetapi di tempat yang lain, tanah air
sorgawi, di mana mereka akan tinggal selama-lamanya dengan Allah dan menikmati
kehadiran dan berkat-berkat-Nya untuk selama-lamanya (Ibr 11:8-16; Wahy 21:1-4). Mungkin alasan lain dari Yusuf adalah bahwa
suatu ketika nanti keturunannya yang mau mengenang dia melalui ziarah maka
keturunannya tidak jauh-jauh pergi ke Mesir.
Sekarang
muncullah suatu pertanyaan. Apakah yang menjadi alasan orang batak melakukan
kegiatan ini? Bahwa tanah perjanjian kita adalah di Sorga. Jika saat seorang
meninggal di dalam Tuhan dan dikuburkan dengan liturgi Kristen apa pentingnya
lagi memindahkan tulang-belulang itu ke tugu. Terlebih jika jarak antara
kuburan dengan tugu tidaklah jauh. Akan bisa diterima akal jika memang
tulangnya di bawa dari satu kota ke kota lain dengan alasan agar dekat untuk
berziarah.
Jadi ini
bukanlah berbicara boleh atau tidak boleh dilakukan. Tetapi lebih kepada apa
manfaat dan tujuan kegiatan ini dilakukan. Andaikata pun ini dilakukan maka
perlu diperhatikan 2 hal yaitu:
1.
Pastikan
kegiatan adat ini tidak mengeluarkan dana yang besar hanya sekedar menunjukkan
bahwa kami keluarga yang mampu. Agar orang lain tahu bahwa kita hebat. Jika
Tuhan menitipkan harta kekayaan maka kelolalah dengan baik. Masih banyak hal
yang jauh lebih penting dan bermakna yang bisa di kerjakan melaui harta yang
kita miliki. Misalnya menolong keluarga kita yang kurang mampu bahkan lebih
dari itu untuk mengembangkan misi Tuhan melalui gereja.
2.
Pastikan
dalam kegiatan ini tidak terjadi sinkretisme atau kegiatan okultisme yang bisa
mengikis iman percaya kita kepada Tuhan.
No comments:
Post a Comment