Friday, November 30, 2018

Menyambut Kelahiran Kristus


Thema             : Menyambut Kelahiran Yesus
Nats                 : Luk. 1 : 31
Oleh                 : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.
A.       PENDAHULUAN
Kelahiran seorang adalah suatu momen istimewa bagi sebuah keluarga secara umum, sehingga berbagai persiapan khusus dilakukan dalam menanti-nantikan hari kelahiran tersebut. Cek secara rutin, mempersiapkan segala perlengkapan, siaga (siap antar jaga), dll., menjadi hal yang secara umum dilakukan oleh pasangan yang akan menyambut kelahiran tersebut. Begitu penting dan berharganya yang akan datang itu sehingga sebuah keluarga akan mengerahkan segala daya dan upaya untuk mempersiapkan yang terbaik untuk menyambutnya, dan hal ini adalah sesuatu yang nomal. Dalam konteks iman Kristen, setiap tahun kita menyambut satu bulan yang istimewa yaitu bulan Desember, dimana Allah datang ke dunia melalui sutau kelahiran secara jasmani. Memang peristiwa itu telah terjadi dimasa lampau (lebih dari 2000 tahun yang lalu) namun peristiwa itu tidak pernah usang bahkan sebaliknya semakin dikenang oleh jutaan umat manusia. Tetapi, tidak jarang juga kita mendengar ada kelompok tertentu berkata : “Untuk apa merayakanNatal?”. Dengan berbagai alasan dan teori yang sepertinya masuk akal mereka dengan yakin berkata bahwa peristiwa Natal itu tidak pernah terjadi dan kalaupun terjadi tidak mungkin di bulan Desember. Bagaimana sikap kita dalam menyambut Kelahiran Kristus?  
B.       ISI
1.      Sikap terhadap ajaran : Tidak Perlu Merayakan Natal.
Seorang pengikut Saksi Yehua berkata: “Murid-murid Yesus tidak juga merayakan Natal pada masa itu. Jadi Yesus hanya memerintahkan merayakan kematian (Paskah), bukan kelahiran (Natal). Tidak ada catatan yang spesifik dalam Alkitab untuk merayakan Natal”. Sikap kita: Sederhana saja, tanpa harus menggali teks-teks asli kitab suci tentang peristiwa Natal. Natal dalam kamus artinya adalah “kelahiran seseorang” secara spesifik seseorang itu disebut (Isa Almasih/Yesus). Perlukah Yesus memerintahkan kita untuk merayakan kelahiranNya? Jangankan kelahiran Yesus, kelahiran seseorang (ayah, ibu, anak, teman, dll) pun kita rayakan tanpa menunggu orang tersebut meminta kita untuk merayakannya. Apalagi Kealahiran orang yang begitu istimewa bagi kita (Yesus Kristus), tanpa diperitahkan pun kita akan menayatakan sukacita kita untuk mengenang hari kelahiranNya ketengah dunia ini. Orang Majus dari Timur saja pun datang jauh-jauh untuk merayakannya, mengapa manusia yang baru kemarin sore muncul berani mengatakan: Tak perlu Natal. Tapi biarpun demikian kita juga tidak perlu terlalu responsif sebab Kristus sendiri berkata : Biarkanlah lalang itu tumbuh bersama dengan gandum sampai musim penuaian tiba (Mat. 13:30).
2.      Sikap terhadap perbedaan tanggal perayaan Natal.
a.       Ada kelompok mengatakan: Tidak mungkin Natal terjadi pada bulan Desember (Tebet) sebab cuaca sangat dingin (di bawah 0oC) sehingga tidak mungkin ada gembala-gembala di padang (Luk. 2:8). Sikap kita: Sederhana saja, kita percaya Allah membentuk manusia dari debu tanah (Kej. 2:7), maka apa susahnya bagi Allah hanya untuk membuat cuaca yang baik/nyaman ketika firmanNya turun menjadi manusia (Yoh. 1:14), seperti pesan Malaikat Gabriel kepada Maria : Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil (Luk. 1:37).
b.      Ada kelompok merayakan Natal sebelum 25 Desember (bahkan akhir November), pas 25 November dan setelah 25 Desember (sampai akhir Januari). Sehingga muncul suatu pertanyaan: Tanggal berapa sebenarnya? Sikap kita: Sederhana saja, memang bila dikaji berdasarkan penanggalan (sistem kalender) maka akan terjadi pergeseran-pergeseran tanggal sesuai dengan aturan yang digunakan (penanggalan Bulan, Bintang, Matahari, dll). Namun, yang terpenting bukanlah tanggalnya tetapi esensinya bahwa Yesus benar-benar lahir untuk kita. Jika ada yang merayakan sebelum 25 Desember maka pandanglah bahwa ia merayakan penyambutan kelahirannya, jika pas 25 Desember pandanglah sebagai perayaan hari lahirnya, jika setelah 25 Desember pandanglah sebagai perayaan syukuran setelah kelahirannya, gitu aja kok repot. Intinya Yesus dipermuliakan di kala Natal tiba.
3.      Sikap terhadap gaya hidup masa kini.
a.       Fokus Natal bukan lagi Kristus (Ibr. 12:2) Saat menjelang perayaan Natal, hal yang sering dibahas adalah sekitar pakaian, makanan, kado, dll. Salahkah? Tidak ada yang salah dengan hal ini, tetapi jika hal ini menjadi fokus dan mempengaruhi sukacita Natal maka ada yang keliru dengan cara pikir kita. Mengapa Yesus lahir di kandang domba? Karena ia ingin memberi suatu teladan bagi kita agar kita memiliki sikap yang rendah hati (sederhana).
b.      Natal sebagai ajang menampilkan kebolehan. Saat perayaan Natal tiba, secara umum hal yang paling ditunggu bukanlah berita Natal (Firman Tuhan) tetapi lebih kepada tampilan acara-acara (melihat anaknya tampil, menunggu giliran tampil di depan, menanti Judika tampil, dll). Tidak ada yang salah dengan acara-acara tersebut tetapi semua itu hanyalah “bungkusnya”, isinya adalah Berita Natal dan itulah yang seharusnya yang paling ditunggu.
c.       Natal hanya sebagai acara wajib. Di kalangan gereja, instansi, organisasi, dll. kegiatan Natal adalah kegiatan tahunan yang wajib dilaksanakan, tetapi tidak jarang semua hanya sekedar melaksanakan kewajiban tanpa makna.Sehingga seselum dan sesudah Natal tidak ada suatu perubahan cara hidup. Bukankah terlalu besar harga (biaya) yang kita habiskan tahun demi tahun hanya untuk kegiatan wajib tanpa makna, alangkah sukacitanya kita juga Tuhan, jika kegitan wajib itu kita rayakan dengan penuh makna, bahwa oleh karena kita sudah ditebus (dibayar lunas) maka kita juga mau membayar harga itu untuk keselamatan yang telah kita nikmati.
C.       KESIMPULAN
Mari sambut kelahiran Kristus dengan sikap yang benar bahwa tidak ada alasan bagi kita untuk tidak merayakannya. Bahwa tiada yang mustahil bagi Allah untuk menyatakan kehendaknya bagi kita. Bahwa Natal adalah hariNya buka hari kita, sehingga fokusnya adalah Dia bukan kita. Jangan habiskan tenaga kita merayakan Natal tanpa makna. Tuhan Yesus memberkati.

No comments:

Post a Comment