Thema : Corona Datang Konsep Teologi Ditata Ulang
Nats :
Wahyu 22:18-19
Oleh : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.
A.
PENDAHULUAN
Puluhan, ratusan bahkan mungkin ribuan konsep teologi mewarnai
kehidupan ke-Kristen-an di dunia ini. Dari satu sumber yang sama yaitu Alkitab
tetapi dengan penafsiran yang berbeda, baik yang mengikuti azas yang benar juga
yang serampangan sehingga menghasilkan doktrin atau ajaran yang beranekaragam.
Semua merasa bahwa doktrinyalah yang paling benar dan Alkitabiah sehingga
dengan tegas menekankan kepada jemaat yang dipimpin. Tidak jarang kita
mendengar seorang Kristen berkata: Kata pendeta kami, aturan di gereja kami,
dll. Sehingga yang punya nama besar bukan lagi Tuhan melainkan “hamba Tuhan”
dan aliran gereja. Hari ini Corona datang membuat berbagai doktin dan ajaran
menjadi geger dan mestinya para teolog mulai merenung dan belajar menata ulang
konsep yang selama ini didengung-dengungkan dengan semangat 45. Rasul Yohanes
dalam Wahyu berkata: Barangsiapa menambahi atau mengurangi Firman Tuhan maka
akan mendapat ganjaran dari Allah. Secara langsung memang hari ini para teolog
tidak menambah dan mengurangi yang tersurat, tetapi secara tersirat banyak
ajaran yang mulai dibelokkan sesuai dengan kepentingan. Biarlah peristiwa
Corona menjadi momen untuk kembali belajar kepada Sang Guru Agung kita Yesus
Kristus. Mari belajar.
B.
ISI
1.
Corona
menata ulang pemahaman tentang kesembuhan Ilahi
Kitab-kitab Injil mencatat berbagai mujizat kesembuhan yang
dilakukan Yesus. Orang buta melihat, lumpuh berjalan, buta melihat, tuli
mendengar, bahkan mati hidup kembali. Berulang kali Yesus mendemonstrasikan
mujizat kesembuhan. Bahkan Petrus dengan kuasa Yesus menyembuhkan orang lumpuh.
Kita yakin bahwa kuasa Yesus masih sama sampai hari ini. Tetapi, sesuatu yang
menjadi miris hari ini bahwa ada hadir sekelompok orang yang mendemonstrasikan
kesembuhan ilahi dengan membuat pernyataan: Hadirilah KKR kesembuhan Ilahi, dan
dalam pelaksanaannya terkesan “memaksa Tuhan” untuk menyembuhkan mereka yang
datang membawa sakit penyakit. Dan yang tak kalah mirisnya ada satu setingan
kesembuhan hanya untuk suatu tujuan yang sarat kepentingan. Dimanakah mereka
hari ini saat Corona datang? Apakah mereka berdalih lagi dengan Firman yang
berkata dalam Amsal 22:3 “orang bijak akan bersembunyi jika melihat
malapetaka”. Saatnya pemahaman ini ditata ulang. Kita senang saat seseorang
disembuhkan, tapi ingat bahwa Tuhan tidak selalu memberikan kesembuhan sebagai
jawaban mereka yang sakit. Elisa memiliki karunia penyembuhan, Naaman sembuh
dari sakit kustanya oleh doa Elisa (2 Raj. 5:10 dan 14). Bahkan orang mati
hidup kembali saat jatuh ke kubur Elisa karena mengenai tulang belulangnya (2
Raj. 5:21). Tetapi Elisa sendiri mati oleh karena sakitnya (2 Raj. 5:14).
Paulus mendekap dan berdoa bagi Euthikus yang sudah mati dan ia hidup kembali (Kis.
20:9-10), tetapi saat ia sendiri berdoa berulang kali untuk kesembuhannya Tuhan
tidak mengabulkannya (2 Kor.12:7-9). Mari tata ulang kembali pemahaman tentang
kesembuhan ilahi. Jika Corona mengantar seseorang ke sorga maka itu jauh lebih
baik dari pada orang tersebut memiliki segalanya, hidup lama didunia tetapi
saat mati masuk neraka.
2.
Corona
menata ulang pemahaman bahwa mengikut Tuhan selalu diberkati.
Sebuah ayat berkata: “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup,
dan mempunyainya dalam segala kelimpahan (Yoh. 10:10). Dengan bermodalkan ayat
ini ada sekelompok orang dengan berapi-api berkata: “Ikut Tuhan diberkati, ikut
Tuhan anda menjadi makmur”. Bahkan dengan lantang mereka berkata jika sampai
saat ini anda masih miskin padahal sudah ikut Tuhan berarti ada masalah, mungkin
dosamu atau kamu tak serius berTuhan”. Dimanakah mereka saat ini saat Corona
datang? Jika mereka melimpah dengan berkat jasmani tidakkah seharusnya mereka
menjadi berkat bagi orang yang sedang kesusahan. Jika memang ikut Tuhan
diberkati, mengapa banyak orang percaya bahkan hamba Tuhan jadi korban Corona?
Saatnya pemahaman ini ditata ulang, bahwa Yesus datang agar kita hidup dalam
kelimpahan adalah benar, tetap yang dimaksud bukan jasmani semata tetapi hidup
secara rohani adalah maksud utama dari ayat ini. Seorang Paulus saja mengalami
beratnya hidup mengikut Tuhan, ia pernah dipenjara (Ef. 4:1), kelaparan (Fil.
4:12), dan banyak penderitaan yang ia alami, tetapi ia berkata : meskipun
manusia lahiriah kami semakin merosot tetapi manusia batiniah kami semakin
dibaharui hari lepas hari (2 Kor. 4:16). Saatnya ditata ulang pemahaman ini,
bahwa mengikut Tuhan selalu diberkati adalah benar tapi ingat bagi orang yang
mengerti kebenaran penderitaan pun adalah berkat yang Tuhan berikan.
3.
Corona
menata ulang slogan kasih.
Orang Kristen selalu mengagung-agungkan sebagai agama yang penuh
kasih. Ajaran Yesus tentang kasih, ya itu benar. Banyak orang Kristen tak punya
kasih, itu sangat benar. Saat Corona datang berbagai lembaga, perusahaan,
kalangan-kalangan artis yang secara umum sedikit cerita tentang kasih tetapi
berlomba-lomba mempraktekkan kasih lewat menjadi donatur dalam masa-masa wabah
corona saat ini. Apakah para penganut ajaran kasih akan berlidung lagi pada
ayat: meskipun engaku menyerahkan tubuhmu untuk dibakar jika tanpa kasih tidak
ada faedahnya (1 Kor. 13:3)? Apakah karena mereka yang menjadi donatur bukan
seorang Kristen maka kita katakan mereka tak punya kasih? Ingat orang Samaria
yang baik hati, dia penuh belas kasihan. Yesus mengatakan bahwa dialah yang
memiliki kasih terhadap sesamanya. Cukuplah Mahatma Gandhi berkata: “Saya kagum
dengan ajaran Yesus, selangkah lagi kaki saya masuk ke dalam gereja, tetapi
orang Kristen itu membuat saya gagal menjadi orang Kristen”. Saatnya kasih itu
di tata ulang, kasih yang sejati adalah kasih seorang sahabat yang rela
memberikan nyawanya untuk sahabatnya. Corona mengajak kita untuk membuktikan
kemurnian kasih yang selama ini kita dengungkan.
Mari kita tambahkan yang ke-4, ke-5 dan
seterusnya bagian yang perlu di tata ulang, sehingga akhirnya kita semakin
yakin bahwa tidak ada sesuatu yang kebetulan dalam setiap kejadian yang Tuhan
izinkan untu terjadi.
C.
PENUTUP
Biarlah Corona yang oleh banyak
ilmuan disebut sebagai senjata biologis tetapi kita sebagai orang percaya menyebutnya
sebagai senjata teologis. Untuk merakit dan merajut kembali pemahaman yang
telah hampir hilang sehingga kita bisa tegak berdiri sebagai benteng pertahanan
terakhir dalam setiap permasalahan ditengah-tengah dunia ini. Amin. Tuhan Yesus
memberkati.