Monday, April 6, 2020

Corona Datang Konsep Teologi Ditata Ulang


Thema                        : Corona Datang Konsep Teologi Ditata Ulang
                                                Nats                : Wahyu 22:18-19
Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.

A.        PENDAHULUAN
Puluhan, ratusan bahkan mungkin ribuan konsep teologi mewarnai kehidupan ke-Kristen-an di dunia ini. Dari satu sumber yang sama yaitu Alkitab tetapi dengan penafsiran yang berbeda, baik yang mengikuti azas yang benar juga yang serampangan sehingga menghasilkan doktrin atau ajaran yang beranekaragam. Semua merasa bahwa doktrinyalah yang paling benar dan Alkitabiah sehingga dengan tegas menekankan kepada jemaat yang dipimpin. Tidak jarang kita mendengar seorang Kristen berkata: Kata pendeta kami, aturan di gereja kami, dll. Sehingga yang punya nama besar bukan lagi Tuhan melainkan “hamba Tuhan” dan aliran gereja. Hari ini Corona datang membuat berbagai doktin dan ajaran menjadi geger dan mestinya para teolog mulai merenung dan belajar menata ulang konsep yang selama ini didengung-dengungkan dengan semangat 45. Rasul Yohanes dalam Wahyu berkata: Barangsiapa menambahi atau mengurangi Firman Tuhan maka akan mendapat ganjaran dari Allah. Secara langsung memang hari ini para teolog tidak menambah dan mengurangi yang tersurat, tetapi secara tersirat banyak ajaran yang mulai dibelokkan sesuai dengan kepentingan. Biarlah peristiwa Corona menjadi momen untuk kembali belajar kepada Sang Guru Agung kita Yesus Kristus. Mari belajar.
B.        ISI
1.      Corona menata ulang pemahaman tentang kesembuhan Ilahi
Kitab-kitab Injil mencatat berbagai mujizat kesembuhan yang dilakukan Yesus. Orang buta melihat, lumpuh berjalan, buta melihat, tuli mendengar, bahkan mati hidup kembali. Berulang kali Yesus mendemonstrasikan mujizat kesembuhan. Bahkan Petrus dengan kuasa Yesus menyembuhkan orang lumpuh. Kita yakin bahwa kuasa Yesus masih sama sampai hari ini. Tetapi, sesuatu yang menjadi miris hari ini bahwa ada hadir sekelompok orang yang mendemonstrasikan kesembuhan ilahi dengan membuat pernyataan: Hadirilah KKR kesembuhan Ilahi, dan dalam pelaksanaannya terkesan “memaksa Tuhan” untuk menyembuhkan mereka yang datang membawa sakit penyakit. Dan yang tak kalah mirisnya ada satu setingan kesembuhan hanya untuk suatu tujuan yang sarat kepentingan. Dimanakah mereka hari ini saat Corona datang? Apakah mereka berdalih lagi dengan Firman yang berkata dalam Amsal 22:3 “orang bijak akan bersembunyi jika melihat malapetaka”. Saatnya pemahaman ini ditata ulang. Kita senang saat seseorang disembuhkan, tapi ingat bahwa Tuhan tidak selalu memberikan kesembuhan sebagai jawaban mereka yang sakit. Elisa memiliki karunia penyembuhan, Naaman sembuh dari sakit kustanya oleh doa Elisa (2 Raj. 5:10 dan 14). Bahkan orang mati hidup kembali saat jatuh ke kubur Elisa karena mengenai tulang belulangnya (2 Raj. 5:21). Tetapi Elisa sendiri mati oleh karena sakitnya (2 Raj. 5:14). Paulus mendekap dan berdoa bagi Euthikus yang sudah mati dan ia hidup kembali (Kis. 20:9-10), tetapi saat ia sendiri berdoa berulang kali untuk kesembuhannya Tuhan tidak mengabulkannya (2 Kor.12:7-9). Mari tata ulang kembali pemahaman tentang kesembuhan ilahi. Jika Corona mengantar seseorang ke sorga maka itu jauh lebih baik dari pada orang tersebut memiliki segalanya, hidup lama didunia tetapi saat mati masuk neraka.
2.      Corona menata ulang pemahaman bahwa mengikut Tuhan selalu diberkati.
Sebuah ayat berkata: “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan (Yoh. 10:10). Dengan bermodalkan ayat ini ada sekelompok orang dengan berapi-api berkata: “Ikut Tuhan diberkati, ikut Tuhan anda menjadi makmur”. Bahkan dengan lantang mereka berkata jika sampai saat ini anda masih miskin padahal sudah ikut Tuhan berarti ada masalah, mungkin dosamu atau kamu tak serius berTuhan”. Dimanakah mereka saat ini saat Corona datang? Jika mereka melimpah dengan berkat jasmani tidakkah seharusnya mereka menjadi berkat bagi orang yang sedang kesusahan. Jika memang ikut Tuhan diberkati, mengapa banyak orang percaya bahkan hamba Tuhan jadi korban Corona? Saatnya pemahaman ini ditata ulang, bahwa Yesus datang agar kita hidup dalam kelimpahan adalah benar, tetap yang dimaksud bukan jasmani semata tetapi hidup secara rohani adalah maksud utama dari ayat ini. Seorang Paulus saja mengalami beratnya hidup mengikut Tuhan, ia pernah dipenjara (Ef. 4:1), kelaparan (Fil. 4:12), dan banyak penderitaan yang ia alami, tetapi ia berkata : meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot tetapi manusia batiniah kami semakin dibaharui hari lepas hari (2 Kor. 4:16). Saatnya ditata ulang pemahaman ini, bahwa mengikut Tuhan selalu diberkati adalah benar tapi ingat bagi orang yang mengerti kebenaran penderitaan pun adalah berkat yang Tuhan berikan.
3.      Corona menata ulang slogan kasih.
Orang Kristen selalu mengagung-agungkan sebagai agama yang penuh kasih. Ajaran Yesus tentang kasih, ya itu benar. Banyak orang Kristen tak punya kasih, itu sangat benar. Saat Corona datang berbagai lembaga, perusahaan, kalangan-kalangan artis yang secara umum sedikit cerita tentang kasih tetapi berlomba-lomba mempraktekkan kasih lewat menjadi donatur dalam masa-masa wabah corona saat ini. Apakah para penganut ajaran kasih akan berlidung lagi pada ayat: meskipun engaku menyerahkan tubuhmu untuk dibakar jika tanpa kasih tidak ada faedahnya (1 Kor. 13:3)? Apakah karena mereka yang menjadi donatur bukan seorang Kristen maka kita katakan mereka tak punya kasih? Ingat orang Samaria yang baik hati, dia penuh belas kasihan. Yesus mengatakan bahwa dialah yang memiliki kasih terhadap sesamanya. Cukuplah Mahatma Gandhi berkata: “Saya kagum dengan ajaran Yesus, selangkah lagi kaki saya masuk ke dalam gereja, tetapi orang Kristen itu membuat saya gagal menjadi orang Kristen”. Saatnya kasih itu di tata ulang, kasih yang sejati adalah kasih seorang sahabat yang rela memberikan nyawanya untuk sahabatnya. Corona mengajak kita untuk membuktikan kemurnian kasih yang selama ini kita dengungkan.  
       Mari kita tambahkan yang ke-4, ke-5 dan seterusnya bagian yang perlu di tata ulang, sehingga akhirnya kita semakin yakin bahwa tidak ada sesuatu yang kebetulan dalam setiap kejadian yang Tuhan izinkan untu terjadi.
C.        PENUTUP
Biarlah Corona yang oleh banyak ilmuan disebut sebagai senjata biologis tetapi kita sebagai orang percaya menyebutnya sebagai senjata teologis. Untuk merakit dan merajut kembali pemahaman yang telah hampir hilang sehingga kita bisa tegak berdiri sebagai benteng pertahanan terakhir dalam setiap permasalahan ditengah-tengah dunia ini. Amin. Tuhan Yesus memberkati.


Saturday, April 4, 2020

PENGINJIL YANG DEWASA


Thema                        : Penginjil Yang Dewasa
Nats                : Ef. 4:13
Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.

A.       PENDAHULUAN
Sebuah ungkapan berbunyi : “Menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa itu pilihan”. Apa makna ungkapan ini?  Bahwa semua manusia yang hidup akan menjadi tua tetapi tidak semua manusia menjadi dewasa. Idealnya semakin bertambah usia seseorang semakin dewasa pula cara berpikirnya. Dalam konteks kerohanian, seharusnya seseorang yang sudah mengenal Kristus semakin hari hidupnya semakin menyerupai Kristus. Namun tidak jarang kita melihat bahwa seseorang yang sudah cukup lama hidup sebagai pengikut Kristus tetapi kurang dewasa dalam iman dan pengetahuan tentang Allah. Sehingga  Rasul Paulu berkata kepada orang Ibrani: Dari segi waktu seharusnya kamu sudah menjadi pengajar (penginjil), tetapi kenyataannya kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras (Ibr. 5:12). Artinya, bahwa seharusnya sebagai orang yang sudah bertahun bahkan mungkin berpuluh tahun menjadi orang Kristen seharusnya kita sudah dewasa dalam iman dan tidak hanya sebatas menerima pengajaran tetapi mengajar (menginjili) orang lain untuk mengenal Kristus Tuhan.

B.       ISI
1.      Siapakah penginjil?
Penginjil adalah mereka yang menjadi pemberita-pemberita  kabar baik (Injil), Ef. 4:11. Siapakah yang menjadi pemberita kabar baik itu? Banyak yang menganggap bahwa penginjilan adalah adalah tugas para misionaris atau setidaknya mereka yang punya jabatan gerejawi. Jika hari ini kita masih berpikir demikian bertobatlah. Sebab pemberita Injil adalah setiap orang telah dipanggil Tuhan dari kegelapan kepada terang (1 Pet. 2:9). Bahwa sampai hari ini saya belum berhasil membawa orang untuk percaya kepada Tuhan jangan merasa gagal, sebab seseorang menjadi percaya bukan karena kita tetapi  karena pekerjaan Roh Kudus. Tetapi jika sampai hari ini saya belum pernah memberitakan Kristus kepada orang lain maka selidikilah hati anda, apakah memang saya sudah dipanggil dari kegelapan? Sebab Yohanes dan Petrus berkata: Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan dengar (Kis. 4:20). Artinya jika sungguh kita percaya maka mulut kita rindu untuk menceritakan Injil.
2.      Bagaimanakah Penginjil yang dewasa?
·         Memilki Iman dan pengetahuan yang benar tentang Allah (Ef. 4:13)
Iman dan pengetahuan (hikmat) tidak bekerja masing-masing tetapi bekerja bersama sehingga tidak benar bahwa mereka yang beribadah di rumah lebih berhikmat dan mereka yang tetap ke gereja lebih beriman. Yang benar adalah dengan iman dan hikmat aku hadir di gereja dengan iman dan hikmat pula aku beribadah di rumah.  
·         Bertumbuh menyerupai Kristus (Ef. 4:13)
·         Menjadi sama dengan Kristus kita tidak akan pernah bisa, tetapi hidup semakin menyerupai Kristus adalah bukti kita bertumbuh dan semakin dewasa secara rohani. Indikator seseorang bertumbuh hanya satu : hidup berpadanan dengan panggilan Kristus.
·         Berpegang teguh pada kebenaran (Ef. 4:15).
Tidak ada kebenaran di luar Yesus. Artinya bahwa seorang yang telah dewasa maka ia tidak mudah diombang-ambingkan oleh: rupa-rupa angin pengajaran dan permainan palsu manusia yang menyesatkan (ay. 14).
3.      Dampak Penginjil yang dewasa
Ketika kita mejadi dewasa maka :
·         Saling memperlengkapi dalam pelayanan (ay. 12)
·         Terbentuk satu tim pelayan yang solid (ay. 16)
C.        PENUTUP
Menjadi dewasa bukan sebatas menghadirkan kegiatan rohani dalam diri tetapi lebih kepada satunya perkataan dan perbuatan yang didasari Injil Kristus. Tanpa ditahbis oleh gereja pun kita akan menjadi penginjil (Evangelis) saat mulut kita selalu rindu untuk bercerita tentang cintaNYA yang telah menyelamatkan kita. Tuhan Yesus memberkati. AMIN.

MENGUCAP SYUKUR


Thema                        : Mengucap Syukur
Nats                : Ef. 5:20                                
Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.


A.        PENDAHULUAN
Sering kita mendengar kesaksian seseorang dari atas mimbar tentang betapa ia bersyukur karena apa yang ia rindukan di jawab oleh Tuhan. Dengan berapi-api ia menyampaikan kebaikan Tuhan yang telah menjawab doanya. Bahkan tidak jarang kesaksian itu mengundang tepuk tangan dari jemaat yang mendengarkannya. Adalah sesuatu yang baik mengucap syukur atas kerinduan yang di jawab Tuhan. Sebaliknya, pernahkan kita mendengar kesaksian dari atas mimbar tentang seseorang yang bersyukur karena rumahnya terbakar saat mereka sekeluarga beribadah di gereja, seseorang yang bersyukur atas penyakit yang sudah ia derita puluhan tahun dan tak kunjung sembuh, seseorang yang bersyukur walaupun Tuhan belum memberikan keturunan yang sangat dirindukan, dll ? Mengucap syukur bukan berbicara hasil dari apa yang di doakan tetapi berbicara doa apapun hasilnya. Jika hasil yang membuat kita bersyukur maka ada kalanya kita berhenti bersyukur tetapi jika doa sebagai ucapan syukur maka kita akan senantiasa bersyukur, terkecuali kita berhenti berdoa.

B.        ISI
1.      Arti mengucap syukur
·      Secara praktis dalam KBBI: Bersyukur artinya berterima kasih. Misalnya: Saya bersyukur karena terhindar dari bahaya.
·      Secara teologis: Bersyukur adalah suatu sikap yang mengakui otoritas Allah dalam hidup kita. Paulus selalu berkata: “Aku mengucap syukur kepada Allah ....” (Rm. 1:8, 21, 1 Kor. 1:4, 14:18, Fil. 1:3, 5, Kol. 1:3, 3:17, 1 Tes. 1:2, dll). Artinya bahwa Paulus sangat menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan tetapi semua atas seizin Allah.
2.      Kapan mengucap syukur?
·      Setiap saat (senantiasa).
Ef. 5:20 “Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita”.
·      Dalam segala hal (apapun yang terjadi)
1 Tes. 5:18 “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu”.
            Ilustrasi : Raja dan dua pengawalnya.
3.      Hal-hal yang kita syukuri.
·      Secara teologis: Bersyukur atas anugerah keselamatan yang diberikan Tuhan (Maz. 118:21). Melalui peristiwa Nuzul (turunnya) Firman menjadi manusia maka kita beroleh keselamatan. Inilah hal yang sangat kita syukuri.
·      Secara praktis:
a.       Memberi jalan keluar untuk setiap masalah kita (Maz. 136:13). Laut Teberau selalu ada di perjalanan hidup kita, tetapi Allah sudah menyiapkan jalan untuk kita tempuh.
b.      Memimpin perjalanan hidup kita sepanjang tahun 2019 (Maz. 136:16). Gurun 2019 telah berlalu dengan pimpinan Tuhan, gurun selanjutnya pun akan Tuhan pimpin.
c.       Mencukupkan segala kebutuhan kita sepanjang tahun 2019 (Maz. 136:25). Sepanjang 2019 Tuhan telah sediakan manna dari sorga dan burung puyuh, maka tahun ini Tuhan akan sediakan yang lebih baik lagi.

C.        KESIMPULAN
Bersyukur adalah rahasia hidup bahagia. Jangan tunggu hidup bahagia untuk bersyukur tetapi bersyukurlah maka kita akan hidup bahagia. Jika kebahagiaan diukur dari apa yang kita miliki maka kita takkan pernah berbahagia sebab mereka yang sudah mempunyai segalanya (harta dunia) pun tak pernah bahagia. Bahagia itu sederhana, ingat resepnya “Bersyukurlah senantiasa dan dalam segala hal” maka bahagia akan menjadi milik kita. Tuhan Yesus memberkati. Amin. 

KARENA BEGITU BESAR KASIH ALLAH


Thema                        : Karena Begitu Besar Kasih Allah Akan Dunia Ini
Nats                : Yoh. 3:16
Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.
A.        PENDAHULUAN
Tidak ada kekuatan yang lebih besar dari pada kekuatan cinta. Untuk mengenang isteri yang sangat dicintainya Shan Jahan membangun sebuah bagunan yang menjadi salah satu keajaiban dunia yaitu Taj Mahal di India. Banguan itu melibatkan ribuan pekerja. Kisah Romeo dan Juliet juga menjadi bagian yang tak terpisahkan dari cerita cinta, keduanya rela mati bersama dari pada harus hidup berpisah. Rahwana membuktikan cintanya kepada kepada Dewi Sinta walaupun akhirnya ia harus mati ditangan Rama. Rahwana mencintai Sinta tanpa syarat. Walaupun ia tahu Sinta mencintai Rama tapi ia ingin tetap mencintai Sinta, ia sabar menunggu. Setiap hari ia datang kepada sinta sambil berdendang dan melantunkan syair-syair indah dan berharap Sinta akan mencintainya. Mencintai seseorang yang mencintai orang lain sama dengan mendekap pohon kaktus, semakin didekap semakin sakit. Pernahkah kita membayangkan betapa sedih hati bapa di sorga yang telah mengaruniakan anakNya yang tunggal untuk kita. Dia data kepada milik kepunyaanNya tetapi Ia di tolak. Adakah cinta yang lebih besar dari pada cinta seseorang yang mau mati untuk orang berdosa?? Untuk orang baik mungkin ada yang mau mati tapi untuk orang berdosa hanya Yesus yang mau melakukannya. Mari sadari betapa besar kasih Allah kepada kita sehingga Ia hadir ke dunia mengunjungi kita.
B.        ISI
1.      Bukti Kasih Allah
Cinta atau kasih bukanlah sebatas kata-kata, jika ada yang mengatakan cinta tapi no action maka sesungguhnya dia tidak mengerti cinta. Allah membuktikan kasihNya kepada manusia.
·      Allah menjanjikan Juruselamat kepada manusia saat jatuh ke dalam dosa di taman Eden (Kej. 3:15 dan 21).
·      Allah menggenapi janjiNya dengan mengaruniakan AnakNya yang tunggal (Yoh. 3:16, 1:29). Ilustrasi : Mawar putih Vs gagak Hitam
2.      Sasaran Kasih Allah
Allah tidak pernah beralih cinta kasihNya. Bukan ia tidak mampu menciptakan mahluk selain manusia untuk menjadi sasaran kasiNya. Sebab batu-batuan pun bisa Tuhan perintahkan memuji namaNya (Luk. 19:40). Tetapi cintanya hanya manusia. Walaupun manusia tidak setia ia tetap setia. Siapakah sasaran kasih Allah?
·      Dunia
“Karena begitu besara kasih Allah akan dunia ini” (ay. 16). Dunia bukan berbicara tempat tetapi dunia artinya orang-orang yang tidak percaya (tidak mengenal Allah, Yoh. 1:10)
·      Manusia berdosa.
“Terang datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang” (ay. 19).
3.      Hasil Kasih Allah.
·      Manusia mengenal Allah (Yoh. 1:18)
Ketika Allah mengaruniakan anakNya yang tunggal, ketika Firman menjadi manusia maka kita melihat dan mengenal Allah di dalam Pribadi Yesus Kristus.
·      Manusia menjadi percaya (Yoh. 3:16) bahkan menerimanya (Yoh. 1:12) sehingga menjadi anak-anak Allah.
·      Yang percaya tidak binasa/beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16). Keselamatan memang disediakan bagi semua orang tetapi keselamatan hanya diperoleh orang yang mau membuka hatinnya dan semua berbatas waktu. Carilah Tuhan selama Ia berkenan (Yes. 55:6). Benar bahwa menjelang kematianpun Tuhan menyelamatkan penjahat yang disalib, tapi jangan tunggu nanti, sebab seorangpun tiada yang tahu kapan hari itu datang. Ilustrasi : Gratis !!!
C.        KESIMPULAN
Natal adalah tentang cinta Tuhan, karena cintaNya Ia mengunjungi kita, karena cintaNya Ia rela menjadi miskin, karena cintaNya Ia rela menjadi hamba, karena cintanya Ia rela menderita, tetapi Ia tetap setia, bahkan sampai naik ke atas salib. Saatnya kita buktikan cinta kasih kita kepadaNya dengan senantiasa hidup dalam kasih dan persaudaraan, hidup dalam kesatuan roh dan senantiasa memberitakan perbuatan Tuhan yang ajaib. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

HASILKAN BUAH PERTOBATAN


Thema             : Hasilkan Buah Pertobatan
Nats                 : Mat. 3:1-12
Oleh                 : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.
A.       PENDAHULUAN
Banyak orang beragama Kristen tetapi sedikit yang menjadi pengikut Kristus bahkan sangat sedikit yang sungguh-sungguh menjadi pengikut Kristus. Buktinya, dari lebih 2,4 milyar penduduk dunia yang beragama Kristen bisa dipastikan hanya 20% yang beribadah pada hari minggu (selebihnya mencari kesenangan di luar gereja). Dari 20% yang beribadah di hari minggu hanya 2% yang sungguh-sungguh hatinya beribadah kepada Tuhan. Sehingga benarlah firman Tuhan yang berkata: Banyak yang terpanggil tetapi sedikit yang terpilih (Mat. 22:14). Dari manakah sebuah pohon dikenal? Dari buahnya, sebab pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik dan sebaliknya. Mari buktikan bahwa kita benar pengikut Kristus dengan senantiasa menghasilkan buah pertobatan, sehingga tanpa perkataan pun kita bisa memenangkan jiwa-jiwa yang ada disekitar kita. Sebab khotbah terbaik bukanlah berkata-kata di atas mimbar tetapi senantiasa hidup dengan benar.   
B.       ISI
1.      Arti Pertobatan
a.       Secara Teologis, bertobat berarti pindah dari kegelapan kepada terang Tuhan (1 Pet. 2:9). Dengan kata lain, bertobat berarti menerima Tuhan Yesus sehingga kita menjadi anak-anakNya (Yoh. 1:12). Contoh: Saulus menjadi Paulus.
b.      Secara Praktis, bertobat berarti suatu sikap hidup yang sadar akan perbuatannya yang salah dan menyesalinya serta memohon ampunan kepada Tuhan. Contoh: Daud menyesal dan memohon ampun saat ditegur oleh Natan tentang perzinahan yang ia lakukan dengan Betsyeba (2 Sam. 12:13).
2.      Apakah Baptisan sama dengan pertobatan?
Banyak orang beranggapan bahwa baptisan adalah suatu jaminan bagi seseorang beroleh keselamatan. Dengan kata lain bahwa seseorang yang sudah dibaptis berarti sudah bertobat. Benarkah demikian? Baptisan yang bagaimanakah yang menyelamatkan seseorang?
a.       Baptisan Air (ayat 11).
Ketika seseorang dibaptis dengan air, apakah diselam, dipercik atau dituang, semuanya itu hanyalah sebagai tanda (lambang/simbol) sebagai seorang Kristen. Idealnya memang seseorang yang akan dibaptis adalah mereka yang sudah mengerti tentang keselamatan, namun pada kenyataannya banyak dilakukan hanya sebagai seremonial gereja bahwa baptisan sebagai satu sakramen di organisasi gereja. Sehingga tidak jarang kita lihat orang yang sudah dibaptis hidupnya tidak lebih baik dari mereka sebelum dibaptis.
b.      Baptisan Roh Kudus (ayat. 11, Kis. 1:5).
Inilah baptisan yang sesungguhnya, bahwa seseorang yang telah menerima Yesus dan Roh Kudus mengisi ruang hatinya maka pastilah ia sudah bertobat secara telogis yaitu pindah dari kegelapan kepada Terang Tuhan yang ajaib. Salah satu penjahat yang disalib bersama Kristus bertobat menjelang kematiannya dan ia beroleh keselamatan.
c.       Baptisan Api (ayat 11)
Baptisan api bukanlah baptisan dalam arti cara atau salah satu metode baptisan selain menggunakan air. Bahwa orang yang telah bertobat (dibaptis olehRoh Kudus) maka Tuhan akan izinkan api (penderitaan) untuk memurnikan imannya. Sebab melalui dapur perapianlah akan terbukti itu emas atau mitasi. Melalui pukulan, tempaan, perapianlah sebuah bejana indah akan terbentuk. Contoh: Sadrakh, dkk harus masuk perapian yang menyala-nyala, Daniel harus masuk ke Goa singa untuk ujian imannya.
3.      Bukti seseorang yang sudah bertobat.
a.       Mewarisi iman Abraham (ay. 9).
Abraham mampu melihat apa yang belum terlihat saat ia berangkat dari Ur-Kasdim menuju Tanah perjanjian. Oleh karena itu ia disebut bapa orang beriman. Apakah Abraham sampai di Tanah perjanjian? Jangankan Abraham Musa pun tidak sampai, tapi dalam mata iman ia telah melihat tanah perjanjian itu. Ingat, iman yang besar sanggup memindahkan gunung tapi lebih dari itu bahwa yang benar adalah tetap percaya meskipun gunung tidak berpindah.
b.      Menghasilkan buah yang baik (ay. 10).
Sebuah pohon yang baik akan tetap menghasilkan buah yang baik walaupun ia di lempar atau dijolok. Seorang yang sudah bertobat akan tetap hidup benar apapun masalah yang datang dalam hidupny. Ia akan tetap berbuah manis dan menjadi berkat bagi orang lain. Apa buahnya (Gal. 5:22-23)
c.       Bertahan sampai akhir (ayat 12).
Untuk membuktikan mana gandum dan jerami maka Tuhan sudah siapkan alat penampi.  Untuk membuktikan seseorang benr sudah bertobat maka Tuhan izinkan masalah sehingga telihat dia setia atau tidak, jika ia bertahan dan setia sampai akhir maka benarlah ia dulu telah bertobat namun sebaliknya jika ia tidak setia maka tidak benar bahwa dulu ia pernah menerima Yesus dalam hatinya.
C.       KESIMPULAN
Mari sambut Natal dengan satu keyakinan bahwa Tuhan bukan lagi lahir di kota Betlehem tetapi hadir di hati kita sehingga pertobatan yang sejati sungguh-sungguh menjadi milik kita. Dan itulah yang akan mengantarkan kita pada kekekalan yang akan datang. Tuhan Yesus memberkati. AMIN.

GEMBALA DIHARI NATAL


Thema             : Gembala di Hari Natal
Nats                 : Luk. 2:8–20
Oleh                 : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.

A.       PENDAHULUAN
Natal selalu memiliki cerita dan makna bagi setiap manusia. Mulai dari kelompok yang menentang peristiwa tersebut sampai pada kelompok yang sangat mengaguminya. Orang Majus yang tidak menyembah Allah Abraham mengakui peristiwa besar itu, keahlian mereka sebagai astrolog menuntunnya kepada Kristus yang dilahirkan di Betlehem. Sementara  para pendeta Yahudi (Imam kepala dan ahli Taurat) yang selalu memanggil Allah Abraham di setiap doanya dengan tegas menentangnya. Bahkan diantara kelompok yang menerima berita Natal sebagai suatu kebenaran pun masih ada pertentang-pertentangan kecil. Ada yang merayakan Natal mulai awal Desember, ada yang merayakannya mulai 25 Desember bahkan ada yang merayakannya di bulan Januari. Berbicara kapan lahirnya bukanlah hal yang prinsipil, jadi tidak ada masalah walaupun ada perbedaan. Sebab yang terpenting bukanlah “kapan lahirnya” tapi “bahwa telah lahir”. Mari belajar dari sikap para gembala di hari Natal.
B.       ISI
1.      Nubuatan tentang Padang Gembala (ay. 8).
Padang gembala bukanlah berbicara sekedar tempat memelihara domba, tetapi ini adalah satu tempat khusus yang sudah diberitakan di dalam kitab Kejadian 35:19-21. Ketika Rahel meninggal saat melahirkan Benyamin dan ia dikuburkan di sisi jalan ke Efrata (Betlehem) dan Yakub mendirikan sebuah tugu dan di sebut Migdal Eder (menara Kawanan Domba). Selanjutnya Nabi Mikha mempertegas: “Dan engkau, hai Menara Kawanan Domba, hai Bukit puteri Sion, kepadamu akan datang dan akan kembali pemerintahan yang dahulu, kerajaan atas puteri Yerusalem” (Mikha 4:8). Benar bahwa ditempat itu ada pemeliharaan domba-domba pilihan yang digunakan sebagai korban dalam upacara-upacara keagamaan Yahudi tapi sesungguhnya domba yang paling dinantikan adalah Yesus Kristus sang “Anak Domba Allah” (Yoh. 1:29). Ini berarti bahwa Lukas tidak sembarangan dalam mencatat tentang para gembala yang menerima berita Natal (walaupun Matius dan Markus tidak mencatatnya).
2.      Mungkinkah ada gembala di padang saat bulan Desember hingga Januari yang sangat dingin?
Hanya di wilayah Israel utara biasanya salju turun dari gunung Hermon setiap musim dingin. Sedangkan Bethelem Efrata, tempat Malaikat itu bertemu dengan para gembala, bukan wilayah yang turunnya salju. Wilayah Israel selatan terdiri dari gurun, karena itu pada bulan Desember suhu Betlehem sekitar 13,8°C sampai 5,5°C. Pada suhu tertentu yang disebut titik beku, yaitu 0°C barulah salju bisa turun. Karena itu, tidak ada salju di Betlehem, kecuali pada saat-saat tertentu turun salju tipis kiriman dari wilayah utara. Dan pada suhu terdingin pun ternyata para gembala dan domba masih bisa bertahan (Kej. 31: 38-40). Jadi alasan tidak mungkin ada gembala di padang terlalu memaksakan hanya sekedar untuk menolak berita Natal. Belum lagi kita berbicara bahwa: “bagi Allah tidak ada yang mustahil” (Luk: 1:37). Bahwa bukan perkara sulit bagi Tuhan untuk membuat cuaca yang baik/nyaman saat FirmanNya turun menjadi manusia.
3.      Respon para gembala dengan berita Natal.
Jika ada yang menolak berita Natal maka kita tidak perlu terlalu mempermasalahkannya. Ingat perkataan Yesus: ”Biarkanlah lalang itu tumbuh bersama gandum sampai musim penuaian tiba”(Mat. 13:30). Mari teladani respon para gembala menerima berita Natal.
·      Menjadi pribadi yang bertanggung jawab (ay. 8).
Menurut catatan para peziarah kuno bahwa di Migdal Eder (menera kawanan domba) ada sebuah gereja yang membangun kapel dengan nama Beyt/Bayt Sahur (Beyt/Bayt berarti Bait dan Sahur berarti terjaga). Ini mengabadikan bagaimana para gembala tetap terjaga sepanjang malam untuk menjaga domba-domba mereka dari binatang buas dan pencuri.
·      Menjadi pribadi yang peduli dengan orang lain (ay.15)
Para gembala saling mengingatkan dan meneguhkan satu sama lain untuk datang kepada Tuhan yang telah lahir di Betlehem.
·      Menjadi pribadi yang tepat waktu (ay. 16).
Para gembala tidak membuang-buang waktu setelah mendapat pesan dari Malaikat, mereka langsung bergerak cepat mendapatkat Kristus yang dilahirkan.
·      Menjadi pribadi yang suka memberitakan Firman (ay. 17-18)
Para gembala menceritakan kepada orang banyak tentang kelahiran Yesus yang mereka dengar dari Malaikat
·      Menjadi pribadi yang selalu memuji dan memuliakan Allah (ay. 20).
Para gembala kembali melakukan pekerjaannya tetapi ada perubahan, hidupnya selalu memuji dan memuliakan Allah.
C.       KESIMPULAN
Berita Natal menyapa semua kalangan, orang Majus (berpendidikan), Raja Herodes (kaya), Imam kepala/ahli taurat (tokoh agama) dan para gembala (orang biasa). Bahwa Tuhan lahir untuk semua orang adalah benar, tapi Ia hanya menjadi Juruselamat orang-orang yang berkenan kepadaNya (ay. 14). Marilah hidup berkenan kepada Tuhan dengan meneladani cara hidup para gembala dikala mendengar berita Natal. Tuhan Yesus memberkati .Amin.