Monday, April 6, 2020

Corona Datang Konsep Teologi Ditata Ulang


Thema                        : Corona Datang Konsep Teologi Ditata Ulang
                                                Nats                : Wahyu 22:18-19
Oleh                : Pdt. Nelson Sembiring, S. Pd., M. Th.

A.        PENDAHULUAN
Puluhan, ratusan bahkan mungkin ribuan konsep teologi mewarnai kehidupan ke-Kristen-an di dunia ini. Dari satu sumber yang sama yaitu Alkitab tetapi dengan penafsiran yang berbeda, baik yang mengikuti azas yang benar juga yang serampangan sehingga menghasilkan doktrin atau ajaran yang beranekaragam. Semua merasa bahwa doktrinyalah yang paling benar dan Alkitabiah sehingga dengan tegas menekankan kepada jemaat yang dipimpin. Tidak jarang kita mendengar seorang Kristen berkata: Kata pendeta kami, aturan di gereja kami, dll. Sehingga yang punya nama besar bukan lagi Tuhan melainkan “hamba Tuhan” dan aliran gereja. Hari ini Corona datang membuat berbagai doktin dan ajaran menjadi geger dan mestinya para teolog mulai merenung dan belajar menata ulang konsep yang selama ini didengung-dengungkan dengan semangat 45. Rasul Yohanes dalam Wahyu berkata: Barangsiapa menambahi atau mengurangi Firman Tuhan maka akan mendapat ganjaran dari Allah. Secara langsung memang hari ini para teolog tidak menambah dan mengurangi yang tersurat, tetapi secara tersirat banyak ajaran yang mulai dibelokkan sesuai dengan kepentingan. Biarlah peristiwa Corona menjadi momen untuk kembali belajar kepada Sang Guru Agung kita Yesus Kristus. Mari belajar.
B.        ISI
1.      Corona menata ulang pemahaman tentang kesembuhan Ilahi
Kitab-kitab Injil mencatat berbagai mujizat kesembuhan yang dilakukan Yesus. Orang buta melihat, lumpuh berjalan, buta melihat, tuli mendengar, bahkan mati hidup kembali. Berulang kali Yesus mendemonstrasikan mujizat kesembuhan. Bahkan Petrus dengan kuasa Yesus menyembuhkan orang lumpuh. Kita yakin bahwa kuasa Yesus masih sama sampai hari ini. Tetapi, sesuatu yang menjadi miris hari ini bahwa ada hadir sekelompok orang yang mendemonstrasikan kesembuhan ilahi dengan membuat pernyataan: Hadirilah KKR kesembuhan Ilahi, dan dalam pelaksanaannya terkesan “memaksa Tuhan” untuk menyembuhkan mereka yang datang membawa sakit penyakit. Dan yang tak kalah mirisnya ada satu setingan kesembuhan hanya untuk suatu tujuan yang sarat kepentingan. Dimanakah mereka hari ini saat Corona datang? Apakah mereka berdalih lagi dengan Firman yang berkata dalam Amsal 22:3 “orang bijak akan bersembunyi jika melihat malapetaka”. Saatnya pemahaman ini ditata ulang. Kita senang saat seseorang disembuhkan, tapi ingat bahwa Tuhan tidak selalu memberikan kesembuhan sebagai jawaban mereka yang sakit. Elisa memiliki karunia penyembuhan, Naaman sembuh dari sakit kustanya oleh doa Elisa (2 Raj. 5:10 dan 14). Bahkan orang mati hidup kembali saat jatuh ke kubur Elisa karena mengenai tulang belulangnya (2 Raj. 5:21). Tetapi Elisa sendiri mati oleh karena sakitnya (2 Raj. 5:14). Paulus mendekap dan berdoa bagi Euthikus yang sudah mati dan ia hidup kembali (Kis. 20:9-10), tetapi saat ia sendiri berdoa berulang kali untuk kesembuhannya Tuhan tidak mengabulkannya (2 Kor.12:7-9). Mari tata ulang kembali pemahaman tentang kesembuhan ilahi. Jika Corona mengantar seseorang ke sorga maka itu jauh lebih baik dari pada orang tersebut memiliki segalanya, hidup lama didunia tetapi saat mati masuk neraka.
2.      Corona menata ulang pemahaman bahwa mengikut Tuhan selalu diberkati.
Sebuah ayat berkata: “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan (Yoh. 10:10). Dengan bermodalkan ayat ini ada sekelompok orang dengan berapi-api berkata: “Ikut Tuhan diberkati, ikut Tuhan anda menjadi makmur”. Bahkan dengan lantang mereka berkata jika sampai saat ini anda masih miskin padahal sudah ikut Tuhan berarti ada masalah, mungkin dosamu atau kamu tak serius berTuhan”. Dimanakah mereka saat ini saat Corona datang? Jika mereka melimpah dengan berkat jasmani tidakkah seharusnya mereka menjadi berkat bagi orang yang sedang kesusahan. Jika memang ikut Tuhan diberkati, mengapa banyak orang percaya bahkan hamba Tuhan jadi korban Corona? Saatnya pemahaman ini ditata ulang, bahwa Yesus datang agar kita hidup dalam kelimpahan adalah benar, tetap yang dimaksud bukan jasmani semata tetapi hidup secara rohani adalah maksud utama dari ayat ini. Seorang Paulus saja mengalami beratnya hidup mengikut Tuhan, ia pernah dipenjara (Ef. 4:1), kelaparan (Fil. 4:12), dan banyak penderitaan yang ia alami, tetapi ia berkata : meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot tetapi manusia batiniah kami semakin dibaharui hari lepas hari (2 Kor. 4:16). Saatnya ditata ulang pemahaman ini, bahwa mengikut Tuhan selalu diberkati adalah benar tapi ingat bagi orang yang mengerti kebenaran penderitaan pun adalah berkat yang Tuhan berikan.
3.      Corona menata ulang slogan kasih.
Orang Kristen selalu mengagung-agungkan sebagai agama yang penuh kasih. Ajaran Yesus tentang kasih, ya itu benar. Banyak orang Kristen tak punya kasih, itu sangat benar. Saat Corona datang berbagai lembaga, perusahaan, kalangan-kalangan artis yang secara umum sedikit cerita tentang kasih tetapi berlomba-lomba mempraktekkan kasih lewat menjadi donatur dalam masa-masa wabah corona saat ini. Apakah para penganut ajaran kasih akan berlidung lagi pada ayat: meskipun engaku menyerahkan tubuhmu untuk dibakar jika tanpa kasih tidak ada faedahnya (1 Kor. 13:3)? Apakah karena mereka yang menjadi donatur bukan seorang Kristen maka kita katakan mereka tak punya kasih? Ingat orang Samaria yang baik hati, dia penuh belas kasihan. Yesus mengatakan bahwa dialah yang memiliki kasih terhadap sesamanya. Cukuplah Mahatma Gandhi berkata: “Saya kagum dengan ajaran Yesus, selangkah lagi kaki saya masuk ke dalam gereja, tetapi orang Kristen itu membuat saya gagal menjadi orang Kristen”. Saatnya kasih itu di tata ulang, kasih yang sejati adalah kasih seorang sahabat yang rela memberikan nyawanya untuk sahabatnya. Corona mengajak kita untuk membuktikan kemurnian kasih yang selama ini kita dengungkan.  
       Mari kita tambahkan yang ke-4, ke-5 dan seterusnya bagian yang perlu di tata ulang, sehingga akhirnya kita semakin yakin bahwa tidak ada sesuatu yang kebetulan dalam setiap kejadian yang Tuhan izinkan untu terjadi.
C.        PENUTUP
Biarlah Corona yang oleh banyak ilmuan disebut sebagai senjata biologis tetapi kita sebagai orang percaya menyebutnya sebagai senjata teologis. Untuk merakit dan merajut kembali pemahaman yang telah hampir hilang sehingga kita bisa tegak berdiri sebagai benteng pertahanan terakhir dalam setiap permasalahan ditengah-tengah dunia ini. Amin. Tuhan Yesus memberkati.


No comments:

Post a Comment